tag:blogger.com,1999:blog-32687358736689993482024-03-20T00:51:59.756-07:00Komunikasi DakwahTuntutlah Ilmu dari Ayunan
Sampai Keliang Lahat . . .Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-69385328025811237362014-01-07T18:29:00.000-08:002014-01-07T18:29:25.224-08:00Pengaruh Iklan Komersial Di Media Televisi Terhadap Masyarakat BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
Sejak televisi diciptakan hingga saat ini, mempunyai pengaruh kuat dalam kehidupan manusia. Begitu pula dengan teknologi informasi dan komunikasi, berkembang dengan pesatnya mendorong bangsa-bangsa di dunia memasuki era globalisasi. Dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi terkait dengan tiga komponen dalam kehidupan, antara lain yaitu informasi, kesadaran atau pengetahuan, dan aksi. Televisi (TV) adalah sebagai salah satu media elektronik yang mempunyai beberapa keunggulan dalam hal media penyampai informasi ke khalayak dengan metode gambar yang menarik bagi publik.<br />
Sebagai media komersial, iklan yang ditayangkan di Televisi merupakan wahana bagi produsen untuk menggugah kesadaran dan memperlakukan calon konsumen agar bertindak sesuai dengan pesan yang disampaikan. Periklanan merupakan salah satu bagian dari usaha pemasaran yang cukup penting dilakukan oleh perusahaan, lembaga, ataupun instansi untuk meningkatkan penjualan. Iklan dirancang untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap, serta mengharapkan adanya suatu tindakan dari calon konsumennya yang menguntungkan produsen (pengiklan).<br />
<br />
Dalam perkembangannya terdapat berbagai macam bentuk iklan di berbagai media massa, baik iklan visual, audio maupun iklan audio visual yang kesemuanya itu bertujuanmaximing profit bagi pemilik faktor produksi. Dalam tampilan iklan yang muncul di berbagai media tersebut terdapat berbagai macam tanda yang dibuat oleh pengiklan dalam usahanya untuk menarik minat produsen. Hal ini disebabkan karena para konsumen kini semakin menganggap iklan sebagai sumber informasi tantang produk atau barang serta jasa yang tersedia. Pilihan dan tindakan konsumen lebih banyak dipengaruhi oleh periklanan yang disebarkan oleh media massa.<br />
Iklan atau yang lebih dikenal dengan istilah advertising didefinisikan sebagai kegiatanmemperkenalkan barang atau jasa melalui media massa atau bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menginterpretasikan kualitas suatu produk barang atau jasa berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen (kasali, 1995: 45).<br />
<br />
Menurut Institut Praktisi Periklanan Inggris, iklan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang dan jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya (Jefkins, 1997: 4)Perilaku konsumen terdiri dari aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang sewaktu sedang menyeleksi hingga pada membeli (menggunakan) produk untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka.<br />
Saat ini berbagai macam iklan dapat dilihat di media-media massa khususnya televisi. Seperti yang diungkapkan oleh Schramm (Kuswandi, 1996: 25) bahwa televisi menjadi sarana yang sangat efektif untuk mempropagandakan hasil produksi dalam mencari keuntungan secara materi dalam kemasan iklan. Dengan banyaknya televisi swasta di Indonesia antara lain: Indosiar, Metro Tv, RCTI, ANTV, Global TV, Trans TV, Trans 7, SCTV, MNC TV dan Tv One semakin menyuburkan produksi iklan di tanah air, dan menjadikan iklan semakin sulit dipisahkan dalam kehidupan kita.<br />
Iklan yang disajikan di televisi dianggap mampu mempengaruhi persepsi masyarakat terutama remaja terhadap suatu produk yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan secara psikologis remaja masih berada dalam proses pencarian jati diri dan sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar. Dengan demikian banyak sekali dampak pengaruh iklan terhadap konsumen terutama pada anak di bawah usia.<br />
<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
1.PENGERTIAN<br />
<br />
A. Definisi iklan<br />
<br />
Menurut Kotler (2002:658), periklanan didefinisikan sebagai bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Menurut Rhenald Kasali (1992:21), secara sedrhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan oleh suatu masyarakat lewat suatu media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli. Menurut PPPI dalam situsnya, terdapat definisi bahwa periklanan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan untuk kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Secara umum, iklan merupakan suatu bentuk komunikasi nonpersonal yang menyampaikan informasi berbayar sesuai keinginan dari institusi/sponsor tertentu melalui media massa yang bertujuan memengaruhi/mempersuasi khalayak agar membeli suatu produk atau jasa.<br />
<br />
B. Karaketeristik iklan<br />
<br />
Iklan memiliki beberapa karakteristik, antara lain:<br />
<br />
- Suatu bentuk komunikasi yang berbayar.<br />
<br />
- Nonpersonal komunikasi.<br />
<br />
- Menggunakan media massa sebagai massifikasi pesan.<br />
<br />
- Menggunakan sponsor yang teridentifikasi.<br />
<br />
- Bersifat mempersuasi khalayak.<br />
<br />
- Bertujuan untuk meraih audiens sebanyak-banyaknya.<br />
<br />
C. Fungsi Periklanan<br />
<br />
Fungsi periklanan adalah mendatangkan uang bagi pengiklan karena orang membeli produk yang diiklankan, juga bagi media massa. Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai atau pembeli terhadap barang-barang ataupun jasa serta gagasan yang diperlukannya.<br />
<br />
Sebagai pemasaran iklan bisa berfungsi sebagai;<br />
<br />
- Mengindentifikasi produk dan menjelaskan perbedaan dengan produk lainnya.<br />
<br />
- Mengkomunikasikan informasi mengenai produk.<br />
<br />
- Menganjurkan percobaan produk baru secara bertahap.<br />
<br />
- Merangsang penyebaran dan akhirnya berakibat peningkatan penggunaan produk.<br />
<br />
- Membangun rasa cinta dan dekat pada produk.<br />
<br />
- Fungsi ini akan efektif dengan memperhatikan atas produk, harga, tempat penjualan termasuk distribusi dan segipromosi.<br />
<br />
D. Tujuan iklan<br />
<br />
1. Menginformasikan<br />
Periklanan informatif berarti pemasaran harus merancang iklan sedemikian rupa agar halhal penting mengenai produk bias disampaikan dalam pesan iklan. Iklan menonjolkan aspek manfaat produk, biasanya dikatagorikan sebagai iklan yang bersifat informative. Pesan iklan untuk peluncuran produk juga biasanya bersifat informatif.<br />
<br />
2.Membujuk<br />
iklan yang berdifat membujuk biasanya dituangkan dalam pesan-pesan iklan perbandingan. Pemasar berusaha membandingkan kelebihan produk yang ditawarkan denagn produk lain yang sejenis. Produk-produk konsumsi sangat sering menggunakan iklan perbandingan dengan tujuan membujuk<br />
<br />
3. Mengingatkan<br />
iklan yang bersifat mengingatkan sangat penting terutama bagi produk-produk yang dibeli dengan keterlibatan rendah. Produk yang dibeli secara berulang tetapi dengan keterlibatan yang rendah, sangat rentang dengan bujukan-bujukan pesan produk lain yang sejenis. Banyak produk yang dulunya menjadi market leader yang menguasai pasar kini hilang karena tidak ada kampanye iklan yang bersifat mengingatkan.<br />
<br />
4. Menambah nilai bagi perusahaan ( Shimp, 2000;264 )<br />
terdapat tiga cara perusahaan untuk menambah nilai bagi perusahaannnya, yaitu : Inovasi, Perbaikan kualitas, dan mengubah persepsi konsumen. Ketiganya saling berkaitan, iklan menambah nilai terhadap merek dengan menambah pangsa pasar, keuntungan yang lebih besar dan mempengaruhi persepsi konsumen.<br />
<br />
5. Membantu bagian lain dari perusahaan<br />
iklan merupakan suatu bagian dari komunikasi pemasaran, iklan dapat membantu bagian lain dalam perusahaan tersebut, misalkan ikaln yang mengiklankan adanya kupon berhadiah yang dapat membantu bagian promosi penjualan.<br />
<br />
2. IKLAN TELEVISI<br />
<br />
Televisi sebagai media hiburan yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia dan bahkan dunia, merupakan salah satu media yang efektif untuk beriklan. Hal ini dikarenakan iklan televisi mempunyai karakteristik khusus yaitu kombinasigambar, suara dan gerak. Oleh karena itu pesan yang disampaikan sangat menarik perhatian penonton.model iklan yang disajikan oleh televisi juga sangat bervariasi. Ketika baru muncul televisi swasta, iklan hanya dalam bentuk klip baik live action, stop action maupun animasi dan still. Namun dalam perkembangannya iklan televise mengalami banyak sekali perkembangan. <br />
<br />
Model iklan yang sekarang ada antara lain adalah superimposed, program sponsor, running text, backdrop, caption, credit title, ad lib, property endorsment, promo ad3. Perkembangan iklan yang makin kreatif tersebut menjadikan makin bervariasinya tayangan iklan dan bisa menjadi hiburan tersendiri. Bagaimana tidak, ada iklan yang bisa membuat kita melebarkan senyum seperti iklan rokok Sampoerna Hijau dengan genk hijaunya dan masih banyak lagi iklan-ilan lain yang menghibur. Namun tidak dipungkiri banyak juga iklan-iklan yang menyebalkan.<br />
<br />
3. KEUNGGULAN IKLAN TELEVISI<br />
<br />
Seperti telah disebutkan diatas bahwa iklan televisi mempunyai karakteristik khusus yaitu kombinasigambar, suara dan gerak. Dengan karakteristik tersebut mempunyai berbagai keunggulan di banding media iklan lain. Diantaranya keunggulantersebut adalah:<br />
<br />
1. Kesan realistik<br />
Karena sifat yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, suara dan gerakan, maka iklan televisi tampak hidup dan nyata. Kelebihan ini tidak dimiliki oleh media lain. Dengan kelebihan ini, para pengiklan dapat menunjukkan dan memamerkan kelebihan atau keunggulan produknya secara detail. Jika produk yang diiklankan adalah makanan yang diawetkan, maka pengiklan dapat menunjukkan kemasannya yang khas secara jelas sehingga konsumen dengan mudah mengenalnya di toko-toko. Walaupun ingatan konsumen terhadap apa yang telah diiklankan selalu timbul tenggelam, namun iklan visualmenancapkan kesan yang lebih dalam, sehingga konsumen begitu melihat produknya akan segera teringat iklannya di televisi. Pengaruh ini dapat diperkuat lagi jika pembuatan iklannya disukung dengan teknologi grafis komputer.<br />
<br />
2. Masyarakat lebih tanggap<br />
Karena iklan televisi dinikmati dirumah-rumah dalamsuasana yang serba santai atau reaktif, maka pemirsa lebih siap untuk memberikan perhatian. Perhatian terhadap iklan televise semakin besar jika materinya dibuat dengan standar teknis yang tinggi, dan atau meggunakan tokoh-tokoh ternama sebagai bintang iklan.<br />
<br />
3. Repetisi/ pengulangan<br />
Iklan televisi bisa ditayangkan beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu muncul. Sekarang ini para pembuat iklan televisi tidak lagi membuat iklan yang panjang-panjang, mereka justru membuat iklan pendek dan menarik. Agar ketika ditayang ulang, pemirsa tidak cepat bosan. Iklan dengan pendekatan emosi yang membikin penasaran pemirsa juga bisa digunakan sebagai teknik untuk lebih diingat oleh pemirsa.<br />
<br />
4. Ideal bagi pedagang eceran<br />
Iklan televisi sangat membantu penjualan ditigkat pedagang eceran. Hal ini disebabkan karena selain para pedagang eceran juga menonton televisi seperti orang lain, iklan televise tersebut seolah-olah dibuat untuk mereka. Pedagang memahami bahwa sesuatu yang diiklankan di televisi, maka permintaan akan barang tersebut akan meningkat sehingga stok barang akan cepat terjual. Agen atau sub agen suatu produk kadang-kadang sulit untuk menjua atau menitipkan produk kepada pedagang eceran jika mereka tidak dapat memberi jaminan bahwa produk tersebut diiklankan di televisi. Beriklan di televisi bahkan menjadi keharusan jika produsen berhubungan dengan perusahaan supermarket yang mempunyai ratusan cabang. Peredaran barang harus berlangsung dengan cepat dan tidak ada yang lebih mampu mempercepat peredaran barang selain televisi.<br />
<br />
5. Terkait dengan media iklan lain<br />
Tayangan iklan televisi mungkin saja mudah terlupakan begitu saja. Tapi kelemahan ini bisa diatasi dengan memadukannya denga media iklan lain. Jika konsumen memerlukan informasi lebih lanjut atau perlu dijabarkan lebih detail, iklan televisi bisa dipadukan dengan iklan di tabloid-tabloid minggua, khususnya tbloid yang mengulas acara-acara televisi. Iklan pendukung juga bisa demuat di surat kabar harian. Iklan surat kabar adalah rujukan atas iklan yang telah ditayangkan di televisi.<br />
<br />
4. IKLAN DAN KAPITALISME<br />
<br />
Saat ini di pasar terdapat produk-produk sejenis dari berbagai perusahaan yang dihasilkan secara massal. Hampir semua kategori produk dapat dijumpai lebih dari satu merek, mulai dari makanan, minuman, bumbu dapur, kosmetik, kendaraan dan lain sebagainya. Bahkan tidak jarang berbagai merek mengeluarkan barang yang relatif sama namun dengan kemasan yang berbeda untuk membidik segmen pasar tertentu. Hal ini bisa kita jumpai misalnya pada iklan rokok.Dari produk yang diiklankan di televisi, kita menjumpai berbagai merek yang mengiklankan jenis produk yang sama. Sebut saja produk sabun cuci dengan berbagai merek misalnya Rinso, Attack, Total, Surf, Wing Biru, Krim Ekonomi, Soklin, B29, Ommo Biru dan berbagai merek lainnya. Produk susu untuk balita ada merek Pedia Sure, Sustagen, Dancow, Bendera, SGM, Lactamil Boneeto. Berbagai produk dengan berbagai maam merek tersebut berlomba memenangkan pasar. <br />
<br />
Semua produk menghendaki dirinya menjadi market leader. Akibatnya muncul persaingan yang sangat ketat dalam meraih hati konsumen. Mereka merekayasa produk sedemikian rupa sehingga seolah terdapat sejumlah perbedaan antara produk yang sama dari berbagai merek, sekalipun sebenarnya esensi fungsional semua produk tersebut adalah sama. Pengiklan memberikan jasa dan manfaat tambahan pada produk, sehingga menjadi produk yang disempurnakan. Penambahan atas produk inilah awal munculnya persaingan. Kiranya sejalan dengan apa yang ditulis oleh Levit dalam Philip Kotler sebagai berikut:<br />
<br />
“Jenis persaingan baru berlangsung buannya antar produk yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan di pabrik, melainkan antar segala macam yang mereka tambahkan pada hasil pabrik tersebut, seperti bentuk kemasan, jasapelayanan, periklanan, persyaratan kredit, jasa pengantaran, pergudangan dan apa saja yang dihargai oleh konsumen” (Levit, dalam Kotler, 1996:91).<br />
<br />
Dalam sistem kapitalisme, berbagai produk yang dihasilkan secara massal harus diupayakan segera diserap oleh pasar. Penumpukan produk karena tak segera diserap pasar membawa dampak merugikan bagi produsen. Sebab dalam sistem produksi, penciptaan produk membutuhkan modal yang tidak sedikit. Dalam proses produksi berbagai produk tersebut membutuhkan ratujsan juta hingga milyaran rupiah. Angka tersebut tidak saja dibutuhkan untuk membeli bahan baku, tapi juga bagi proses produksi yang lain seperti pengolahan, pengemasan, distribusi, promosi, riset dan pengendalian mutu, dan berbagai kegiatan yang lain. Rangkaian produksi tersebut juga membutuhkan puluhan, ratusan, bahkan ribuan pegawai. Keterlibatan kapital yang sangat besar tersebut jelas terlalu mahal bila dipertaruhkan. Sebab semangat kapitalisme adalah menghindarkan diri dari kerugian dan mencari keuntungan sebesarbesarnya. Oleh karen aitu, produk-produk yang telah dihasilkan harus diserap oleh pasar sesegera mungkin. Lambannya produk yang diserap oleh pasar, berarti akan menimbulkan pula lambatnya pengembalian modal produksi. Terlebih jika produk yang diiklankan gagal diserap oleh pasar, makaakan menimbulkan kerugian yang sangat besar bahkan meruntuhkan kapitalisme itu sendiri (Noviani, 2003:11). <br />
<br />
Dalam logika kapitalisme, untuk mendapatkan keuntungan dari barang yang diproduksi secara massal, harus diimbangi dengan tingkat konsumsi yang sifatnya massal juga. Untuk mencapai tingkat konsumsi massal tersebut, menurut Galbartaith, cara produksi kapitalisme perlu menerapkan demand management (Noviani, 2003:11). artinya, ditengah masyarakat dibutuhkan keinginan yang lebih besar untuk mengkonsumsi barang secara lebih banyak dari biasanya.<br />
<br />
5. IKLAN MENDORONG SIKAP KONSUMERISME<br />
<br />
- Konsumerisme pada Masyarakat<br />
Konsumerisme yang sekarang telah menjadi gaya hidup atau lifestyle beberapa kalangan sejatinya merupakan pengaruh akibat majunya teknologi. Perilaku ingin selalu memiliki produk-produk terbaru yang sedang booming atau nge-trand yang dilihat dari media informasi seperti tv atau internet dan media massa lainya itupun dapat terjadi karena mengikuti perkembangan kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Dalam hal ini pun terdapat pola hubungan fungsionalisme yaitu masing-masing lakon memerankan perananya, dimana produsen membutuhkan konsumen sebagai pasar dan media massa sebagai media promosi, konsumen sebagai manusia yang perlu memenuhi kebutuhan hidaup, dan media massa yang perlu modal yang bisa diperoleh dari produsen. Pola timbal balik ini sangat tidak wajar jika kita kemudian menganggap bahwa pola konsumerisme adalah bagian dari penyimpangan sosial masyarakat. Jika dilihat dari teori mikro pula, ada banyak hal yang secara langsung teori makro tidak dapat menjelaskanya. Pola atau budaya konsumerisme dipandang sebagai budaya menyimpang manakala masyarakat memang telah berlebihan dalam menyikapi situasi yang terjadi di masyarakat. Ada orang-orang yang memenuhi hasrat ingin memiliki hanya untuk sekedar gaya atau untuk meningkatkan pandangan masyarakat tentang status sosial dimata masyarakat itu sendiri, ada yang memenuhi kebutuhanya memang benar-benar karena kebutuhan yang harus dipenuhi, dan ada pula yang hanya karena lapar mata, sehingga sering seseorang membeli barang yang sesungguhnya ia <br />
tidak membutuhkanya sama sekali, sehingga terkadang hal ini menimbulkan penyesalan.<br />
<br />
Budaya konsumerisme ini sendiri kemudian memunculkan berbagai organisasi atau perkumpulan yang tidak formal dan bahkan jarang yang mengetahui keberadaanya alias hanya kalangan mereka sendirilah yang tahu akan organisasi atau perkumpulan itu. Perkumpulan-perkumpulan semacam ini biasanya bertujuan untuk mempermudah mendapatkan barang-barang yang diinginkan, seperti kolektor<br />
Terlepas dari Barbie sebagai ikon budaya konsumerisme, konsumerisme itu sendiri adalah hal yang dianggap biasa dikalangan wanita, sehingga ada peristilahan “cewek matre”. Tapi hal ini sudah menjadi lumrah dikalangan masyarakat, bahwasanya memang itu sudah menjadi kebutuhan yang seakan primer, padahal pada hakekat pelajaran ekonomi yang dipelajari di bangku sekolah kebiasaan seperti itu merupakan kebiasaanpemenuhan kebutuhan yang sifatnya sekunder bahkan tersier. <br />
<br />
- Konsumerisme pada Kalangan Menengah Kebawah.<br />
Gejala konsumerisme tidak hanya menimpa kalangan atas, tetapi juga menimpa pada kalangan menengah kebawah. Dimana masyarakat pada kalangan ini bisa menjadi sangat “menderita” manakala ia melihat pada tayangan tv atau media informasi lainya ada produk-produk terbaru yang kemudian mereka tidak dapat memenuhi hasrat untuk memiliki produk-produk tersebut. Dan akibat dari tidak terpenuhinya hasrat ini, kemudian bisa memunculkan masalah sosial baru (dalam pandangan teori makro) seperti tindak criminal dan kejahatan semisal pencurian. Tentunya gejala ini kemudian dipandang berbahaya(dalam pandangan teori makro) didalam lingkungan sosial masyarakat, karena tindak kejahatan dan criminal macam apapun akan dianggap atau di-judgesebagai teori menyimpang tanpa melihat alas an-alasan yang tepat dan sebenarnya.<br />
<br />
Masyarakat yang tidak mampu mengendalikan perilaku yang dianggap menyimpang ini harus bersiap diri untuk tidak diterima didalam struktur sosial yang berlaku karena melakukan tindak criminal tersebut karena tindakan mereka diketahui masyarakat luas. Maka yang harus dilakukan adalah “sadar diri” agar tidak menginginkan hal-hal yang kiranya tidak atau susah untuk terpenuhi. Pula dalam masyarakat kalangan menengah kebawah ini dapat mempertegas gap dengan kalngan menengah keatas, karena dalam budaya dan kemampuan financial mereka berbeda.<br />
<br />
- Bentuk Konsumerisme pada Anak-anak<br />
Tak kalah menearik pembicaraan tentang konsumerisme pada kalangan anak-anak. Anak-anak sebagai korban atau bahkan pelaku konsumerisme memang melakukan tingkah atau poola ini, hanya saja kemudian ia bukan menjadi seseorang yang langsung menjadi pelaku, yaitu ada orang lain yang berperan penting yaitu orang tua sebagai sumber modal pemenuh kebutuhan. Anak-anak adalah objek yang sangat empuk bagi produsen barang-barang untuk anak-anak seperti mainan, snack, bubur, susu, biscuit, dan lain-lainya. Karena anak-anak adalah sesosok manusia yang mempunyai pola pikir yang belum terbentuk sempurna dan memiliki daya rasa ingin tahu(penasaran) yang lebih tinggi dibanding dengan manusia dewasa, sehingga anak-anak lebih mudah tertarik dengan tampilan yang menarik.<br />
<br />
Dunia anak-anak adalah dunia yang selalu menarik diperbincangkan, saat memperbincangkan dalam pembicaraan tentang konsumerismepun, mereka layak diperbincangkan. Konsumerisme pada anak-anak dapat kita lihat dari perilaku mereka yang selalu ingin memiliki apa-apa yang mereka tonton dalam tayangan tv, mereka akan merengek pada orang tuanya untuk dibelikan barang-barang yang diiklankan di tv. <br />
<br />
Jadi peranan orang tua sebagaifigure of controlling bagi anak-anaknya sangat penting untuk dimainkan, guna membentuk pola pikir anak-anak mereka menjadi orang yang lebih berpikir panjang ketika mereka menginginkan sesutatu.<br />
<br />
6. PENGARUH-PENGARUH IKLAN<br />
<br />
Menurut Rendra (2005) bahwa pengaruh iklan sangat beragam, merambah berbagai bidang kehidupan manusia mulai dari tingkat individu, keluarga hingga masyarakat. Rendra membagi pengaruh tersebut menjadi 3 bagian yaitu:<br />
<br />
1. Pengaruh Ekonomi<br />
Diberbagai negara, iklan terbukti mampu memberikan keuntungan ekonomi yang sangat besar bagi perorangan atau biro periklanan yang terlibat didalamnya. Dalam banyak catatan sejarah bahkan menunjukkan bahwa mereka menjadi orang yang sangat kaya. Benyamin Franklin merupakan satu dari sekian banyak kisah sukses pegiat iklan. Dia dikenal sebagai penulis naskah iklan yang piawai, manajer perusahaan periklanan yang handal, salesman, penerbit, serta editor surat kabar.<br />
<br />
2. Pengaruh Psikologis<br />
Dampak psikologis iklan sangat beragam, meliputi aspek kognitif, afektif, dan konotatif, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama. Pengaruh psikologis yang terjadi di wilayah kognitif dapat menumbuhkan perhatian khalayak terhadap sesuatu secara lebih tinggi dibanding yang lain. Kita seringkali memberikan perhatian yang lebih besar kepada suatu produk yang diiklankan secara lebih gencar dibanding produk lain. Namun sebaliknya, kita tidak terlalu memberikan perhatian kepada produk yang tidak diiklankan secara gencar. Fenomena tersebut dapat pula disimpulkan bahwa perhatian kita ikut ditentukan oleh iklan.<br />
<br />
3. Pengaruh Sosial Budaya<br />
Iklan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi struktur pembangunan budaya disuatu tempat pada kurun waktu tertentu. Dampak iklan yang meluas dan menjadi ikon di masyarakat akhirnya terserap menjadi budaya oleh masyarakat itu. Misalnya iklan produk kecantikan yang membujuk konsumen dengan tren kecantikan pada tahun tertentu masyarakat terutama kaum wanita menjadikan trend tersebut sebagai gaya hidup. Jika misalnya tidak mengikuti iklan tersbeut maka dianggap ketinggalan jaman, karena setiap<br />
tahun berganti-ganti tren.<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
PENUTUP<br />
<br />
Kesimpulan<br />
Selain pengaruh-pengaruh positif dari iklan yang harus ditingkatkan, misalnya pertumbuhan ekonomi-- yang perlu kita waspadai adalah pengaruh-pengaruh negatif dari iklan tersebut. Tentunya perlu dukungan semua pihak agar para penyelenggara periklanan tidak seenaknya membuat iklan, apalagi iklan yang cenderung ke persaingan tidak sehat dan iklan yang membodohi masyarakat.<br />
<br />
Masyarakat yang akan menilai apakah sebuah iklan bagus atau tidak. Masyarakat sendiri yang bertindak sebagai kontrol terhadap ikla yang beredar di semua media. Sungguh langkah yang sangat bagus dengan dimunculkannya milist di internet yang berdiskusi dan mengkritisi iklan-iklan.<br />
<br />
Dengan demikian masyarakat dapat mengantisipasi dampak negative yang di timbulkan oleh media periklanan.<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Frank Jefkins, 1997. Periklanan, Erlangga, Jakarta<br />
http://ww.pppi.or.id/pariwara/statistik<br />
Ratna Noviani, 2002. Jalan Tengah Memahami Iklan, Pustaka Pelajar dan CCSS, Yogyakarta.<br />
Rendra Widyatama, 2005. Pengantar Periklanan, Buana Pustaka Indonesia, Jakarta.<br />
http://kentzkentry.wordpress.com/home/<br />
http://hardiyantikarisma.blog.com/pengaruh-sikap-terhadap-pesan-iklan-djarum-coklat/<br />
Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-7764569225827086472014-01-07T18:05:00.000-08:002014-01-07T18:05:34.251-08:00STRATEGI PERIKLANANStrategi memegang peranan vital dalam penentuan keberhasilan iklan. Strategi merupakan dasar membangun merek, strategi menjaga agar periklanan dan elemen pemasaran berada dalam jalur yang tepat serta membangun kepribadian merek dengan jelas dan konsisten. Strategi mewakili jiwa sebuah merek dan menjadi elemen penting untuk keberhasilan (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005).<br />
<br />
Strategi iklan harus mampu menjawab pertanyaan dasar dari rancangan sebuah sebuah kampanye periklanan yang dirumuskan dalam 5W + 1H (Suhandang, 2005) yaitu :<br />
<br />
- What : apa tujuan iklan ?<br />
<br />
- Who : siapa khalayak yang akan dijangkau ?<br />
<br />
- When : kapan iklan dipasang ?<br />
<br />
- Where : di mana iklan dipasang ?<br />
<br />
- Why : mengapa harus demikian ?<br />
<br />
- How : bagaimana bentuk iklannya ?<br />
<br />
Tujuan dari strategi adalah usaha untuk menciptakan iklan yang efektif, oleh karena itu selain rumusan pertanyaan 5W + 1H maka pengetahuan yang cukup tentang produk, persaingan pasar atau kompetitor dan analisis mendalam tentang konsumen merupakan kunci pokok yang harus diketahui oleh pemasar sebelum merumuskan sebuah strategi (Batey, 2003)<br />
<br />
a.Marketing Brief<br />
Hal yang paling pertama sebelum strategi dirumuskan adalah pengetahuan tentang produk. Informasi mengenai produk atau jasa yang akan diiklankan, termuat dalam marketing brief yang dibuat oleh klien (Madjadikara, 2004). Informasi tersebut biasanya meliputi :<br />
<br />
- Brand : Merupakan penjelasan apakah merek tersebut adalah merek baru atau merek yang telah lama ada di pasar<br />
<br />
- Product knowledge : Penjelasan singkat tentang fitur yang terkandung dalam produk<br />
<br />
- Diferensiasi : Keunggulan yang membedakannya dengan competitor<br />
<br />
- Target Audience : Yaitu segmentasi yang dimaksud oleh suatu produk yang akan diiklankan. Kelompok mana yang akan menjadi target market suatu produk tersebut.<br />
Ketahui TA, pahami betul bagaimana mereka berpikir, bertindak, berperilaku. Amati pola pergaulan mereka. Dengarkan bagaimana mereka berbicara. Apa yang membuat mereka tertarik untuk mendengar. Benda serta warna apa yang bisa membuat mereka menolehkan mata. Kesempatan kita untuk bisa memenangkan perhatian konsumen adalah dalam hitungan detik!<br />
<br />
- Analisis SWOT : Tujuan mengetahui SWOT adalah untuk menganalisis suatu produk yang dibandingkan dengan produk pesaing, serta kondisi dan kecendrungan pasar.<br />
<br />
- Kompetitor : Produk apa yang menjadi kompetitor dari produk yang akan diiklankan. Dari situ bisa dilihat apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari produk yang akan diiklankan dan produk kompetitornya. juga bisa melihat seperti apa iklan terakhir dari kompetitor tersebut.<br />
<br />
b. Creative Brief : Strategi didefinisikan dengan jelas untuk menstimulasi tujuan yang besar yang tertuang dalam rangkuman kreatif atau creative brief yang dibuat untuk agensi dalam menciptakan iklan. Rangkuman kreatif merupakan jembatan strategi dengan kreatifitas periklanan, rangkuman kreatif mewakili situasi sekarang, kompetisi, kondisi pasar dan pertimbangan media. Rangkuman itu menjadi strategi hidup dan memberikan pandangan penting bagi tim kreatif untuk menetapkan strategi dan menentukan ide penjualan utama, yang akan menjadi tema pusat kampanye periklanan.<br />
<br />
Masing-masing agensi periklanan mempunyai model rangkuman kreatif yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan produk yang akan di iklankan. Tidak ada model pemasaran yang begitu kaku sehingga anda tak dapat berubah. Tidak ada rumus pemasaran yang begitu ketat sehingga setiap perubahan dilarang. Hanya pedoman strategi tidak boleh berubah sedangkan pedoman taktisnya berupa rangkuman kreatif boleh berubah (Batey, 2003)<br />
<br />
Hal-hal yang biasanya terdapat dalam sebuah rangkuman kreatif atau creative brief (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005) yaitu :<br />
<br />
1.Tujuan<br />
Aspek pertama yang paling penting sebelum merumuskan strategi periklanan adalah sebuah sasaran atau tujuan. Tujuan itu tergantung pada apa yang ingin dicapai oleh klien dalam kampanye. Misalnya, membangun kesadaran pada suatu merek, mengkomunikasikan informasi, membuat perilaku atau membangun persepsi.<br />
<br />
2.Nyatakan masalah pemasarannya<br />
Masalah biasanya ditemukan setelah dilakukan analisis SWOT.<br />
<br />
3.Target Audience<br />
Identifikasi audience sasaran dengan segmen yang sempit berdasarkan faktor demografi, geografis, psikologis, perilaku konsumen dan pola berpikir dan bertindak. Yang harus jadi pertimbangan adalah, semakin luas target Audience maka pesan akan semakin lemah.<br />
<br />
4.Keuntungan kunci atau ide pesan utama<br />
Satu ide tunggal yang akan selalu diingat target setelah melihat iklan. Ide penjualan utama atau tema kampanye berdasarkan keuntungan kunci.<br />
<br />
5.Alasan konsumen untuk percaya<br />
Benefit yang berbeda dari kompetitor yang juga mengatakan hal yang sama dalam ide penjualan utama atau tema kampanyenya, atau sebuah pernyataan yang bertujuan tunggal dari sudut pandang konsumen yang menunjukkan mengapa konsumen membeli atau tidak membeli produk atau merek tersebut.<br />
<br />
6. Gaya / tone<br />
Daya tarik yang digunakan untuk mewakili kepribadian merek. Ciri khas komunikasi yang disampaikan harus bisa membawa atau mewakili pesan periklanan.<br />
<br />
7. Dampak yang diharapkan<br />
Pengaruh yang diharapkan melalui periklanan dari khalayak sasaran dan bagaimana iklan ini dapat meyakinkan konsumen.<br />
Inilah Strateginya…<br />
<br />
Hal yang paling sulit adalah justru hal yang paling sederhana dari proses pembuatan iklan itu sendiri. Yaitu, Pesan! Dalam Teori Ilmu Komunikasi, kepenerimaan komunikee akan pesan yang disampaikan oleh komunikator menjadi dasar penilaian akan keberhasilan suatu proses komunikasi. Untuk menentukan pesan apa yang akan disampaikan bukanlah sesuatu yang mudah Kecenderungan client adalah ingin memasukkan sebanyak mungkin pesan. Pihak agency biasanya akan berdalih bahwa komunikasi yang bagus itu adalah yang single message. Tapi untuk menentukan single message itu gimana? Terutama untuk produk paritas dengan USP yang notabene sama dengan produk kompetitor.<br />
P e s a n U t a m a<br />
<br />
Dalam Teori Ilmu Komunikasi, kepenerimaan komunikan akan pesan yang disampaikan oleh komunikator menjadi dasar penilaian akan keberhasilan suatu proses komunikasi ( Effendi, 1981 ) Jadi penetapan strategi pesan periklanan merupakan suatu keputusan strategis yang mampu menjamin sukses atau gagalnya suatu iklan.<br />
<br />
Hal pertama yang harus dilihat dalam iklan adalah keuntungan kunci konsumen atau ide inti sebagai jantung strategi pesan iklan. Kampanye iklan yang efektif sangat berperan besar dalam pencapaian pangsa pikiran (mind share) dan pangsa pasar (market share). Kampanye iklan yang efektif merupakan kampanye periklanan yang didasarkan pada satu tema besar saja. Tema besar ini dikenal sebagai what to say-nya sebuah iklan atau inti dari pesan yang ingin dikomunikasikan kepada audiens.<br />
<br />
Kampanye iklan didasarkan hanya pada satu tema besar saja karena keterbatasan daya ingat manusia. Setiap hari pikiran konsumen dibombardir oleh puluhan bahkan mungkin ratusan iklan. Dengan menggunakan satu tema maka kemungkinan akan diingatnya pesan suatu iklan oleh konsumen akan jauh lebih besar daripada menggunakan beberapa tema, hal ini berlaku terutama untuk produk paritas dengan USP yang sama dengan produk competitor Secara empiris hampir semua kampanye periklanan yang hanya didasarkan pada satu tema selalu sukses dijalankan, semua advertising campaigns telah membuktikan keberhasilannya dengan hanya menggunakan satu tema utama saja (Durianto, dkk, 2003). <br />
<br />
Menetapkan satu tema utama dalam membuat iklan berarti mengkomunikasikan satu hal yang kita anggap penting. Untuk menentukan tema yang tepat, diperlukan suatu analisis terhadap produk secara cermat, mendalam dan konprehensif yang terkait dengan keadaan atau fitur produk, harga, sasaran pasar, tingkat persaingan, aspek demografis, dan unsur lainnya yang terkait (Wibowo, 2003).<br />
<br />
Ada banyak strategi pendekatan dalam menganalisis sebuah produk untuk menemukan pesan apa (what to say) yang ingin disampaikan kepada konsumen. Pemilihan strategi yang terbaik adalah tergantung dari produk, kompetitor dan target market. Dalam prakteknya, beberapa aliran besar teori strategi kreatif yang sering digunakan untuk menentukan pesan atau tema utama yang diangkat dalam sebuah kampanye, yaitu :<br />
Produk benefit / feature oriented<br />
<br />
Kreatifitas pesan iklan berfokus pada penonjolan keistimewaan khusus produk (Widyatama, 2005) keistimewaan tersebut tidak dimiliki oleh kompetitor lain dan merupakan sesuatu yang dicari-cari, menjadi ciri khas dan dijadikan alasan bagi konsumen untuk mengguanakan produk tersebut. Aliran ini dipelopori oleh Rosser Reeves sebagai salah satu tokoh Ted Bates Ad Agency pada dekade 1950-an. Rosser Reeves menggambarkan strategi pesan yang disebutnya dengan istilah “ Unique Selling Proposition ” atau USP ini dalam tiga komponen yaitu :<br />
<br />
- Iklan harus membuat suatu dalil kepada konsumen. Masing-Masing iklan harus berkata kepada konsumen akan manfaat spesifik yang diberikan produk.<br />
<br />
- Dalil tidak dimiliki atau tidak ditawarkan kompetitor manapun. Dalil harus unik, baik suatu keunikan merek maupun suatu klaim yang tidak dibuat iklan lain. Suatu Dalil Penjualan Unik harus mampu menjawab pertanyaan “Mengapa konsumen membeli produkmu sebagai ganti produk pesaingmu ?”<br />
<br />
- Dalil harus sangat kuat sehingga mampu menggerakkan konsumen. Kunci untuk memelihara fokus USP adalah pengulangan. Reeves menggabungkan USP dan pengulangan pesan untuk keberhasilan iklan yang mampu menggerakkan konsumen. Dasar untuk memilih strategi USP ini adalah :<br />
<br />
- Produk yang diiklankan adalah produk untuk kategori baru (tapi bukan merek baru).<br />
<br />
- Benefit produk yang utama belum semua terpakai atau belum dikomunikasikan oleh kompetitor.<br />
<br />
- Benefit yang ditonjolkan benar-benar unik dan substansial di mata konsumen.<br />
<br />
Dalam perkembangannya strategi ini kemudian memiliki kelemahan dan mulai ditinggalkan, kemajuan teknologi membuat perusahaan dapat membuat produk yang sama yang juga memiliki keunikan dan keistimewaan yang sama dengan kualitas sama. Oleh karena itu semakin sulit bagi konsumen untuk menemukan USP (Ries & Jack Trout, 2002).<br />
Brand image oriented<br />
<br />
Merek atau produk diproyeksikan atau dikaitkan pada suatu citra dan kepribadian tertentu melalui kampanye periklanan, pencitraan ini berorientasi pada simbol kehidupan (Widyatama, 2005). Gagasan utamanya adalah agar konsumen dapat menikmati keuntungan secara psikologis dan emosional dari sebuah produk yang digunakan (selain keuntungan fisik yang ada).<br />
<br />
Aliran ini dipelopori oleh David Ogilvy dari Ogilvy & Mather pada dekade 1960-an. latar belakang lahirnya aliran ini karena produk yang ada hampir tidak memiliki keunggulan yang berbeda atau unik, maka diciptakanlah image, citra atau personality tertentu untuk membedakannya dengan catatan tidak mengubah image tersebut dalam kurun waktu yang lama. Acuan penggunaan strategi brand image oriented adalah jika produk bersifat paritas atau produk sejenis yang telah memenuhi pasar dari berbagai merek, sementara merek satu dengan yang lainnya tidak memiliki perbedaan substansial dengan kompetitor.<br />
<br />
Iklan-iklan pada masa sekarang umumnya hadir dengan bentuk-bentuk pencitraan dalam rangka untuk membangun sebuah citra merek yang positif dimata konsumen. Bentuk-bentuk pencitraan tersebut merupakan sebuah langkah dari strategi pesan, yang disebut dengan strategi citra merek atau brand image. Dalam strategi citra merek terdapat bentuk strategi yaitu strategi differensiasi. Maksudnya adalah sampai di mana produk atau brand tersebut mampu membangun image khusus, unik, atau berbeda pada masyarakat konsumen.<br />
<br />
Differensiasi sebuah merek untuk memaksimalkan efektifitas sebuah iklan harus dibangun melalui gaya periklanan yang konsisten. Menurut David Aaker (Dalam : Sutherland & Alice K, 2005), Sebuah strategi merek yang konsisten dan ditopang oleh sebuah simbol yang kuat mampu menghasilkan keuntungan besar dalam melaksanakan program komunikasi.<br />
<br />
Citra merek sebagai strategi differensiasi menurut David Ogilvy (Dalam : Lwin & Aitchison, 2005) adalah :<br />
- Konsumen membeli manfaat fisik dan psikologis, bukan sekedar membeli sebuah produk.<br />
- Periklanan harus menjadi investasi jangka panjang dalam mengembangkan dan mempertahankan citra merek.<br />
<br />
Dalam paradigma pemasaran dan periklanan kontemporer, realita merepresentasikan atribut produk atau jasa, sementara citra lebih memproyeksikan value dari brand atau merek. Iklan selalu kaya dengan pencitraan psikologis (Engel, 1994) artinya iklan bukan hanya sebagai penyampai pesan tapi sekaligus pembentuk citra. Image adalah segalanya, orang membeli produk atau jasa lebih karena citranya bukan manfaat.<br />
<br />
Produk adalah citra yang menjadi ukuran personaliti seseorang. Dan media pencitraan yang paling canggih saat ini adalah periklanan. Iklan adalah pembentuk citra maka citra adalah simplifikasi, cenderung fokus, single minded.<br />
Positioning Oriented<br />
<br />
Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran, yakni menempatkan produk pada tangga-tangga atau kotak pikiran calon konsumen (Al Ries & Jack Trout, 2002). Konsep utama dalam strategi periklanan ini adalah berorientasi pada kompetitor, khususnya yang merupakan market leader. Selain itu orientasi positioning juga berdasarkan pada keunggulan atribut, manfaat dan product class atau posisi relatif terhadap competitor.<br />
<br />
Pelopor aliran Positioning adalah Jack trout dan Al Ries, menurut kedua tokoh periklanan ini, agar suatu merek mudah diingat oleh konsumen produk harus “dikaitkan” dengan market leader namun tanpa “head on attack” dengan market leader tersebut. Selain berorientasi pada pesaing, positioning harus berorientasi pada target market yang ingin dijangkau.<br />
Karena itu positioning harus membuat produk, jasa atau perusahaan itu dipersepsikan berbeda, tak sekedar beda tapi harus bisa memisahkan diri dari yang lain. Dan yang lebih penting kalau bisa perbedaan itu disukai bahkan ditunggu-tunggu calon konsumen.<br />
<br />
Positioning adalah core-nya strategi periklanan. Strategi sendiri adalah upaya untuk menghasilkan posisi yang unik dan valuable di benak konsumen, oleh karena itu strategi positioning hanya akan tepat diterapkan jika (Durianto, dkk, 2003) :<br />
<br />
- Strategi USP dan Brand Image tidak relevan dengan kondisi produknya.<br />
<br />
- Adanya alasan untuk mengkaitkan suatu produk atau jasa dengan market leader.<br />
<br />
- Tidak melakukan head on attack dengan market leader.<br />
<br />
Dalam strategi positioning benak konsumenlah yang menjadi medan perang. Positioning merupakan pernyataan yang bisa menghasilkan keunggulan di benak orang yang ingin dituju. Maka dalam menciptakan positioning ada empat acuan yang harus diperhatikan. yaitu :<br />
<br />
- Positioning harus dipersepsi secara positif oleh konsumen dan menjadi reason to buy.<br />
<br />
- Positioning mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif produk atau perusahaan.<br />
<br />
- Positioning harus bersifat unik sehingga dapat dengan mudah mendeferensiasikan diri dengan pesaing.<br />
<br />
- Berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan.<br />
<br />
HOW TO SAY ?<br />
<br />
Kreatifitas iklan adalah how to say-nya sebuah pesan periklanan atau cara yang dilakukan untuk mengkomunikasikan pesan iklan ( What to say ) kepada audiens. Prinsip pertama kreatifitas dalam sebuah iklan adalah bahwa kreatifitas tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Kreatifitas membuka, memilih, kemudian mengatur kembali, menggabungkan, menghasilkan fakta, keahlian dan ide yang sudah ada sebelumnya. Dalam arti lain bahwa kreatifitas adalah penggabungan ide-ide yang telah ada untuk menciptakan sesuatu yang baru.<br />
<br />
Menciptakan iklan yang kreatif tidaklah mudah, karena karya iklan merupakan hasil kolaborasi antara penulis naskah dengan pengarah seni atau antara agen dan klien. Oleh karena itu pada tahap brainstorming (pencarian ide yang bebas) dalam sebuah kelompok semua ide ditampung untuk kemudian dinilai ulang. Biasanya saat brainstorming tim kreatif menggunakan strategi tertentu dalam eksekusi kreatif. Strategi tersebut dengan cara melantur, lanturan disengaja untuk tujuan tertentu dengan tetap menjaga relevansinya, maksudnya adalah melantur sejauh-jauhnya namun merelevansikan sedekat-dekatnya.<br />
<br />
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam membuat lanturan lanturan untuk menciptakan iklan yang menarik (Hakim, 2005) yaitu :<br />
<br />
- Plesetan : Orang tertawa ketika mendengar plesetan karena relevansinya. Relevansi dalam konteks ini mengacu pada kata aslinya yang kemudian diplesetkan.<br />
<br />
- Visual produk : penggantian sebuah visual dengan visual lainnya. Mengganti secara keseluruhan, ukurannya atau salah satu elemen.<br />
<br />
- Headline atau tipografi : Visual berbentuk susunan kata dari headline atau tipografi yang memuat makna tertentu.<br />
<br />
- Logo : menjadikan elemen logo sebagai sumber ide dalam menyampaikan pesan periklanan.<br />
<br />
- Makna ganda : Sebuah simbol yang dihadirkan untuk mewakili dua benda atau dua hal sekaligus.<br />
<br />
- Tokoh sebagai endoser : Ppenggunaan orang terutama yang menjadi publik figur dalam penyampaian pesan.<br />
<br />
- Sex : Mengarahkan fikiran konsumen pada hal-hal yang sensual.<br />
<br />
- Fungsi produk : Memindahkan fungsi dari suatu produk pada hal yang bersifat positif untuk menambah dramatisasi dari benefit produk tersebut.<br />
<br />
Harus diingat sekali lagi, hal yang paling penting dalam lanturan adalah menjaga relevansi dengan pesan yang ingin disampaikan. Bentuk lain penyampaian Iklan dapat juga dilakukan, seperti:<br />
<br />
- Product Shoot : Pengambilan gambar berkonsentrasi pada produk.<br />
<br />
- Pendekatan Budaya : Penggunaan bentuk budaya lokal untuk menyampaikan pesan penjualan.<br />
<br />
- Humor : Berhati-hatilah dalam menggunakan cara humor sebagai pendekatan. menurut max sutherland iklan lucu akan mengurangi unsur pesan yang penting, Fokus audience justru akan tertuju pada “lucunya” dan bukan pada inti pesannya.Kata sutherland lagi, iklan lucu hanya efektif jika persepsi orand terhadap pesan sudah dianggap positif.<br />
<br />
- Emotional Selling Proposition : Para peneliti iklan telah mengenal secara baik bahwa iklan yang berpengaruh secara positif pada “perasaan dan emosi” target, dapat sangat sukses untuk produk dan situasi tertentu. Oleh karena itu tren ke depan iklan diarahkan pada emosi .<br />
<br />
John Hegarty, seorang pakar periklanan dari biro iklan BBH Amerika(dalam : www.pertamina.com/indonesia/head_office) menyebutkan bahwa globalisasi membuat produk-produk memiliki kualitas yang serupa. Sekarang industri lebih banyak bersaing dengan menyentuh emosi dan gengsi konsumen. Artinya saat ini konsumen membeli barang bukan hanya karena keunggulannya tapi lebih karena produk tersebut membuat sang konsumen percaya, merasa yakin dan kemudian jatuh cinta. Semakin besar konsumen tertarik pada emosi semakin besar iklan mengatasi perbedaan-perbedaan kecil yang terkandung dalam setiap produk. <br />
<br />
Brand ataupun produk dapat dipahami lebih jauh dengan berfokus pada respons emosional yang dibangkitkan melalui pesan-pesan periklanan, respons seperti ini dapat dihubungkan secara erat dengan dorongan atau motif yang disampaikan melalui pesan dan teknik eksekusi iklan.<br />
<br />
Secara emosional, sebuah merek atau brand dapat dibuat secara berbeda melalui gaya, sikap, cara berkomunikasi, cara pemotretan atau visual dan jenis musik yang digunakan. Perbedaan-perbedaan yang bersifat emosional inilah yang sekarang menjadi strategi pesan periklanan bagi masing -masing produk.<br />
<br />
Emotional branding adalah hal yang utama untuk mendifferensiasi keidentikan iklan yang sekarang sudah melimpah ini. Itulah yang dimaksud atau merupakan tujuan dari strategi Emotional Selling Proposition. Yaitu Brand didefinisikan sebagai ungkapan emosi atau perasaan yang timbul terhadap sebuah produk, jasa, atau perusahaan melalui kampanye periklanan. Intinya, brand bisa dirasakan efeknya di benak masyarakat konsumen dalam bentuk persepsi.<br />
<br />
Menurut Al Ries dan Jack Trout ( dalam : Wirya, 1999) pemasaran merupakan pertarungan persepsi dalam ingatan konsumen. Siapa yang dapat menanamkan persepsi dengan baik di benak konsumen maka dialah pemenangnya.<br />
Perumusan Strategi<br />
<br />
Setelah strategi pesan ditentukan maka selanjutnya adalah menciptakan sesuatu secara kreatif, maksudnya adalah bagaimana cara menyampaikan sebuah pesan yang telah ditentukan dengan gaya yang berbeda sehingga dapat menarik perhatian sasaran. Gaya juga berfungsi sebagai pemicu ingatan, pemancing untuk membuat orang ingat kembali. Secara otomatis gaya merupakan asosiasi terhadap identitas merek.<br />
<br />
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat perumusan kreatifitas iklan :<br />
<br />
- Directed Creativity : Kreatifitas yang dibuat harus sesuai dengan what to say yang telah ditentukan. what to say ini adalah inti pesan yang ingin disampaikan kepada sasaran, tertuang dalam strategi kreatif dalam bentuk Creative Brief yang dibuat oleh tim kreatif.<br />
<br />
- Brand Name Exposure : Brand Name Exposure terdiri dari individual brand name dan company brand name. Brand Name Exposure dianggap penting karena bertujuan untuk mendapatkan brand awareness.<br />
<br />
- Positive Uniqueness : Iklan yang efektif harus mampu menciptakan asosiasi yang positif. Pertama-tama iklan harus efektif, kemudian kreatif. Iklan akan menjadi sia-sia jika hanya sekedar kreatif tapi tidak efektif dan menimbulkan asosiasi yang salah dibenak sasaran. Pesan yang mudah diingat dengan baik adalah yang berkaitan dengan asosiasi indra (Visual), konteks emosional (Cinta, kebahagiaan dan keadilan), kualitas yang menonjol atau berbeda, asosiasi yang intens, dan hal-hal yang memiliki keutamaan pribadi.<br />
<br />
- Selectivity : Berkaitan dengan pesan yang disampaikan kepada sasaran dan endoser sebagai pembawa pesan dari iklan tersebut. <br />
<br />
Berdasarkan perumusan tersebut di atas maka sebuah pesan periklanan yang disampaikan dengan gaya yang berbeda harus memiliki nilai-nilai, yaitu :<br />
<br />
- Simple : Sebuah iklan haruslah simple. Kata simple sering diartikan sederhana, sebagai sesuatu yang dapat dimengerti dengan sekali lihat, tidak banyak elemen tapi komunikatif.<br />
<br />
- Unexpected : Iklan yang unik dan tidak terprediksi akan memiliki kemampuan untuk menempatkan diri dalam otak manusia sehingga mudah diingat.<br />
<br />
- Persuasive : Iklan dengan daya bujuk yang kuat akan menggerakkan konsumen untuk dengan dengan brand dan tertarik untuk mencobanya.<br />
<br />
- Relevant : Ide harus tetap relevan baik dari sisi rasionalitas maupun dari produknya dan harus ada korelasi dengan positioning dan personality brand.<br />
<br />
- Entertaining : Entertaining bukan berarti lucu, dalam skala yang lebih luas berarti harus mampu mempermainkan emosi konsumen. Emosi inilah yang akan mengangkat simpati konsumen terhadap produk.<br />
<br />
- Acceptable : Yang menilai sebuah iklan adalah konsumen, oleh karena itu penerimaan mereka terhadap iklan harus diperhatikan.<br />
Menemukan Ide Kreatif<br />
<br />
1.Convention<br />
Analisislah kebiasaan ide iklan suatu produk di kategori yang sama. Ditahapan ini kita berfikir inside the box. karena sebelum kita berfikir outside the box kita harus tau dulu seperti apa inside-nya baru kemudian mencari outside-nya.<br />
<br />
2.Disturbtion<br />
Ditahapan inilah kita baru berfikir out side the box, mencari sesuatu yang di luar kebiasaan.Buat daftar ide sebanyak-banyaknya.<br />
- Inkubasi: bagian dari ‘stress’, hang ! Tips-nya: Harus keluar dari masalah (refreshing) asal jangan terlalu lama. Diskusikan dengan rekan kerja atau teman ‘Brainstorming’.<br />
- Iluminasi: Tahap “AHA!” Atau “EUREKA!” Sebuah ide Timbul dan memberikan semangat untuk melaksanakan Ide!<br />
<br />
3.Kembali ke visi iklan (Brief yang di buat)<br />
Dari daftar ide yang ditemukan, mana yang relevan dengan visi iklan dan sesuai brief ?<br />
<br />
<br />
REFERENSI<br />
<br />
- Roman, Kenerth, Jane Maas & Martin Nisenholtz (2005). How To Advertise, Membangun Merek dan Bisnis dalam Dunia Pemasaran Baru, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.<br />
- Suhandang, Kustadi (2005). Periklanan : Manajemen, Kiat dan Strategi., Nuansa, Bandung<br />
- Batey, Ian (2003). Asian Branding : A Great Way To Fly. Alih bahasa, Wahab, Abdul. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta<br />
- Madjadikara, Agus S (2004). Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan ? PT. Gramedia Pustaka, Jakarta<br />
- Effendi, Onong (1981). Dimensi – Dimensi Komunikasi, Alumni, Bandung<br />
- Durianto,Darmadi, Sugiarto, Anton WW, Hendrawan S (2003)<br />
Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif, PT Gramedia Pustaka, Jakarta<br />
- Wibowo, Wahyu (2003). SIHIR IKLAN, Format Komunikasi Mondial dalam Kehidupan Urban-Kosmopolitan, PT. Gramedia Pustaka,Jakarta<br />
- Widyatama, Rendra (2005). Pengantar Periklanan. Buana Pustaka Indonesia. Jakarta<br />
- Ries, Al & Jack Trout (2002). POSITIONING : The Battle For Your Mind, PT.Salemba Empat, Jakarta<br />
- Sutherland, Max & Alice K. Sylvester (2005) Advertising and The Mind of The Consumer : Bagaimana Mendapatkan Untung Berlipat Lewat Iklan yang Tepat. Penerjemah : Setia Bangun. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta<br />
- Lwin, May and Jim Aitchison (2005). Clueless in Advertising, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta<br />
- Engel, F. James, Roger D. Blackwell and Paul W. Miniard (1994)<br />
Prilaku Konsumen, Jilid 1, Binarupa Aksara, Jakarta.<br />
- Suyanto, M. (2004) Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan, ANDI OFFSET, Yogyakarta<br />
- Wirya, Iwan (1999), Kemasan Yang Menjual : Menang Bersaing Melalui Kemasan. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta<br />
- Kartajaya, Hermawan (2004). On Positioning, Seri 9 Elemen Marketing, PT. Mizan Pustaka, Jakarta<br />
- Hakim, Budiman (2005). Lanturan Tapi Relevan, Dasar-dasar Kreatif Periklanan, Galang Press, Yogyakarta.<br />
<br />
<br />
Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-49352289628244415212014-01-05T22:55:00.000-08:002014-01-05T22:55:06.024-08:00Teori-Teori Komunikasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /></div><br />
1. Teori Model Lasswell<br />
<br />
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).<br />
<br />
2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi<br />
<br />
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.<br />
<br />
3. Teori Informasi atau Matematis<br />
<br />
Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.<br />
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.<br />
<br />
Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.<br />
Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.<br />
Penjelasan Teori Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi. Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.<br />
<br />
4. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)<br />
<br />
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).<br />
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.<br />
<br />
5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)<br />
<br />
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.<br />
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.<br />
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial. Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.<br />
<br />
Riset Eksperimen<br />
Riset eksperimen (experimental research) merupakan pengujian terhadap efek media dibawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati. Walaupun penelitian yang menggunakan riset eksperimen tidak mewakili angka statistik secara keseluruhan, namun setidaknya hal ini bisa diantisipasi dengan membagi obyek penelitian ke dalam dua tipe yang berada dalam kondisi yang berbeda.<br />
Riset eksperimen yang paling berpengaruh dilakukan oleh Albert Bandura dan rekan-rekannya di Stanford University pada tahun 1965. Mereka meneliti efek kekerasan yang ditimbulkan oleh tayangan sebuah film pendek terhadap anak-anak. Mereka membagi anak-anak tersebut ke dalam tiga kelompok dan menyediakan boneka Bobo Doll, sebuah boneka yang terbuat dari plastik, di setiap ruangan. Kelompok pertama melihat tayangan yang berisi adegan kekerasan berulang-ulang, kelompok kedua hanya melihat sebentar dan kelompok ketiga tidak melihat sama sekali.<br />
Ternyata setelah menonton, kelompok pertama cenderung lebih agresif dengan melakukan tindakan vandalisme terhadap boneka Bobo Doll dibandingkan dengan kelompok kedua dan ketiga. Hal ini membuktikan bahwa media massa memiliki peran membentuk karakter khalayaknya.<br />
Kelemahan metode ini adalah berkaitan dengan generalisasi dari hasil penelitian, karena sampel yang diteliti sangat sedikit, sehingga sering muncul pertanyaan mengenai tingkat kemampuannya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata (generalizability). Kelemahan ini kemudian sering diusahan untuk diminimalisir dengan pembuatan kondisi yang dibuat serupa mungkin dengan keadaan di dunia nyata atau yang biasa dikenal sebagai ecological validity Straubhaar dan Larose, 1997 :415).<br />
Survey<br />
Metode survey sangat populer dewasa ini, terutama kemanfaatannya untuk dimanfaatkan sebagai metode dasar dalam polling mengenai opini publik. Metode survey lebih memiliki kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil riset daripada riset eksperimen karena sampelnya yang lebih representatif dari populasi yang lebih besar. Selain itu, survey dapat mengungkap lebih banyak faktor daripada manipulasi eksperimen, seperti larangan untuk menonton tayangan kekerasan seksual di televisi dan faktor agama. Hal ini akan diperjelas dengan contoh berikut.<br />
<br />
Riset Ethnografi<br />
Riset etnografi (ethnografic research) mencoba melihat efek media secara lebih alamiah dalam waktu dan tempat tertentu. Metode ini berasal dari antropologi yang melihat media massa dan khalayak secara menyeluruh (holistic), sehingga tentu saja relatif membutuhkan waktu yang lama dalam aplikasi penelitian.<br />
<br />
6. Teori Agenda Setting<br />
<br />
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.<br />
<br />
7. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa<br />
<br />
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:<br />
1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.<br />
2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.<br />
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.<br />
<br />
8. Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)<br />
<br />
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.<br />
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.<br />
<br />
9. Teori The Spiral of Silence<br />
<br />
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.<br />
<br />
10. Teori Konstruksi sosial media massa<br />
<br />
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.<br />
<br />
11. Teori Difusi Inovasi<br />
<br />
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.<br />
<br />
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).<br />
<br />
12. Teori Kultivasi<br />
<br />
Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah.<br />
<br />
Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum.<br />
Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)<br />
<br />
<br />
Referensi :<br />
<br />
* Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.<br />
* Mulyana, Dedy, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.<br />
* Buku, jurnal, dan sumber dari internet yang relevan.<br />
Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-5406943144084340822014-01-05T22:20:00.001-08:002014-01-05T23:17:49.941-08:00HAM ( Hak Asasi Manusia) <br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN <br />
<br />
1.Latar Belakang Masalah Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”. <br />
<br />
<br />
BAB II <br />
HAK ASASI MANUSIA (HAM) <br />
A.Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM <br />
<br />
1.Pengertian <br />
<br />
•HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2002). <br />
•Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. <br />
•John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994). <br />
•Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia” <br />
<br />
B.Ciri Pokok Hakikat HAM <br />
<br />
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu: •HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis. •HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa. •HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar. <br />
<br />
C.Perkembangan Pemikiran HAM<br />
<br />
• Dibagi dalam 4 generasi, yaitu : <br />
1. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru. <br />
2. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik. <br />
3. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang dilanggar. <br />
4.Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia People and Government. <br />
<br />
D.Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari: <br />
<br />
1.Magna Charta<br />
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994). <br />
<br />
2.The American declaration<br />
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu. <br />
<br />
3.The French declaration<br />
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah. <br />
<br />
4.The four freedom<br />
Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994). <br />
<br />
E.Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:<br />
<br />
1.Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak kemerdekaan. <br />
2.Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu:<br />
i.Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945 <br />
ii.Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik Indonesia Serikat <br />
iii.Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950 <br />
iv.Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945. <br />
<br />
F.HAM Dalam Tinjauan Islam<br />
<br />
Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagai agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu A’la Almaududi, 1998). Dalam Islam terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi manusia dan juga sebaliknya. Dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari kedua hak tersebut, misalnya sholat. <br />
Sementara dalam hal al insan seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak untuk mengelola harta yang dimilikinya. Konsep islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan teosentris (theocentries) atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariatnya sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakjat atau warga bangsa. Dengan demikian konsep Islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan dan persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut dengan ide perikemakhlukan. Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang HAM, ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang merupakan sumber ajaran normative, juga terdapat praktek kehidupan umat islam. Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury (hak dasar).<br />
Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti orang itu mati. Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier (tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F. Mas’udi, 2002) <br />
Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al Maududi menjelaskan bahwa dalam Islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah: <br />
1.Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan bahwa hak ini tidak kami dicampuri, kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan ilegal. <br />
2.Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar kecuali setelah melalui proses pembuktian yang meyakinkan secara hukum dan memberikan kesempatan kepada tertuduh untuk mengajukan pembelaan <br />
3.Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-masing <br />
4.Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa membedakan kasta atau keyakinan. Salah satu kewajiban zakat kepada umat Islam, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negara. <br />
<br />
G.HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional <br />
<br />
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya. Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen dan referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan. <br />
<br />
H.Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM <br />
<br />
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu. Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum. <br />
<br />
I. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM <br />
<br />
1.Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003. <br />
2.Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa. <br />
3.Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan. <br />
4.Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. <br />
<br />
<br />
BAB III<br />
PENUTUP <br />
1.Kesimpulan HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM. <br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
1. Suseno, Franz Magnis. Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999. 2. Santoso Slamet, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Unsoed : Purwokerto. 3. Riyadi, Slamet dkk. 2006. Kewarganegaraan Untuk SMA/ MA. Banyumas. CV. Cahaya Pustaka. Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-83269920321158480122011-07-17T22:56:00.000-07:002011-07-17T22:56:53.090-07:00Sejarah Khulafaur RasyidinA. Masa Abu Bakar ra. ( 11-13 H / 632-634 M)<br />
<br />
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.<br />
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.<br />
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. <br />
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn ‘Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria. Salah satu hal monumental pada era Abu Bakar ra adalah pengumpulan mushaf al Quran dari para sahabat-sahabat yang lain, yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit ra. <br />
<br />
B. Masa Umar Ibn Khatab ra. (13-23 H / 634-644 M)<br />
<br />
Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh “tangan kanan”nya, Umar ibn Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihandan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin (Komandan orang-orangyang beriman). <br />
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.<br />
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang,dan menciptakan tahun hijrah. <br />
Salah satu hal yang monumental pada era sayidina Umar ra adalah mengenai sholat tarawih. Berikut salah satu riwayatnya, yang menjadi pegangan umat islam di seluruh dunia sampai saat ini. Diriwayatkan oleh Yazid Ibn Khusayfah dari Sâib Ibn Yazîd bahwa semua orang mengerjakan sholat tarawih 20 rakaat dalam bulan ramadlan padamasa khalifah Umar Ibn Khatab ra. (Baihaqi dalam As Sunaul Kubra, vol.2 hal 496) <br />
Peganglah kuat-kuat sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin.(Abu Dawud vol 2 hal 635, Tirmidzi vol 2 hal 108, Sunan Darimi vol 1 hal 43 dan Ibn Majah hal 5). Umar ra memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad ibnAbi Waqqash, Abdurrahman ibn ‘Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.<br />
<br />
C. Masa Utsman Ibn ‘Afan ra. ( 23-35 H / 644-655 M)<br />
<br />
Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristall berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umumnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H 1655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.<br />
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh karabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.<br />
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegjatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.<br />
Penulisan Al Quran dilakukan kembali pada masa sayidina Utsman ra. Ini terjadi pada tahun 25 H. Dan al Quran yang kita pegang saat ini adalah mushaf Utsman.<br />
<br />
D. Masa Ali Ibn Abi Thalib kwh. ( 35-40 H / 655-660 M)<br />
<br />
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar. Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.<br />
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut) Ali, dan al-Khawarij (oran-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij <br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Bastoni, Hepi Andi. Sejarah Para Khalifah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2008.<br />
Al-Husairy, Ahmad. Sejarah Islam (Sejak nabi Adam hingga abad xx), Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003.<br />
Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang,1979.Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-43949149201254237392011-07-17T22:50:00.000-07:002011-07-17T23:01:29.797-07:00Publik Relations dan Opini PublikPR (PUBLIC RELATION) adalah esensial dari suatu seni berkomunikasi untuk menciptakan kepercayaan public yang lebih baik dan terpercaya. Sedangkan opini public adalah anggapan suatu kelompok dimana kebenaranyya masih sangat relefan dan tidak terkait oleh sebuah patokan, dalam artian tidak semua opini public itu memiliki kebenarn yang mutlak. PR (public relations) dan opini public memiliki keterkaitan yang hampir tidak bisa dipisahkan. Kedua hal ini memang berbeda namun masih terkait antara satu sama lain, dimana bila public relation tidak adanya opini public maka PR ini tidak ada fungsinya, namun sebaliknya bila opini public tidak didampingi oleh PR maka semua akan kacau.<br />
Oleh karena itu dalam kesemaptan ini kami berusaha memperkenalkan kembali apa itu PR dan apa itu opini publik lalu keterkaitan antar keduannya. Tujuan dan fungsi kami menyajikan makalah ini adalah agar kita paham betul tentang urgensi mempelajari masalah ini. Terimakasih saya terhadap bapak sufi selaku dosen pembimbing makalah ini dan juga kepada kawan-kawan yang telah ikit berpartisipasi, semoga kita mendapat ilmu yang bermanfaat dalam makalah kali ini.<br />
<br />
BAB I<br />
PUBLIC RELATIONS<br />
<br />
a. Pengertian.<br />
IVF LEE adalah sosok the father of public relations yang sangat besar jasanya dalam perkembanggerakan PR pertamakali. Namun dalm masa perkembangan berikutnya banyak lahir tokoh yang berpartisipasi dalam bidang keilmuan ini, <br />
<br />
Edward Bernays<br />
PR adalah usaha menghibur,menenagkan,bahkan terkadang sedikit menipu agar orang lain merasa nyaman, namun bukan hanya personal saja PR juga didefinisikan sebagai manajeman bagi pemimpin bisnis dan bahkan institusi lainuntuk membangun sebuah hubungan yang bermanfaat.<br />
<br />
PR adalah upaya yang sengaja, direncanakan, dan dilakukan terus menerus untuk membangun dan menjaga adanya saling pengertian antar organisasi dengan publiknya.<br />
<br />
Menurut Denny Griswold, uitgever van Public Relations News PR adalah<br />
<br />
1. Fungsi manajemen yang mengevaluasi perilaku publik, <br />
2. mengidentifikasi kebijakan dan prosedur organisasi dengan interes publik <br />
3. dan melaksanakan program tindakan (komunikasi) untuk mendapatkan pemahaman dan pengertian publik<br />
<br />
Jadi dari beberapa pengertian ini dapat kita simpulkan bahwa public relations adalah :ajakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap opang lain tanpa paksaan untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan bukan saling merugikan.<br />
<br />
b. Para Tokoh<br />
<br />
a) Benjamin senneberg<br />
b) Rex halow<br />
c) Arthur page<br />
d) Paul w.garrett<br />
e) Earl newsom<br />
f) Leone baxter<br />
g) Clam whitaker<br />
<br />
c. Sejarah PR<br />
<br />
Abad ke-19: PR di AS dan Eropa merupakan program studi mandiri, berdasar pada perkembangan IPTEK<br />
1865-1945: public dianggap bodohàdiberi informasiàdididikàdihargai<br />
1925: NY, PR sebagai Pendidikan Tinggi- resmi<br />
1928: Belanda, memasuki Pendidikan Tinggi, di fakultas, minimal sebagai mata kuliah wajib, ada kursus-kursus bermutu<br />
1945-1968 : publik mulai terbuka dan banyak mengetahui<br />
1968 : di Belanda berkembang ke arah ilmiah; NY berkebang ke arah bisnis<br />
1968-1979: Public dikembangkan ke berbagai bidang<br />
1979-1990: profesional/Internasional memasuk globalisasi (mental dan kualitas<br />
1990 – sekarang:Perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang, sikap, dan pola perilaku secara nasional/internasional untuk Membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasionalSaling belajar di bidang IPOLEKSOSBUD sesuai kebutuhan era global/informasi <br />
Ada Dua Macam Public :<br />
<br />
1. Internal PR: adalah seluruh jajaran personel dalam organisasi : Top Manajemen sampai lapisan terbawah.<br />
<br />
2. Eksternal PR: pribadi atau kelompok publik yang terkait dalam kegiatan PR<br />
Cara kerja dalam PR menganut sistim C<br />
Credibility (kredibilitas)<br />
Context (konteks)<br />
Content (Isi)<br />
Clearify (kejelasan)<br />
Continuety (kesinambungan)<br />
Concistency (konsistensi)<br />
<br />
BAB II<br />
OPINI PUBLIC<br />
a. Pengertian<br />
Secara sederhana pengertian publik secara umum adalah sekelompok individu dalam jumlah besar. Sedangkan dari beberapa pakar dapat diperoleh beberapa pengertian sebagai berikut:<br />
<br />
Publik adalah sejumlah orang yang bersatu dalam satu ikatan dan mempunyai pendirian sama terhadap suatu permasalahan sosial. (Emery Bogardus)<br />
Publik adalah sekelompok orang yang<br />
(1) dihadapkan pada suatu permasalahan, <br />
(2)berbagi pendapat mengenai cara pemecahan persoalan tersebut, <br />
(3) terlibat dalam diskusi mengenai persoalan itu. (Herbert Blumer)<br />
<br />
Sedangkan pengertian publik dalam publik relation secara lebih spesifik adalah<br />
sekelompok orang yang menjadi sasaran kegiatan public relation,- artinya, kelompok yang harus senantiasa dihubungi dan diperhatikan dalam rangka pelaksanaan fungsi<br />
public relation. Opini publik adalah pendapat umum yang menunjukkan sikap sekelompok orang terhadap suatu permasalahan. (Prof. W. Doop)<br />
<br />
Opini publik adalah ekspresi segenap anggota suatu kelompok yang berkepentingan atas suatu masalah. (William Abig)<br />
<br />
Dari pendapat/definisi di atas, maka dapat kita simpulkan beberapa poin:<br />
1. Opini publik adalah pendapat rata-rata kelompok tertentu atas suatu hal yang penting.<br />
2. Opini publik adalah suatu campuran yang terdiri dari berbagai macam; pikiran, kepercayaan, paham, anggapan, prasangka, dan hasrat. Opini publik bukanlah suatu hal yang baku dan dapat berubah-ubah. Baik Public atau Opini Public.<br />
<br />
b. Proses pembentukan opini public<br />
Sebuah opini public itu biasanya dimulai dengan beberap proses yang pada akhirnya akan menghasilkan opini public dimana tingkat kebenarannya itu sangat relative. Tahapan dan prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut :<br />
Kejadian / informasi<br />
▼<br />
dikaji sesuai background dan secara kelompok<br />
(ada yang berdasar fakta, ada yang berdasarkan sentimen, prinsip, harapan, dsb)<br />
▼<br />
Opini<br />
Jika opini mengenai permasalahan yang diperdebatkan tadi didukung oleh sebagian<br />
besar orang dan memiliki platform yang ‘jelas’,- maka tercapailah Social Judgement <br />
Opini Publik<br />
Menurut Bernard hennessy ada lima factor yang menyebabkan opini public itu muncul yakni :<br />
Adanya isu<br />
▼<br />
Nature of public<br />
▼<br />
Pilihan yang sulit<br />
▼<br />
Suatu pernyataan <br />
▼<br />
Orang yang terlibat<br />
▼<br />
Menghasilkan opini public<br />
<br />
Jadi dapat persepsikan bahwasanya opini public terbentuk dari orang-orang yang memiliki aspirasi yang sama, walu terkadang tidak semua yang mereka sampaikan itu sesuai atau mutlak kebenarannya. Opini public juga mengarah pada public relation eksternal, dimana semua hal yang menyangkut dengan public (ruangligkupnya) luas ada di public relation eksternal. <br />
<br />
BAB III<br />
HUBUNGAN ANTARA PUBLIC RELATION DAN OPINI PUBLIC<br />
<br />
Dalam public reation, terdapat dua macam publik yang menjadi sasaran kegiatannya:<br />
1. Publik Intern Adalah : publik yang menjadi bagian dari unit usaha/ badan/ perusahaan/ organisasi itu sendiri.<br />
2. Publik Ekstern Adalah: publik yang pihak diluar perusahaan atau organisasi. <br />
<br />
Kedua macam public ini adalah cerminan dari public relations dan opini public, dimana salah satu dari public relations adalah public intern sedangkan satu bagian yang lain yakni opini public adalah eksternnya, lingkup kajian antara kedua bidang ilmu ini sama yakni manusia,sedangkan perbadaanya adalah jika public relations mengkaji manusia secara individual dan kelompok untuk mencegah timbulnya maslah, sedangakan opini public adalah sasaran kajian manusia yang tergabung dalam beberapa komponen manusia yang berkelompok dan memiliki kesamaan ide untuk melakukan sesuatu secara bersamaan.<br />
Public relation dan opini public saling keterkaitan oleh pemasalahan yang timbul, misalnya ada masalah disebuah perusahaan sekelompok pekerja melakukan mogok kerja karena gaji mereka sudah dua bulan menunggak, lalu yang sebenarnya bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalahdengan baik adalah orang-orang yang ada di bagian public relations dengan memberi penjelasan tentang perusahaan, dengan sugesti yang positif agar mereka mendapatkan haknya dan perusahaan tidak kalangkabut dalam beroperasi.<br />
Yang berperan sebagai opini public (intern) dalam contoh kasus ini adalah para karyawan yang memiliki sebuah kesamaan ide untuk menuntut hak mereka yang belum diterima. Sedangkan yang berlakon sebagai public relations adalah orang yang menyelesaikan masalah tadi, baik perorangan maupun berbentuk kelompok, diindonesia mereka biasa disebut humas.<br />
Sedangkan jika sebuah perusahaan bermaslah dengan masyarkat luar (public) baik itu mengenai citra, eksistensi atau kualitas dari sebuah perusahaan atau organisasi yang berkecimpung disamping masyarakat, jika terjadi maslah maka para PRO akan turun tangan untuk menyelesaikan konflikyang terjadi antara masyarakat dan perusahaan atau organisasi tadi. Nah… jika kasusnya seperti ini maka opini public (masyarakat) yang ada tadi disebut opini public ekstern.<br />
<br />
BAB IV<br />
KESIMPULAN<br />
<br />
Pengertian dan alur mereka berkembang memang sangatlah berbeda, dimana opini public sifatnya lebih kepada eksternal public, sedangkan public relations lebih kepada pubic internal. Pokok kajia mereka juga sangat berbeda walau masih dalam ruang lingkup manusia dan worknya mereka.<br />
Dari semua paparan yang telah disajikan maka dapat diambil kesimpulan bahwasnya public relation dan opini public sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkandikarenakan pekerjaan mereka merupakan perumpamaan sebuah tim yang tidak boleh cacat, bila salah satu tidak ada maka, salah satu yang lainnya tidak bisa bekerja atau beraspirasi.<br />
Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Hellena Olii, Opini Public, PT Indeks, Jakarta, 2007.<br />
Yosal Iriantara, Community Relations Konsep dan Aplikasinya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004.<br />
Elfinaro Aldianto, Komunikasi Massa Sebagai Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004.<br />
Vivian, John, Teori Komunikasi Massa : Edisi Kedelapan, Kencana Pranada Media Grup, Jakarta, 2008.<br />
Oemi Abdurrahaman, Dasar-Dasar Public Relations, PT Citra Aditia Bakti, Bandung, 1968.Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-45558610943667056912011-07-17T22:28:00.000-07:002011-07-17T22:33:15.564-07:00RIBAA. pengertian Riba<br />
<br />
“Pengertian ribâ secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud ribâ dalam ayat Qur’ani yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.”<br />
<br />
Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil. Seperti transaksi jual-beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek. Dalam transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena adanya manfaat sewa yang dinikmati, termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena penggunaan si penyewa. Mobil misalnya, sesudah dipakai nilai ekonomisnya pasti menurun, jika dibandingkan sebelumnya. Dalam hal jual-beli si pembeli membayar harga atas imbalan barang yang diterimanya. Demikian juga dalam proyek bagi hasil, para peserta pengkongsian berhak mendapat keuntungan karena di samping menyertakan modal juga turut serta menanggung kemungkinan risiko kerugian yang bisa saja muncul setiap saat. <br />
<br />
Dalam transaksi simpan-pinjam dana, secara konvensional si pemberi pinjaman mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali ke-sempatan dan faktor waktu yang berjalan selama proses peminjaman tersebut. Yang tidak adil di sini adalah si peminjam diwajibkan untuk selalu, tidak boleh tidak, harus, mutlak, dan pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatan tersebut.<br />
<br />
Demikian juga dana itu tidak akan berkembang dengan sendirinya, hanya dengan faktor waktu semata tanpa ada faktor orang yang menjalankan dan mengusahakannya. Bahkan ketika orang tersebut mengusahakan bisa saja untung bisa juga rugi. Pengertian senada disampaikan oleh jumhur ulama sepanjang sejarah Islam dari berbagai mazhahib fiqhiyyah. Di antaranya: <br />
<br />
1. Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri madzhab Hanbali: “Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya tentang ribâ beliau menjawab: Sesungguhnya ribâ itu adalah seseorang memiliki hutang maka dikatakan kepadanya apakah akan melunasi atau membayar lebih. Jikalau tidak mampu melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga pinjam) atas penambahan waktu yang diberikan.” <br />
<br />
2. Imam Sarakhsi dari mazhab Hanafi: “Ribâ adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya iwadh (atau padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.” <br />
<br />
3. . Imam An-Nawawi dari mazhab Syafi’i: Dari penjelasan Imam Nawawi di atas sangat jelas bahwa salah satu bentuk ribâ yang dilarang al-Qur’an dan As Sunnah adalah penambahan atas harta pokok karena unsur waktu. Dalam dunia perbankan hal tersebut dikenal dengan bunga kredit sesuai lama waktu pinjaman. <br />
<br />
B. Macam-Macam Riba<br />
<br />
Secara garis besar ribâ dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah ribâ hutang-piutang dan ribâ jual-beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi ribâ qardh dan ribâ yâdd. Sedangkan kelompok kedua, ribâ jual-beli, terbagi menjadi ribâ fadhl dan ribâ nasi’ah.<br />
<br />
1. Ribâ Qardh adalah praktek ribâ dengan cara meminjamkan uang kepada seseorang dengan syarat ada kelebihan/keuntungan bagi pihak pemberi utang.<br />
<br />
2. Ribâ Yâdd adalah praktek ribâ yang dilakukan oleh pihak yang peminjam yang meminjamkan uang/barang telah berpisah dari tempat aqad sebelum diadakan serah terima barang (aqad timbang terima). Munculnya ribâ dalam keadaan ini adalah karena dikhawatirkan akan terjadi penyimpangan. <br />
<br />
3. Ribâ Fadhl adalah praktek ribâ dalam bentuk menukarkan barang yang sejenis tetapi tidak sama keadaanya atau menukar barang yang sejenis tetapi saling berbeda nilainya. <br />
<br />
4. Ribâ Nasi’ah adalah praktek ribâ memberikan hutangan kepada orang lain dengan tempo yang jika terlambat mengembalikan akan dinaikkan jumlah/nilainya sebagai tambahan atau sanksi.<br />
<br />
Mengenai pembagian dan jenis-jenis ribâ, berkata Imam Ibnu Hajar al-Haitsami: “Bahwa ribâ itu terdiri dari tiga jenis, yaitu ribâ fadhl, ribâ al-yâdd, dan ribâ an-nasiah. Al mutawally menambahkan jenis keempat yaitu ribâ al qard. Beliau juga menyatakan bahwa semua jenis ini diharamkan secara ijma’ berdasarkan nash al-Qur’an dan hadits Nabi.”<br />
<br />
Para ahli fiqh Islam telah membahas masalah ribâ dan jenis barang ribâwi dengan panjang lebar dalam kitab-kitab mereka. Dalam kesempatan ini akan disampaikan kesimpulan umum dari pendapat mereka yang intinya bahwa barang ribâwi meliputi: <br />
<br />
1. Emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya. <br />
<br />
2. Bahan makanan pokok seperti beras, gandum, dan jagung serta bahan makanan tambahan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. <br />
<br />
Dalam kaitan dengan perbankan syariah implikasi ketentuan tukar-menukar antarbarang-barang ribâwi dapat diuraikan sebagai berikut: <br />
<br />
1. Jual-beli antara barang-barang ribâwi sejenis hendaklah dalam jumlah dan kadar yang sama. Barang tersebut pun harus diserahkan saat transaksi jual-beli. Misalnya rupiah dengan rupiah hendaklah Rp 5.000,00 dengan Rp 5.000,00 dan diserahkan ketika tukar-menukar. <br />
<br />
2. Jual beli antara barang-barang ribâwi yang berlainan jenis diperbolehkan dengan jumlah dan kadar yang berbeda dengan syarat barang diserahkan pada saat akad jual-beli. Misalnya Rp 5.000,00 dengan 1 dollar Amerika. <br />
3. Jual-beli barang ribâwi dengan yang bukan ribâwi tidak disyaratkan untuk sama dalam jumlah maupun untuk diserahkan pada saat akad. Misalnya mata uang (emas, perak, atau kertas) dengan pakaian. <br />
<br />
C. Hukum Riba<br />
Seperti yang sudah disinggung di depan bahwasannya riba adalah sesuatu yang haram hukumnya dengan firman-firman Allah ta’ala dan sabda Rasulullah SAW:<br />
Firman Allah Ta'ala:<br />
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”<br />
Firman Allah Ta’ala:<br />
<br />
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda.” (Ali-Imran:130)<br />
.<br />
Sabda Rasulullah shalallahu’alai hi wassalam,<br />
“Allah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, dua orang saksinya, dan penulisnya (sekretarisnya).”<br />
“Satu dirham riba yang dimakan seseorang dengan sepengetahuannya itu lebih berat dosanya daripada 36 berbuat zina.” (diriwayatkan Ahmad dengan Sanad Shahih)<br />
Maka jelaslah bagi kita dengan menjadikan dalil-dalil di atas sebagai hujjah / sebagai landasan dalam pengharaman riba. Allah dan Rasul-Nya telah apa yang dinamakan dengan riba merigharamkan.<br />
Riba diharamkan karena riba sangat berbahaya bagi kehidupan perekonomian, baik perekonomian masyarakat, negara, bahkan dunia ini, karena akan mematikan potensi-potensi masyarakat, memacetkan segala proyek-proyek pembangunandan perindustrian yang bermanfaat bagi orang banyak. <br />
<br />
Bahkan didalam firman-Nya Allah mengatakan dalam surat Al-¬Baqarah 275, bahwasannya bagi orang-orang yang memakan (mengambil) riba maka tanda-tanda mereka di hari kiamat mereka tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran penyakit gila.<br />
Maksudnya ialah: Allah menyuburkan di dalam perut orang yang makan riba dari apa yang diamakannya menjadi berat, dan menjadi penyakit gila, dia bangkit kemudian jatuh lagi demikian itu tanda-tanda pada hari kiamat.<br />
<br />
D. Larangan Ribâ Dalam al-Qur’an Dan as-Sunnah <br />
<br />
Ummat Islam dilarang mengambil ribâ apa pun jenisnya. Larangan supaya ummat Islam tidak melibatkan diri dengan ribâ bersumber dari berbagai surat dalam al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW. Dan tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai keharamannya, sebab hal ini telah ditetapkan berdasarkan nash al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, Ijma’ (konsensus) kaum muslimin, termasuk madzhab yang empat. <br />
<br />
1. Larangan Ribâ Dalam al-Qur’an <br />
<br />
Larangan ribâ yang terdapat dalam al-Qur’an tidak ditu-runkan sekaligus, melainkan diturunkan dalam empat tahap. <br />
Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman ribâ yang pada zhahirnya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada Allah SWT. Ayat ini diturunkan di Mekkah, tetapi ia tidak menunjukkan isyarat apapun mengenai pengharaman ribâ. Yang ada hanyalah kebencian Allah terhadap ribâ, sekaligus peringatan supaya berhenti dari aktivitas ribâ. <br />
<br />
Dan sesuatu ribâ (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia. Maka ribâ itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya). (Qs. Ar-Rûm [30]: 39). <br />
<br />
Tahap kedua, ribâ digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah SWT mengancam memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan ribâ. <br />
<br />
Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka yang (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan ribâ, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (Qs. An-Nisâ’ [4]: 160-161). <br />
<br />
Tahap ketiga, ribâ diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat, bahwa pengambilan bunga dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak dipraktekkan pada masa tersebut. Allah berfirman: <br />
<br />
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan ribâ dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (Qs. Ali-Imran [3]: 130). <br />
<br />
Dengan turunnya ayat ini, maka ribâ telah diharamkan secara menyeluruh. Tidak lagi membedakan banyak maupun sedikit. Ayat ini dan tiga ayat ribâ berikutnya sekaligus merupakan ayat tentang hukum yang terakhir. Bagi kaum muslimin saat ini, maka hukum yang berlaku adalah hukum pada ayat yang terakhir, yang telah menasakhkan hukum ribâ pada ayat-ayat sebelumnya. Juga, ayat diatas tadi menjelaskan bahwasannya ribâ telah diharamkan dalam segala bentuknya. Dalam hal ini tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai keharamannya. Sebab, hal ini telah ditetapkan berdasarkan Kitab Allah, Sunnah Rasul dan Ijma’ sahabat, termasuk madzhab yang empat <br />
<br />
2. Larangan Ribâ Dalam Hadits <br />
Pelarangan ribâ dalam Islam tak hanya merujuk pada al-Qur’an melainkan juga al-Hadits. Sebagaimana posisi umum hadits yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah digariskan melalui al-Qu’ran, pelarangan ribâ dalam hadits lebih terinci. <br />
<br />
Dalam amanat terakhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah, Rasulullah SAW masih menekankan sikap Islam yang melarang ribâ. <br />
<br />
“Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu, dan Dia pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil ribâ, oleh karena itu hutang akibat ribâ harus di-hapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidakadilan.” <br />
<br />
Selain itu, masih banyak lagi hadits yang menguraikan masalah ribâ. Di antaranya adalah: <br />
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW berkata, “Pada malam perjalanan mi’raj, aku melihat orang-orang yang perut mereka seperti rumah, di dalamnya dipenuhi oleh ular-ular yang kelihatan dari luar. Aku bertanya kepada Jibril siapakah mereka itu. Jibril menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang memakan ribâ.” <br />
<br />
Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas`ud, bahwa Nabi SAW bersabda: “Ribâ itu mempunyai 73 pintu (tingkatan), yang paling rendah (dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zina dengan ibunya.” <br />
<br />
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tuhan sesungguhnya berlaku adil karena tidak membenarkan empat golongan memasuki surga atau tidak mendapat petunjuk dariNya. (Mereka itu adalah) Peminum arak, pemakan ribâ, pemakan harta anak yatim, dan mereka yang tidak bertanggung jawab/menelantarkan ibu bapaknya. <br />
<br />
E. Alasan Pembenaran Pengambilan Riba<br />
<br />
Meskipun sudah jelas Al-Qur’an maunpun As-Sunnah yang secara tegas menyatakan keharaman riba, namun masih saja beberapa cendekiawan yang mencoba pembenaran atas pengambilan bunga uang, diantaranya:<br />
<br />
1. Dalam keadaan darurat, bunga halal hukumnya<br />
<br />
Alasan darurat haruslah melalui pertimbangan yang komprehensif seperti sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah dan bukan istilah darurat menurut pengertian sehari-hari. Menurut Imam Suyuti, darurat adalah suatu keadaan emergency dimana jika seseorang tidak segera melakukan tindakan dengan cepat, maka akan membawanya ke jurang kehancuran atau kematian.<br />
<br />
2. Hanya bunga yang berlihat ganda saja dilarang. Sedangkan suku bunga yang wajar dan tidak menzalimi diperkenankan.<br />
<br />
Pendapat bahwa riba hanya jika berlipat ganda dan memberatkan, terjadi karena adanya kekeliruan dalam menafsirkan ayat:<br />
<br />
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertawakallah kamu pada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (QS. Ali Imran: 130).<br />
<br />
Secara sepintas, seakan-akan hanya yang berlipat dan memberatkan, namun apabila pemahamannya dikaitkan dengan ayat yang lain dan memperhatikan tahapan pemahaman riba, maka dapat disimpulkan bahwa segala jenis riba diharamkan.<br />
<br />
3. Bank sebagai Lembaga, tidak termasuk ke dalam mukallaf. Sehingga tidak terkena khitab ayat-ayat dan hadits riba.<br />
<br />
BAB III<br />
KESIMPULAN<br />
<br />
Dari pembahasan diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu: untuk menghindari riba ini, kemudian sebagian orang Islam mendirikan bank tanpa bunga, yang dalam hal ini disebut bank Islam. Seperti halnya bank konvensional, bank Islam mengarahkan perhatian pada “kerjasama dan bagi hasil”, yang dituangkan dalam bentuk profif dan loss sharing (mudarabah dalam fiqih Mu’amalah) yaitu untung dan rugi dirasakan bersama. Tetapi dalam hak tertentu, bank Islam boleh menjanjikan pemberian keuntungan yang lebih besar kepada peminjam daripada suku bunga yang berlaku di bank pada umumnya, dan menjanjikan pemungutan keuntungan kepada peminjam lebih kecil daripada suku bunga tersebut. Terhadap hal tersebut tidak seluruh pendukung bank Islam menerimanya, sebab dipandang bertentangan dengan prinsip mudharabah<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Ahim Abdurrahim, Diktat Ekonomi Islam, UPFE, Yogyakarta.<br />
<br />
Muh. Zuhri Dr., Riba dalam Al-Qur’an dan Masalah Perbankan (Sebuah Tilikan Antisipatif), Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1997.<br />
<br />
http//www.Google.Com.Riba dalam Pandangan Islam.Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-12251386975790298652011-07-17T22:24:00.000-07:002011-07-17T22:24:04.286-07:00Unsur - unsur KomunikasiUnsur-Unsur Komunikasi<br />
<br />
Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur yaitu : pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan) dan pesan itu sendiri. Awal tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yang dikenal dengan ”SMCR”, yaitu : Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima).<br />
<br />
Komunikator<br />
Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.<br />
Komunikator dapat dilihat dari jumlahnya terdiri dari <br />
(a) satu orang; <br />
(b) banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang;<br />
(c) massa.<br />
<br />
Komunikan <br />
Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. <br />
Peran antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling bergantian. Dilihat dari jumlah komunikator dan komunikan, maka proses komunikasi dapat terjadi 9 kemungkinan.<br />
<br />
Pesan<br />
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. <br />
Pesan bersifat verbal (verbal communication) :<br />
(1) oral (komunikasi yang dijalin secara lisan);<br />
(2) written (komunikasi yang dijalin secara tulisan).<br />
Pesan bersifat non verbal (non verbal communication) :<br />
(1) gestural communication (menggunakan sandi-sandi bidang kerahasiaan)<br />
<br />
Saluran komunikasi & media komunikasi<br />
Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.<br />
<br />
Terdapat dua cara :<br />
(1) non mediated communication (face to face), secara langsung;<br />
(2) dengan media.<br />
<br />
Efek komunikasi <br />
Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan : (1) kognitif (seseorang menjadi tahu sesuatu); (2) afektif (sikap seseorang terbentuk) dan (3) konatif (tingkah laku, hal yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu).<br />
Umpan balik ( Feetback )<br />
Umpan balik dapat dimaknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan terus-menerus saling bertukar peran.Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-1552618470402472502010-12-27T07:41:00.000-08:002010-12-27T07:41:20.246-08:00Komunikasi Nonverbal<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">BAB I<o:p></o:p></span></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1.1. Pengertian<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Dalam kamus besar bahasa indonesia diam memiliki tiga arti yaitu tidak bersuara (<em>tidak berbicara</em>) tidak berbuat (<em>tidak berusaha apa-apa</em>) dan tidak bergerak (<em>tetap ditempat</em>). Dan dalam diam seseorangpun diduga memiliki tiga maksud setuju, tidak setuju ataupun tidak perduli. Yang pasti apapun sikap kita itu pasti mengandung konsekuensi. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> golongan orang tertentu,selalu bersikap diam dan pasif dalam kehidupan tak bisa terlihat jelas dalam raut wajahnya kesedihan atau kebahagian. Semua terlihat datar tertutupi oleh sikap diamnya, tapi ada juga golongan orang yang selalu ingin mengatakan apa saja yang terlintas di hati dan kepalanya, reaksi kesedihan atau kebahagian terlihat nyata bahkan disertai pernyataan tentang suasana hatinya. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><em><span style="font-style: normal;">Ada</span></em></st1:city></st1:place><em><span style="font-style: normal;"> juga diam yang memiliki unsur protes atau ketidak sukaan terhadap sesuatu misalnya seorang suami atau istri yang tidak menyukai sikap atau perbuatan pasangannya menanggapinya dengan sikap diam</span></em><i> </i>dan tentu saja diam yang seperti ini pada akhirnya akan membawa<i> </i>keburukkan buat hubungan mereka itu, apalagi diam yang disertai rasa amarah sungguh bukan hal yang bijaksana untuk dilakukan. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> juga pernyataan lebih baik diam daripada terus bicara tetapi tanpa makna atau manfaat, akan tetapi bila kita diam melihat kemaksiatan, ketidakadilan, kemunafikan, penindasan atau kemungkaran. <em><span style="font-style: normal;">Sesungguhnya itu adalah salah besar, artinya tak perduli atau cuek dan tak mau ambil pusing dengan keadaan lingkungan sekelilingnya, dan dapat dipastikan type insani seperti ini biasanya hanya menjadi duri dan benalu yang lebih memikirkan diri sendiri ketimbang hajat hidup orang banyak</span>.</em> </span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Antara diam dan banyak bicara, tidak bisa dibilang salah satu lebih penting, atau masih relevan tidaknya. Yang lebih susah terkadang ialah bukan harus diam atau bicara nya, melainkan dapat mengetahui kapan harus diam dan kapan perlu berbicara. Terlalu banyak bicara (<em>asal berkoar, tanpa dasar yang benar</em>) sama negatifnya dengan selalu menutup mulut (<em>padahal perlu untuk menyuarakan sesuatu yang benar</em>).</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Kata orang-orang bijak, diam selalu mengandung berjuta makna. Bisa positif, tapi lebih sering negatif, entah marah, kecewa, atau putus asa. Diam biasanya adalah jalan terakhir untuk bersuara, ketika berkata tidak lagi bermakna. <em><span style="font-style: normal;">Banyak orang melabelisasikan kepada sesama-Nya, bahwa orang itu diam-diam sambuk artinya orang itu diam-diam menghanyutkan.<o:p></o:p></span></em></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Di dunia, bahwa <em><span style="font-style: normal;">renungan berasal dari kata renung artinya diam-diam memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam</span>.</em> Diam dengan diam membuat banyak orang salah tingkah, tetapi diam itu juga bisa dibilang “<em>emas</em>” tetapi kata “<em>emas</em>“nya itu artinya juga kadang nggak tahu. Diam itu juga kadang berarti setuju misalnya jika seorang wanita dilamar karena malu mengatakan <em>“iya”</em> jadi hanya diam dan tertunduk.Tetapi <em>“diam”</em> juga bisa diartikan ketidaksetujuan seperti yang pernah saya liat di televisi yang lagi “demo”atas ketidakbijakan pemerintah seperti mogok bicara,makan dan sebagainya.Karena definisi diam itu tidak hanya mogok bicara tetapi tidak melakukan apapun itu bisa di sebut “diam” betul kan? “<em><b>If you have nothing good to say, then say nothing</b></em>” yah daripada banyak bicara mengumbar kejelekan lebih baik “Diam”. <em><b>“Silent is the mother of truth~Benjamin D”</b></em><b><i><o:p></o:p></i></b></span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam itu indah, bila sedang serius bekerja, dan ketika kita sedang sakit gigi atau sakit kepala. Diam memiliki makna yang lain ketika dalam keramaian dan satu orang berteriak sangat keras kata "<em>diaaammm!!!</em>", pasti spontan semua orang akan bertanya-tanya dan menghentikan semua pembicaraan. artinya yang sangat dalam...Tapi ada juga orang yang sering diledekin dan menjadi bahan cemoohan orang lain, yang mengatakan kata yang sama <em>diaaammm!!!</em>... bukanya pada diam tetapi semakin seru dan semakin menjadi-jadi keributan yang ada...dan masih ada jutaan makna dari kata diam... diam adalah emas; diam itu tidak tahu apa-apa; diam berarti mengiyakan; diam membisu karena <em>bete</em>; diam-diam mengamati; diam dalam kehampaan; diam karena perasaan rindu, dan lain-lain....Jadi apapun definisinya... hanya kita yang tahu, dan hanya kita yang dapat mengekspresikannya. </span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Arti kata ‘Tenang’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain adalah:<br />
Diam tidak berubah-ubah (diam tidak bergerak-gerak), Tidak gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, aman, tenteram. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Hati manusia merupakan bagian yang paling menarik bagi Tuhan karena dari hati akan mempengaruhi pikiran, dari pikiran akan mempengaruhi tindakan, tindakan yang dilakukan terus menerus akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan ini akan membentuk karakter, dan karakter ini akan menentukan masa depan kita. Oleh karena itu cara kita memelihara hati itu, sangat menentukan cara kita maju dalam perjalanan hidup. Perhatikan kata “diam” artinya tinggal selama-lamanya di dalam hati, pikiran, perkataan dan tindakan kita.</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> DIAM. Artinya, ketika mengalami suatu kejadian yang menurut keyakinan anda, anda harus <em>Sabar</em>, maka lakukan DIAM. <em><b>Dalam masyarakat ada berapa suku tertentu di Indonesia, lebih banyak menurut dan lebih banyak diam artinya tidak suka neko-neko.<o:p></o:p></b></em></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> kalanya diamnya seseorang lebih kuat daripada jawaban. Jika akal telah mencapai kesempurnaan, maka akan berkuranglah pembicaraan. Sebab, perkataan akan tetap berada dibawah kendalimu selama engkau belum melontarkannya. Tetapi jika engkau telah melontarkan perkataan, engkaulah yang terbelenggu olehnya. Karenanya, simpanlah lisanmu sebagaimana engkau menyimpan emas. Adakalanya perkataan terasa nikmat, tetapi ia mengundang bencana. Artinya, diam seseorang lebih baik ketimbang perkataan yang tiada makna. Perkataan yang sudah terlanjur terlontar tidak akan bisa ditarik lagi, apalagi jika mengandung keburukan.<span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">BAB II<o:p></o:p></span></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">PEMBAHASAN</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.1.</span></b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <b>Diam Sebagai Komunikasi</b></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam yang didefinisikan di sini adalah tidak adanya pembicaraan atau komunikasi nyata. Pada umumnya, diam sering diabaikan sebagai bentuk komunikasi dalam Perilaku Organisasi. Hal ini dikarenakan diam menggambarkan tidak adanya tindakan <i>(inaction)</i>. Tapi, sesungguhnya diam dapat merupakan bentuk komunikasi yang kuat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam dapat berarti seseorang sedang berpikir atau merenungkan jawaban terhadap pertanyaan, dapat juga berarti seseorang sedang cemas atau takut untuk berbicara. Diam dapat mengisyaratkan kesepakatan, menolak, kecewa, atau marah. Diam dapat merupakan tanda bahwa seseorang merasa terganggu terhadap suatu kondisi, dapat pula mengisyaratkan rasa tidak senang dengan menjauhkan diri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Kegagalan dalam memberikan perhatian pada bagian DIAM dari percakapan dapat berakibat kehilangan bagian penting dari pesan. Komunikator yang cerdik memperhatikan kesenjangan, jeda, dan keragu-raguan. Mereka mendengarkan dan mengiterpretasikan sikap diam. Mereka memperlakukan jeda (diam) misalnya sebagai analog dengan lampu kuning yang berkelap-kelip di perempatan jalan dan memberi perhatian pada apa yang akan muncul berikutnya. Kadangkala pesan yang nyata dalam komunikasi terkubur dalam DIAM. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Terkadang, dalam sebuah perdebatan kita merasa puas atau merasa menang ketika lawan bicara kita tak lagi melontarkan kata-kata terhadap kata-kata yang kita lontarkan kepadanya. Dan sesungguhnya itu bukan berarti menandakan bahwa perseteruan telah berakhir karena diam bukan berarti menandakan ketidakberdayaan seseorang, bukan pula selalu berarti tidak adanya komunikasi, melainkan ada banyak makna di dalamnya. Dalam diam terdapat strategi dan pemikiran yang tak terlihat. Oleh karena itu ada pepatah yang mengatakan "DIAM-DIAM MENGHANYUTKAN"</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam adalah emas. Diam dapat menunjukkan kedewasaan dan kebijaksanaan seseorang dalam menghadapi perseteruan dalam sebuah komunikasi. Diam pun dapat merupakan sebuah bentuk penghinaan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-indent: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Mungkin sebagian dari kita ada yang tahu lagu jadul dari the tremeloes yang berjudul Silence Is Golden (Diam adalah Emas). Bagi sebagian orang, lagu itu tampaknya mengandung kata-kata yang kontrorersial, tetapi lagu itu justru menunjukkan kekuatan diam ketika kita berkomunikasi. Amatullah Armstrong, seorang Sufi dari negeri kangguru, mengatakan bahwa musik Terindah baginya adalah keheningan malam saat dia berdo’a Kepada Allah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Lho kok bisa ya orang diam tak berkata-kata apa pun, tapi dianggap berkomunikasi? Ya, bagi para pakar komunikasi, diam termasuk dalam komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal adalah komunikasi selain lisan dan tulisan. Konon, 65% komunikasi yang dilakukan manusia adalah komunikasi non verbal. Sedangkan, komunikasi verbal yaitu komunikasi secara lisan, adalah sisannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Contoh komunikasi Non verbal misalnya anda seorang wanita cantik yang sedang berjalan kaki disekitar para pria usil, para pria itu mncoba untuk menggoda anda dengan,Hai Cantik? namun, anda diam tak mengindahkan mereka. Sebetulnya, diam anda saat itu adalah komunikasi yang anda sampaikan bahwa Anda tidak suka dengan godaan mereka.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Memang, terkadang diamnya seseorang menunjukkan seribu tanya dan penafsiran. jika seorang dosen bertanya kepada mahasiswanya kemudian dalam waktu yang cukup lama si mahasiswanya diam sebelum menjawab. Si mahasiswa dapat dianggap sedang berfikir untuk dapat menjawab secara akurat berpikir lambat, abnormal, sedang melamun, mempermainkan dosen tidak mengerti pertanyaannya, takut oleh dosen, pura-pura mikir dll.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Contoh yang lain adalah ketika seorang ayah yang diam seribu bahasa ketika menyaksikan anak pertamanya lahir. Diamnya siayah bukan karena tidak dapat menerima kehadiran anaknya, tetapi karena terharu dan tidak bisa berkata apa-apa selain mengungkapkan kebahagiaan dengan air mata. Kata-kata apa pun tidak dapat mewakili ungkapan kebahagiaannya,sehingga hanya berdiam.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.2. Makna Diam Dalam Komunikasi Non Verbal<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> kebiasaan di masyarakat tertentu bahwa diam berarti setuju. Misalnya, seorang gadis ketika dilamar oleh seseorang hanya diam. Nah, orang-orang yang disekitarnya menafsirkan bahwa gadis itu menerima. Diam dalam ilmu komunikasi sesungguhnya orang tersebut juga berkomunikasi, sehingga dalam ilmu komunikasi disebutkan bahwa manusia itu tidak bisa tidak berkomunikasi. Diam saja pun juga berkomunikasi. Dalam proses komunikasi sehari-hari diam mempunyai beberapa fungsi, yaitu:</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1) memberi kesempatan berpikir</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Seringkali diam berfungsi untuk memberikan waktu berpikir bagi seorang pembicara. Pembicara diam sesaat untuk berpikir apa yang sebaiknya dibicarakan berikutnya. Dalam rapat misalnya, semua peserta rapat diam. Diam disini dapat berfungsi sebagai memberi kesempatan berpikir kepada peserta rapat. Demikian pula ketika seseorang bertanya kepada seseorang akan diam sesaat sambil menunggu apa jawaban dari orang itu. Tentu saja disini yang bertanya diam untuk memberi kesempatan berpikir.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2) Menyakiti</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam juga bisa bertujuan untuk menyakiti seseorang. Banyak orang yang suka mendiamkan seseorang yang menjengkelkan. Misalnya dua orang yang bertengkar akan saling mendiamkan. Fungsi lain diam adalah menolak keberadaan dan peran seseorang di dalam suatu kelompok.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">3) Mengisolasi diri </span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Kadangkala diam juga berfungsi sebagai tanggapan seseorang terhadap rasa takut, malu, atau cemas. Misalnya, seseorang merasa cemas dan malu di dalam suatu kelompok orang-orang.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">4) Mencegah komunikasi</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Dengan diam dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak membicarakan hal-hal tertentu. Contohnya, seseorang menolak membicarakan pribadi orang lain. Disamping itu diam juga berarti mencegah seseorang akan melakukan kesalahan atau berbicara salah.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">5) Mengkomunikasikan perasaan</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam juga dapat dimaksudkan memberikan tanggapan-tanggapan emosional. Misalnya seseorang diam untuk menolak dominasi satu terhadap yang lain di dalam hubungan antar pribadi.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">6) Tidak menyampaikan ssesuatupun</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Seringkali diam terjadi karena di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">sana</st1:city></st1:place> tidak ada yang saling berbicara, atau seseorang memang sedang tidak ingin melakukan atau mengatakan apapun.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Kadang kala diam juga dimaksudkan untuk menjaga perasaan orang lain. Misalnya seseorang mengatakan sesuatu yang kurang tepat, orang yang mendengarkan diam saja. Orang lain diam karena segan menyanggahnya, karena dapat menyakiti orang tersebut, atau dapat membuat hubungan selanjutnya menjadi kaku. Diam kadang juga mengekspresikan tidak percaya kepada pernyataan seseorang. Diam dapat juga mengekspresikan rasa diri tinggi. Misalnya, ia tidak perlu menanggapi pernyataan seseorang karena dinilai seseorang itu adalah seorang yang lebih rendah derajatnya (dalam anggapannya tentu saja). Diam dapat juga berarti mengejek atau meremehkan.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Ya, ternyata diam itu banyak memberi informasi dalam komunikasi. Masalahnya, seringkali kita salah menginterpretasikan aksi diamnya seseorang. Dikira menerima, ternyata menolak. Dikira mengejek, nyatanya tidak mendengar.. ha…ha. Ayo, ada lagi nggak arti diam yang belum saya sebutkan. Ayo…, saya tunggu tambahannya.</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.3. Menanggapi Makna Diam Dibudaya Timur Dan Barat<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam di Timur<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Pandangan orang timur tentang diam berbeda dengan pandangan orang barat. Pada umumnya, orang timur tidak merasat tidak enak dengan diam. Pada umumnya, orang timur tidak merasa tidak enak dengan diam. Bahkan, banyak orang yang banyak bicara. Orang yang menganggap berbicara dapat menjadi sumber masalah. Orang yang banyak bicara banyak salahnya. Begitu katanya. Dengan diam, seseorang dapat memperolah kebaikan, keberaniaan, kesabaran, pencerahan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Di Indonesia ekspresi diam yang paling nyata ditunjukkan dalam upacara nyepi yang dilakukan umat Hindu di Bali sebagian usah untuk membersihkan seluruh alam beserta isinya dan meningkatkan hubungan akan keselarasan antara manusia dan tuhan, manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya. Diam menjadi bahan perenungan atau konlemplasi untuk evaluasi perbuatan di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">massa</st1:city></st1:place> lalu dan berniat memperbaikinya pada masa yang akan dating.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Di Jepang diam berarti penghormatan. Jika menghadapi pertanyaan, pertanda bahwa pertanyaan yang di ajukan cukup penting sehingga karenanya memerlukan pemikiran adalah dengan dim dulu sesaat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Dengan kata lain, menjawab sesuatu begipertanyaan tanpa ragu, adalah suatu penghinaan karena hal itu berarti pertanyaan tersebut. Begitu sederhana yang tidak memerlukan pemikiran, lebihgawat lagi jika pertanyaan langsung dijawab dan jawaban ternyata ternyata salah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam Di Barat<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Bagi orang barat, diam dapat menjadi aib atau kurang disukai. Bahkan di Negara-negara Arab dan Yunani yang mementingkan interaksi social. Diam dianggap tidak menyenangkan. Bagi mereka, kebahagiaan terbesar adalah ketika bisa ngobrol dengan kawan-kawan mereka menanggap bahwa kebersamaan, percaakapan, bahkan kegaduhan adalah tanda kehidupan yang baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Anda memilih diam atau tidakterkadang hal itu menjadi sebuah pilihan yang paling penting saat berkomunikasibaik verbal maupun non-verbal adalah bagaimana setiap apa yang kita sampaikantidak sampai menyakiti orang lain. Bagi yang terbiasa berkomunikasi pedas, jutek, ketus, cemberut dan lain-lain. Maka anda perlu latihan untuk dapat berinteraksi denganlebih sehat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.4. Diam Itu Emas<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Mengapa engkau diam padahal engkau dimusuhi?”ucap Imam Syafi’i menirukan teguran teman-temannya. “Menanggapi suatu permusuhan”,jawabnya,”sama dengan melakukan kejahatan. Bersikap diam dalam menghadapi orang bodoh merupakan kebajikan. Sebab disalam sikap diam terdapat suatu upaya pemeliharaan kehormatan. Tidakkah engkau tahu bahwa harimau hutan itu ditakuti dan disegani karena ia berdiam diri? Bukankah anjing yang berkeliaran dijalan sering dilempari orang karena ia terlalu banyak menggonggong?”, karena itu imam syafi’i menganggap sikap diamnya sebagai suatu perniagaan, meskipun tak ada untungnya, tetapi paling tidak takkan pernah merugi.</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Jadi, diam itu emas, makna sesungguhnya ada disitu, yaitu berdiam diri untuk tidak terjebak melakukan kesalahan yang sama. Inilah yang dimaksud sebagai ‘mengalah untuk menang’.</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Tetapi bagaimana kalau orang diam saja terhadap kekeliruan dan kejahatan orang lain? Apakah diam dalam konteks ini dapat dibenarkan? Tentu tidak, orang yang salah harus ditegur dan diperbaiki, bukan sigembar-gemborkan dan dibesar-besarkan kesalahannya.</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Ibnu Mas’ud, ketika dibawa kehadapannya seseorang yang dituduh bergelimang dalam minuman keras, lantas ia menegaskan bahwa “Sesungguhnya kami telah dilarang oleh Nabi untuk mencari-cari kesalahan orang, tetapi kalau kami benar-benar mengetahui adanya suatu penyelewengan maka kami pasti akan menghukumnya”(HR. Abu Dawud)</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Itu berarti, makna berdiam diri disini pada hal-hal yang tidak mendatangkan kemaslahatan bagi orang banyak. Tetapi tidaklah dimaksudkan untuk diam dan tidak berbuat apa-apa pada saat kemunkaran terjadi, atau harga diri dan kehormatan sesorang terganggu.</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Berdiam diri dalam konteks ini tentu tidak boleh, karena pertanda kelemahan. Dikatakan sebagai kelemahan karena tidak mampu menegakkan kebenaran dan membela harga dirinya saat diserang secara tidak beradab. Bangkit dan membela kebenaran juga mempertahankan kebaikan adalah kewajiban asasi manusia.</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.5. Mengapa Pilih Bicara Atau Diam?<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/MAKALAH%20KOMUNIKASI%20NON%20VERBAL...%20DIAM...doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt;">[1]</span></b></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> “Suatu hari, Mary, ibu mertuaku, meminta waktu untuk berbicara dari hati ke hati. Sudah sebulan hubungan kami agak beku. Dengan kesungguhan, Mary menyatakan bahwa Chris, suamiku, adalah ‘pangerannya’. Chris begitu penting bagi Mary. Mengandung, membesarkan, membiayai, mendoakan, memimpikan setiap hari, itulah yang ada dibenak Mary tentang Chris. Kini aku datang, sebagai menantunya. Dan Chris tampak sangat mencintaiku. Sungguh berat bagi Mary menerima realitas ini. Betapa Mary khawatir dia akan dilupakan buah hatinya. Dinomorduakan. Atau bahkan tidak didengar pendapatnya. karena ada aku! Sekarang aku diam dan paham. Mengapa Mary begitu ’menjengkelkan’ selama ini” begitu penuturan Ratih.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Melalui tulisan ini, saya tidak hendak mengajak anda memasuki romantika pengalaman Ratih maupun Mary. Namun saya ingin mengajak kita menganalisa mengenai keberanian Mary, sang mertua, dalam menyampaikan pendapatnya, dilihat dari konteks budaya. Mungkin kita kerap merasakan kesal ketika orang menunjukkan kesan kurang respek, menghindar, cemberut, membicarakan dibelakang atau sejenisnya. Rina, teman saya bilang, ”orang Jawa itu gitu, kalo ngak suka, ngak langsung bilang. Aku sebel banget deh.”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Saya dengarkan dengan empati. Diam-diam ada rasa ingin mengajak dia membahas hal yang dia ‘jengkelkan’ dari kajian budaya. Dengan geli, saya urungkan niat bahas teori itu. Khawatir dia marah, diajak berfikir toleran, sementara hatinya tengah kesal pada kakaknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Jadi, melalui tulisan ini, marilah kita ’have fun’ dengan keberagaman manusia. Memahaminya alasan pilihan individu dan tidak menjadi polisi atas garis batas standar yang kita yakini lebih baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Seorang Edward T Hall (1976) dalam risetnya menyimpulkan bahwa ada komunitas yang cenderung menyampaikan pesan atau gagasannya dalam bentuk kata-kata langsung. Komunitas ini disebut berbudaya konteks rendah. Sebaliknya, ada komunitas yang cenderung menggunakan isyarat atau nonverbal, dibandingkan ungkapan kata-kata dalam menyampaikan pesannya. Kelompok ini disebut berbudaya konteks tinggi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Pilihan penyampaian pesan konteks tinggi dan rendah memiliki latar belakang ’baiknya’. Pada budaya kolektifis, dimana kekerabatan dianggap baik, penyampaian pesan yang menyinggung perasaan seseorang. Kata-kata langsung pada seseorang, mungkin akan menyisakan rasa tidak nyaman pada kakek, bibi, adik, dan saudara sepupunya. Karenanya mereka cenderung tidak bicara langsung, atau memilih diam. Pada budaya individualis, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">gaya</st1:city></st1:place> bicara berkonteks rendah cenderung diterima dan dihargai. Masing-masing bertanggung jawab pada diri sendiri. Pembahasan antara dua orang cenderung tidak beresiko panjang pada perasaan kerabat lainnya. Jadi pilihan penggunaan bahasa, sesungguhnya merupakan upaya tanggung jawab dan proses analisa bijaksana dari seseorang yang terekam terus menerus, dan menjadi pola.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Orang <st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region> dan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">China</st1:country-region></st1:place>, cenderung menggunakan budaya berkonteks tinggi. Kata-kata umumnya tak terpisahkan dengan etika dan hubungan sosial. Untuk memahami suatu pernyataan, orang perlu mengerti arti dibalik itu, bahkan sejarahnya. Percakapan biasanya ditujukan untuk menjaga keharmonisan dan kesatuan. Daripada sekedar memuaskan kebutuhan pembicara. Orang berbudaya konteks tinggi, biasanya ada pada masyarakat kolektifis. Mereka cenderung kurang banyak berargumen. Bila ada jawaban yang membuat orang senang, mereka menyampaikannya. Bila tidak menyenangkan, mereka memilih untuk tidak mengatakannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Masih ingat stereotype tentang orang Jepang yang menghindari kata ”tidak” ? Tujuannya mulia, yaitu ’to safe face’ orang tersebut. Jadi mungkin sekali bahasa terasa ambiguitas atau bias. Budaya berkonteks tinggi, juga akrab dengan ”diam”. Masih ingat bagaimana ’diam atau senyum’ Presiden Soeharto yang kerap dimaknai beragam. Hanya ’orang dalam’ yang dapat memahami artinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Orang Amerika Selatan dan Eropa (Perancis, Jerman, Inggris) cenderung berbudaya konteks rendah. Mereka biasa berbicara secara langsung, singkat dan elaboratif. Bagi orang berbudaya konteks rendah, fungsi utama bahasa adalah untuk mengekspresikan gagasan dan pemikiran secara jelas, logis dan sepersuasif mungkin. Pendengar dan pembicara adalah entitas yang berbeda. Pembicara menunjukkan individualitasnya untuk mempengaruhi yang lain. Sedemikian rupa kata-kata dibuat jelas, dan menghindari adanya bias. Pada kelompok berbudaya konteks rendah, diam, cenderung dihindari. Pembicara yang baik dan kompeten, diharapkan mengatakan apa yang mereka maksudkan dan bersungguh-sungguh. Bila tidak, orang tersebut dianggap tidak jujur atau tidak dapat dipercaya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Bukti hubungan antara individualis dan kolektifis dengan budaya berkonteks tinggi dan rendah, dapat dilihat pada penggunaan kata ”kami”, ”kita” atau ”saya”. Orang individualis memilih kata ’saya’, karena tidak merasa mewakili pemikiran orang lain. Randy, teman saya, menggerutu tentang penggunaan kata ’kami’ untuk menjelaskan ’saya’ dari orang Indonesia. Dengan logis, dia menghubungkan argumennya pada kajian EYD yang baik dan benar. Memang betul analisa bahasanya. Tapi orang kolektifis, menyebut ’kami’ atau ’kita’ saat bicara, bukan karena tidak paham beda terminologi ’saya’ dan ’kami’. Mereka memilih ’kami’ karena menurutnya, pihak lain layak disertakan dalam tanggung jawab sosialnya. Rasa itu sangat kuat, hingga kadang penggunaannya rancu, bahkan terbawa hingga pernyataan yang seharusnya mewakili pikirannya sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Memang tidak selalu orang <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> memilih kata ’kita’ atau ’kami’ dalam ungkapannya. Pada komunitas yang akrab dengan suasana birokrasi, bapakisme, seperti institusi pemerintahan, atau kelompok tradisional, mereka lebih rajin memanfaatkan kata ’kami’ atau ’kita’ ketimbang pegawai perusahaan multinasional. Padahal sama-sama orang <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Jadi mereka yang hidup atau terespos dengan budaya konteks rendah, bisa jadi banyak menggunakan pilihan kata langsung dan implisit.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Salah satu alasan yang disebut-sebut menjadi pemicu adanya kekerasan dalam rumah tangga di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> dan mungkin dinegara-negara lain yang berbudaya serupa adalah karena adanya budaya berkonteks tinggi. Orang yang tidak mampu menyatakan perasaannya secara verbal, membuat dirinya frustasi dan menyalurkannya melalui kekerasan. Baik suami pada isteri atau anak, atau sebaliknya. Tampaknya disini budaya berkonteks rendah lebih sempurna. Namun bila kita nyaman dengan kehidupan kolektifis, resiko sosial akan suatu pernyataan yang eksplisit bisa jadi lebih tinggi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Apakah seseorang bergaya formal atau tidak formal dalam berbicara, juga bervariasi antarbudaya. Hal ini juga memungkinkan timbulnya kesalahpahaman. Di Jawa dan Sunda, kita tahu bahwa pemilihan kata dilatarbelakangi oleh status sosial berbeda, tingkat keintiman berbeda termasuk pada acara sosial yang berbeda. Orang Amerika mungkin akan melihat orang Jawa adalah orang yang kaku dan aneh. Sementara orang Jawa bisa jadi melihat orang Amerika, kasar, tidak tahu adat atau tidak sopan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Sebagai penutup saya ingin berbagi pengalaman seorang teman, Ria namanya. Suami Ria, John, suatu ketika mengangkat kaki ketika bersantai menonton televisi bersama keluarga. Meski posisi duduk John jauh dibelakang. Kelihatannya secara etika tidak mengganggu siapapun, namun Ria yang dibesarkan dalam tatakrama Jawa menak, merasa jengah kalau-kalau ayah-ibunya tersinggung. Malamnya Ria diam. John merasa ada sesuatu yang salah. Ria berkata ’tidak ada apa-apa’. Meski demikian, John masih yakin ada sesuatu yang tidak beres. Ria menjelaskan pada saya bahwa dia memilih untuk diam karena menjaga perasaan suaminya. Ria khawatir John malu bila tahu dia ’bersalah’ karena tidak sopan pada orang tuanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Saya tidak tahu bagian mana yang dapat dikategorikan lebih sempurna. Bagi saya, semuanya bervisi indah. Namun bila berkenan saya bersaran, bagaimana bila kita melepaskan kotak kepastian dikepala kita, dan melihat konteks dimana kita berada. Dengan bijaksana memilih kata (verbal) dan non kata (nonverbal) yang tepat. Sesuai keadaan. Memang rasanya pilihan kita seharusnya jelas, yaitu menjadi manusia antarbudaya.</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.6. Apa Makna Diam Itu?</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Apa yang dianjurkan kepada kita ketika mendapati orang sedang membaca Al-Qur’an ? ya, diam. Apakah diam yang dimaksud? Diam sambil sms-an? Diam memakai handsfree? Diam sambil mengeliyepkan diri sampai tidur?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Ya, ternyata yang dimaksud adalah diam memikirkannya, merenunginya, menelusuri kedalaman relung akal dan belantara hati untuk menemukan hikmah yang selama ini belum tersibak kita untuk menyadarinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Lalu, samakah anjuran diam ketika mendengar bacaan Al-Quran dengan diam ketika kita dibuat marah oleh orang? Saya belum tahu jawabannya. Kali ini proses pencarian saya baru pada tahap memahami ternyata ada tingkatan diam menurut versi saya sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><o:p><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></o:p><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 27.0pt list 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam tingkatan pertama : diam benar-benar diam <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Sekalipun diam dalam artian ini adalah diam benar-benar diam, tetapi ini tetaplah diam yang baik asal tidak dalam kondisi darurat, asal tidak dalam kondisi kita sebagai pemegang peranan kunci tunggal yang kalau kita tidak bergerak maka akibat buruk adalah kita penyebabnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam pada tingkatan ini secara klinis dijelaskan sebagai aktivitas memberi waktu, agar stimulus yang diterima otak kita bisa sampai pada otak bagian belakang, yakni neokorteks. Tanpa diam memberi waktu, akan kurang baik akibatnya, karena sebelum stimulus sampai neokorteks otak sudah disuruh memberi respon, akibatnya yang akan memerintahkan adalah otak primitif (limbik sistem) kita. Maka, respon yang dihasilkan cenderung bersifat gegabah, tidak bijaksana.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 27.0pt list 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span></span><b><i><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam tingkatan kedua : diam karena berpikir</span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam ini, saya belum tahu penjelasan klinisnya, yang jelas ini adalah aktivitas yang secara fisik (tindakan) diam tetapi secara quantum (pikiran) berputar, bergerak tiada henti. Diam tetapi memikirkan gagasan baru, diam tetapi memikirkan solusi untuk membantu menyelesaikan masalah, diam tetapi berkecamuk produktivitas di dunia yang tak kasat mata. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><o:p><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></o:p><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">BAB II<o:p></o:p></span></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">PENUTUP<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="pjff2" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="nw"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Manusia di lahirkan ke dunia ini adalah sebagai makhluk sosial antara</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <span class="nw">manusia yang satu dengan yang lainnya pasti akan berinteraksi. Interaksi itulah</span> <span class="nw">yang dimaksud komunikasi.</span> Macam-macam komunikasi di bagi menjadi dua : <span class="nw">Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan lambang kata-</span> <span class="nw">kata atau bahasa sebagai medianya baik secara lisan maupun tulisan komunikasi</span> <span class="nw">non verbal adalah pesan atau informasi yang tidak disampaikan melalui lisan</span> <span class="nw">maupun tulisan tetapi menggunakan gerakan tubuh.</span> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan ini kami harapkan kiranya bisa bermanfaat bagi kita semua. Semoga hidayah dan inayah Allah selalu menyertai kita dalam segala hal yang positif dan berlebih untuk kita sendiri. Amien</span></div><div class="pjff2" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><o:p><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></o:p><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Times-Roman;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Effendy, <st1:placename w:st="on">Onong</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">U.</st1:placetype> 1989, </span></span><b><span style="font-family: Times-Bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kamus Komunikasi</span></span></b><span style="font-family: Times-Roman;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>, Mandar Maju<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Riswandi, 2009. <b>Ilmu Komunikasi</b>. Jogyakarta ; Graha Ilmu</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Times-Roman;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Mulyana, Deddy. 2001. </span></span><b><span style="font-family: Times-Bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar</span></span></b><span style="font-family: Times-Roman;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>, PT. Remaja<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Times-Roman;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Rosdakarya<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><a href="http://filsafat.kompasiana.com/2010/03/28/diam"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">http://filsafat.kompasiana.com/2010/03/28/diam</span></a></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><a href="http://rizky165.blogspot.com/2010/03/apa-makna-diam-itu.html"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">http://rizky165.blogspot.com/2010/03/apa-makna-diam-itu.html</span></a></div><u><a href="http://start2010.blogdetik.com/index.php/2009/10/15/diam-itu-bukan-emas/"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">http://start2010.blogdetik.com/index.php/2009/10/15/diam-itu-bukan-emas/</span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></u><br />
<div class="MsoNormal"><u><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">http://www.kpcmelaticenter.com/id/pernak-pernik-perkawinan-campuran/mengapa-pilih-bicara-atau-diam.html<o:p></o:p></span></u></div><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span><br />
<div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="mso-element: footnote-list;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br clear="all" /> </span><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/MAKALAH%20KOMUNIKASI%20NON%20VERBAL...%20DIAM...doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">[1]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <span style="font-size: 10pt;">http://www.kpcmelaticenter.com/id/pernak-pernik-perkawinan-campuran/mengapa-pilih-bicara-atau-diam.html</span><u><o:p></o:p></u></span></div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div></div></div>Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-55737177488022477002010-12-27T07:34:00.000-08:002010-12-27T07:34:32.398-08:00Komunikasi Ruang<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">BAB I<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Pengertian Komunikasi Nonverbal<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Yang dimaksud komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan tidak dengan menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menngunakan gerak tubuh, sikab tubuh,vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, expresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan.dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui espresi wajah dan nada atau kecepatan bicara. Misalnya seorang pemimpin berbicara dengan suara yang keras dan wajah yang merah padam,itu menandakan bahwa pimpanan tersebut sedang marah pada karyawaan tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Tanda-tanda komunikasi nonverbal belumlah dapat diidentifikasikan seluruhnya tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa cara kita duduk, berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya itu menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap-tiap gerak yang kita buat dapat menyatakan asal kita, sikap kita, kesehatan, bahkan keadaan psikologis kita.misalnya gerakan-gerakan yang mengerutkan alis, mengigit bibir, menunjukkan dengan jari, tangan dipinggang, melipat tangan bersilang didada ssemuanya mengandung arti tertentu.ada pribahasa yang mengatakan apa yang kamu katakana dengan keras tidak dapat didengar orang, tetapi tanda-tanda diam seperti anggukan kepala, rasa kasih sayang,kebaikan, rasa persaudaraan, didengar oleh orang yang lain merupakan pesan yang nyata dan jelas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Arti dari satu komunikasi nonverbal dapat diperoleh melalui hubungan-hubungan komunikasi verbal dan nonverbal. Atau dengan kata lain komunikasi verbal lebih mudah diintepretasikan dengan melihat tanda-tanda nonverbal yang mengirimi komunikasi nonverbal tersebut.komunikasi nonverbal dapat memperkuat dan menyangkal komunikasi verbal. Bila ada ketidaksejahteraan antara komuniksi nonverbal dengan verbal seseorang khususnya lebih percya pada nonverbal </span></div><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> </span><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">A.KOMUNIKASI RUANG <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Penggunaan ruang atau jarak memainkan peranan tartentu dalam komunikasi manusia.<b>Edward Hall </b>talah banyak memperluas pemahaman kita tentang cara penggunaan ruang dalam komunikasi tatap muka.Hall mengemukakan bahwa ada empat macam jarak yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dia mengatakan bahwa jarak tertentu tergantung kepada bagaimana perasaan kita terhadap orang lain dalam kontek pembicaraan dan tujuan pribadi kita. Daerah jarak ini hanya menjelaskan tingkah laku orang Amerika mungkin tidak penting bagi kebudayaan lain.pembagian jarak tersebut adalah sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><b><i><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">a.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></i></b><!--[endif]--><b><i><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Jarak yang menunjukkan keintiman<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Menurut hall jarak keintiman ini mulai dari kontak kulit sampai jarak 18 inci. Kenbanyakan dapat dilihat bahwa kontak bagi jarak intim ini adalah untuk interaksi dengan orang-orang yan kita merasa dekat secara emosional dan untuk situasi yang lebih bersifat pribadi seperti memperlihatkan perasaan senang, kasih sayang dan perasaan melindungi. Jarak intim juga mungkin terjadi dalam keadaan yang kurang intim seperti menugunjungi dokter gigi.penata rambut dan dalam pertunjukan atletik. Membiarkan orang bergerak kearah daerah intim,biasanya sebagai tanda kepercyaan suatu indikasi yan menunjukan bahwa orang tersebut ingin mengurangi pembelaan atas dirinya. Sebaliknya bila seorang melanggar area pribadi kita <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">tampa</st1:place></st1:city> persetujuan kita biasanya merasa terancam.ini menerangkan bahwa ketidaksamaan, kadang datang saat memasuki tempat yang penuh sesak seperti di bis,dielevator bersama orang yang tidak dikenal.pada waktu seperti ini standar tingkah laku dalam masyarakat cendrung untuk menghindari kontak satu sama lain yang disebabkan oleh situasi tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Dalam situasi kenal mengenal saat yang kritis dapat terjadi bila seorang dari suatu pasangan mula-mula bergerak kearah daerah intim yang lain.jika partner yang didekati. tidak mundur, ini biasanya merupakan tanda, hubungan bergerak ke arah tahap yang baru. Tetapi sebaliknya jika reaksi yang terjadi menarik jarak yang lebih besar, orang yang mulai duluan mendapatkan pesan bahwa belum pada waktunya lebih intim.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><b><i><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">b, jarak pribadi atau personal<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> </span></b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">daerah jarak yang kedua adalah jarak daerah pribadi atau jarak personal yang berkisar dari 45 cm sampai 135 cm. bila suatu pasangan berada ditempat pesta dan tiba-tiba datang seorang teman yang berlainan jenis kelaminnya mendekati salah seorang mereka, maka partnernya yang lain mungkin merasa tidak senang. Perpindahan memasuki daerah pribadi biasanya dilakukan untuk maksud melakukan percakapan yang lebih brsifat pribadi dan tidak sebagai kenalan biasa. Daerah pribadi yang agak jauh adalah berkisar antara 85 cm sampai 135 cm. itulah daerah yang diluar jangkauan orang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span class="CharChar3"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman";"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">b.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></i></b></span><!--[endif]--><b><i><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Jarak social<span class="CharChar3"><span style="font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></span></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Daerah yang ketiga adalah daerah hubungan social yang berkisar antara 135 cm sampai 4 m. dalam jarak ini bermacam-macam komunikasi dapat terjadi seperti komunikasi dalam bisnis. Dalam jarak yang agak rapat atau antara 1,35m sampai 2,25 m biasanya percakapan antara pembeli dan penjual atau jarak orang yang berkerja bersama-sama. Kebanyakan orang ,tidak senang apabila petugas penjualan datang dekat pada sipembeli. Jarak social yang agak jauh seperti dari 2,25 m sampai 4m digunakan dalam situasi yang lebih formal atau tidak bersifat personal seperti jarak yang biasa digunakan antara atasan dan bawahan dalam suatu organisasi. Duduk dengan jarak begini jauh berbeda dan kurang rileks dibandingkan untuk duduk berkeliling kursi pimpinan dengan jarak yang lebih dekat.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span class="CharChar3"><b><i><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">d.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></i></b></span><!--[endif]--><span class="CharChar3"><b><i><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Jarak umum</span></i></b></span><span class="CharChar3"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman";"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"><o:p></o:p></span></span></i></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Jarak yang paling jauh dalam komunikasi dinamakan jarak umum yaitu lebih dari 4m. jarak umum yang terdekat biasanya digunakan guru di depan kelas. Jarak umum yang terjauh adalah 8 m yang menjadi komunikasi dua arah sulit dilakukan.dalam beberpa hal adalah penting menggunakan jarak umum seperti melakukan pembicaraan terhadap kelompaok yang agak banyak dan dalam keadaan lain jarak umum ini digunakan apabila orang tidak tertarik untuk mengadakan dialog.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Dalam kebanyakan situasi orang menghormati daerah pribadi masing-masing. kita dapat melihatnya pada saat berjalan-jalan ditempat umum. Ketika kita menjumpai tempat orang lain,perhatikanlah bagaimana mereka bergerak sedikit beberapa fase dari kita. Orang-orang asing biasanya memelihara kontak mata jarak dekat kalau seandainya mereka mempunyai maksud tertentu seperti, meminta informasi, meminta bantuan,meminta tanda tangan, dan meminta bahan-bahan yang dibagikan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-indent: 18.0pt;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Menerut <b>Mehrabian</b> ada keuntungan yang bersifat psikologis dari teritori atau daerah pribadi seseorang. Misalnya sering kita dengar adanya keuntungan suatu tim olahraga bertanding didaerah sendiri dibandingkan main didaerah lawan, begitu juga halnya dalam organisasi, sering terjadi pertengakaran mengenai teritori ini antara satu pimpinan dengan pimpinan yang lain. Misalnya seorang pemimpin telah menjadwalkan rapat untuk mendiskusikan suatu yang penting pada tempat dalam teritorinya. Sehari sebelum rapat, anggota rapat datang kepada kantor pimpinan untuk memindahkan tempat rapat dan akhirnya dipilihlah kantor baru dari manager baigan lain. Walaupun pada kantor baru ini tak memungkinkan orang untuk duduk secara berinteraksi namun adanya keinginan orang untuk mempertahankan atau untuk memperoleh keuntungan psikologis dari teritori masing-masing.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-indent: 18.0pt;"><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Ada</span></span></st1:place></st1:city><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> tiga teritori yang berhubungan dengan teritori dan status dalam organisasi. Karyawan yang mempunyai status yang lebih tinggi biasanya:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-list: l1 level1 lfo4; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span class="CharChar3"><span style="font-family: Wingdings; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">v<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></span><!--[endif]--><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Mempunyai teritori yang lebih besar.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-list: l1 level1 lfo4; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span class="CharChar3"><span style="font-family: Wingdings; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">v<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></span><!--[endif]--><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">melindungi teritori dengan lebih baik.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72.0pt; mso-list: l1 level1 lfo4; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span class="CharChar3"><span style="font-family: Wingdings; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">v<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></span><!--[endif]--><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Melanggar teritori karyawan yang lebih rendah statusnya.</span></span><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">[1]</span></span></span><!--[endif]--></span></span></a><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Aturan lain yang tidak dinyatakan tentang ruangan,digambarkan dikala dua orang sedang berdiri, berbicara bersama dalam umum. Mereka umumnya berdiri dalam suatu cara atau dalam sedemikian rupa,dimana mereka menganggap tanah mereka berdiri sebagai daerah bersama untuk sementara dan orang lain tidak akan melanggarnya. Jika dua orang langganan sedang berdiri dalam suatu pembicaraan di gang sempit, dan dalam anda menghampiri dan melewati mereka di gang itu, anda akan berusaha melewati kelompok yang berbicara itu dengan menundukkan kepala anda sebagai tanda anda melaluinya. Ika perlu untuk datang antara dua orang yang berada dalam pembicaraan, anda melakukannya dengan lebih dahulu meminta maaf, jika anda tidak melakukan itu, anda akan dianggap kasar dan kampungan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">dalam suatu pertemuan staff tidak jarang untuk seorang manager untuk memilih suatu tempat duduk yang menyatakan ststus yang lebih tinggi. Dan akan hampir selalu secara otomatis untuk mengambil suatu kursi yang di ujung yang berada di kepala meja. Jika pertemuan itu didam kantornya, dan dia tinggal di belakang mejanya denagan staffnya duduk di mukanya, ini adalah suatu contoh yang extrim dari penjagaan jarak seorang yang berkuasa dengan staffnya. (tentu saja beberapa kantor demikian kecilnya dan demikian sesaknya,sehingga tidak banyak pilihan untuk pengaturan tempat duduknya. Bagaimanapun manager juga harus sadar tentang bagaimana sikap-sikap itu di komunikasikan dan membuat sebaik mungkin pengaturannya pasilitas-fasilitas yang tersedia).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Kalau dua orang bersaingan,mereka akan duduk saling berhadapan; sedang jika mereka berharap untuk berkerja sama dengan mereka cendrung untuk duduk berdampingan. Untuk pembicaraan yang biasa mereka mungkin duduk pada sudut-sudut yang sama. Ini juga Nampak dalam kebanyakan pertemuan-pertemuan dan perundingan,dikala mereka serupa sedang duduk saling menghadap satu sama lain melalui meja konferensi.</span></span><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">[2]</span></span></span><!--[endif]--></span></span></a><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span class="CharChar3"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></b></span><!--[endif]--><span class="CharChar3"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">PROXIMITY<o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Setiap budaya menpunyai ciri khas dalam mengkonseptualisasi ruang,baik di dalam rumah,di luar rumah,maupun ketika berhubungan dengan orang lain.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Edward T.hall (antropolog),mengemukakan istilah proxemics sebagai bidang studi yang mengkaji persepsi manusia atas ruang (pribadi dan social), yaitu cara manusia menggunakan ruang dalam komunikasi. Beberapa ahli lainnya memperluas konsep proksemika ini dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh terhadap proses komunikasi seperti iklim, percahayaan, dan kepadatan penduduk.</span></span><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">[3]</span></span></span><!--[endif]--></span></span></a><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Proximmiti adalah kode nonverbal yang menunjukkan kedekatan dari dua objek yang mengandung arti.<i> Proximity</i> dapat dibedakan atas territory atau zone.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="CharChar3"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Selain kedekatan <i>territory </i></span></span><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">, ada juga beberapa ahli yang melihat dari sudut ruang dan posisi, misalnya posisi meja dan tempat duduk. (1961) dalam bukunya <i>leadership and group geography</i> menemukan, bahwa para pemimpin yang duduk di depan meja segi empat persegi panjang, cendrung dipilih sebagai pimpinan kelompok,sedangkan <b>Here </b>dan <b>Beles</b> (1963) menemukan bahwa orang yang banyak bicara dalam rapat umumnya duduk pada posisi kursi yang lebih tinggi.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Hal yang serupa juga ditemukan oleh<b> Flor(1985) </b>dalam risetnya,bahwa posisi meja para eksekutif pada suaut kantor senantiasa cendrung pada posisi sudut ruang dibandingkan dengan karyawan lainnya.<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">C. RUANG PRIBADI VS RUANG PUBLIK<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> </span></span></b><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Setiap orang, baik ia sadar ataupun tidak,memiliki ruang pribadi (personal space) imajiner yang ia bila dilanggar,akan membuatnya tidak nyaman. Kita selalu membawa ruang pribadi ini kemanapun kita pergi, juga ketika naik <i>lift</i> atau naik bus kota yang penuh sesak. Begitu masuk ke <i>lift</i>, sebagai konpensasi atas terlanggarnya ruang pribadi,kebanyakan orang berdiam kaku, berusahaa untuk tidak menyentuh orang lain, menghindari tatapan orang lain,menatap langit-langit, atau petunjuk diatas pintu <i>lift</i>, mereka baru kembali ke keadaan normal lagi begitu mereka keluar dari <i>lifti</i>.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Untuk membuktikan lebih seksama bahwa setiap orang mempunyai ruang pribadi ini,bila anda laki-laki ,hampirlah seorang wanita yang tidak anda kenal (yang biasanya ruang pribadinya lebih besar daripada ruang pribadi orang yang anda kenal) sedekat mungkin dengan anda. Misalnya anda duduk tiba-tiba disampingnya di perpustakaan, padahal ruag yang ada cukup lapang, ia akan memberi reaksi, seperti bergeser kesamping,atau meletakkan buku atau tas sebagai pembatas antara anda dan dia. Bila ia pindah ketempat lain, ikutilah dia dan duduklah di dekatnya seperti tadi. Kali ini mungkin ia agak sedikit cemberut,mengerutu, atau melototi anda,bila ia menjauh lagi, dekat lagi,. Kini mungkin ia membentak anda untuk tidak menganggunya. Atau dia kabur meninggalkan anda. (anda dapat juga melakukan hal tersebut terhadap seorang pria,dengan resiko anda akan dianggap homosexual). <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Ruang pribadi kita identik dengan “wilayah tubuh” (<i>body territory</i>), satu dari empat </span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">kategori wilayah yang digunakan manusia berdasarkan persepektif <b>lyman</b> dan <b>scott</b>. ketiga wilayah lainnya adalah: wilayah public (<i>public territory</i>), nyakni tempat yang <span style="font-family: Cambria;">secara bebas dimasuki dan ditinggalkan orang, dengan sedikit kekecualian (hanya boleh dimasuki oleh kalangan orang tertentu atau syarat tertentu); wilayah rumah (<i>home territory</i>), nyakni wilayah public yang bebas dimasuki dan digunakan orang yang mengakui memilikinya, misalnya bar homosexsual dan klub prifat dan wilayah interaksional (interaksional territory), nyakni tempat pertemuan yang memungkinkan semua orang berkomunikasi secara informal,seperti tempat pesta atau tempat cukur.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Dalam berinteraksi sehari-hari di dalam rumah maupun di luar rumah, kita mengklaim wilayah pribadi kita, kelurga menetapkan siapa menempati kamar yang mana. kamar pribadi lazimnya adalah ruang paling pribadi, sementara ruang-ruang lainnya yang kurang pribadi berturut-turut adalah ruang tengah(keluarga), ruang tamu,teras,halaman dan jalan, bahkan saat makanpun,tidak jarang anggota keluarga, khususnya ayah,menempati kursi tertentu,biasanya dikepala meja,kebingungan bisa terjadi saat ada kerabat atau tamu yang tiba-tiba duduk di kursi kepala keluarga.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Saat kita kuliah atau belajar diperpustakaan, sering kita ,menaruk buku dimeja atau menaruk jaket di atas kursi,sebagai tanda bahwa meja dan kursi itu adalah”milik” kita. Kita bahkan dapat meniggalkan meja dan kursi tersebut untuk sementara,miasalnya kita pergia ke<b> </b>WC atau mengambil buku di rak. Jika seseorang telah memindahkan tas atau jaket kita tersebut, ketika kita kembali, dan menemukan tas dan jaket orang lain, kita menjadi marah karna ia telah mengambil walayah kita. Ketua jurusan atau pembantu dekan di universitas mengatur ruang kerja mereka agar kursi mereka dapat dikenali, dan kalau bisa tidak seorang pun duduk disana. Kita juga menggunakan pagar, memasang tanda “<i>do not disturb</i>”, “dilarang masuk,” “awas ada anjing galak,” “kecuali penghuni,” “bahkan jalan umum,” atau stiker mobil “bila anda dapat membaca ini, anda terlalu dekat,” untuk menunjukkan wiilayah kita.<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Penelitian lain mengenai ruang pribadi berkenaan dengan hubungan pengaturan ruang (unsur-unsur arsitektural, desain interior,tempat duduk dan sebagainya) dan perasaan manusia serta interaksi. Misalnya, diperkirakan bahwa para mahasiswa mulai menandai bangku tertentu didalam kelas sebagai ”bangku mereka”, paling cepat pada kuliah kedua. Meskipun anda tidak meminta kembali tempat duduk yang sedang diduduki orang lain karna anda sedikit terlambat,boleh jadi anda merasa jengel melihat seseorang yang duduk dikursi itu. Didalam ruangan belajar perpustakaan kampus, mahasiswa cendrung untuk melindungi <i>privacy-</i>nya dengan duduk sejauh mungkin dari yang lainnya. Cara lain adalah dengan duduk berselonjor, memakai kursi didepannya untuk menopang kakinya. Bila mereka meniggalkan mejanya,mereka akan “menjaga” meja tempat itu dengan menggeletakkan buku dan kertas-kertasnya atau meninggalkan bajunya untuk menutupi sandaran kursi. Seberapa jauh anda mempertahankan ruang pribadi anda akan bergantung, tentu saja pada kepribadian dan gaya komunikasi anda. Bila anda duduk terlalu dekat kepada saya di perpustakaan, saya akan bangkit dan pindah. Tapi mari kita bertukar peran, anda mungkin anda melotot kepada saya dan bahkan membantingkan buku-buku serta kertas-kertas anda sehingga memenuhi sebagian besar meja.<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">D. POSISI DUDUK DAN PENGATURAN RUANG<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Saat anda pertama kali memasuki ruang kuliah dan memilih kursi, anda harus memutuskan dimana anda akan duduk,di belakang, didepan, di tengah, posisi duduk yang anda putuskan, bila anda berpeluang untuk itu,boleh jadi akan ditafsirkan orang, termasuk dosen anda. Bila anda memilih duduk di depan, mungkin anda dianggap orang pandai, ingin memperoleh nilai yang baik, hangat, terbuka, atau mencari perhatian. Posisi di tengah diindentikkan dengan kerendahan hati, tidak ingin menonjol, sedangkan posisi dibelakang diasosiasikan dengan ketidakpedulian atau kebodohan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Setiap budaya mengkonsepsikan pola komunikasi diadik (dua orang yang) yang berlainan. Secara garis besar, orang barat senang berbicara berhadapan, sedangkan orang timur senang berbicara berdampingan membentuk siku-siku. Bagi orang timur, orang cina khususnya, mengesankan tidak nyaman dan konfrintatif. Sebabnya antara lain, karna orang timur ingin menjaga keselarasan (berkerja sama) dengan orang lain, sedangkan orang barat bersifat individualis dan suka tantangan. Dalam banyak budaya timur, pengaturan tempat duduk mencerminkan perbedaan status dan peran. Dikorea misalnya, tempat duduk disebelah kanan idi dalam mobil, kantor, atau rummah, dianggap tempat duduk terhormat. Di jepang, orang yang dihormati duduk disalah satu kepal meja yang berbentuk persegi panjang; pejabat berikutnya dikanan dan kiri posisi senior ini; dan posisi rendah duduk dekat pintu dan ujung meja yang berlawanan dengan tempat duduk orang yang paling berkuasa.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Secara umum dapat dikatakan, semakin formal penataan ruangan, semakin formal pula komunikasi yang dikehendaki. Hubungan pembicara dengan pendengar dalam suatu kuliah, seminar, lokakarya atau pelatihan, juga beragantung pada furniture. Terdapat tiga pola dasar dalam pembelajaran dikelas,nyakni <i>pola tradisional, pola sepatu-kuda, </i>dan<i> pola modular</i>.pembicara yang menggunakan pola traditional, duduk atau berdiri di depan ruangan, apa lagi menggunakan mimbar,sementara pendengar duduk berjajar kebelakang, mengesan berkuasa, menjaga jarak, dan menggurui pendengarnya. Bila kursi dan meja diatur berbentuk sepatu-kuda ( U tau berbentuk setengah lingkaran), sementara pembicara berdiri atau duduk di tengahh-tengah kedua tepinya, maka jarak status ini mengesankan lebih sempit, dan komunikasi dua arah atau bahkan multi arah pun lebih lancar. Pola modular paling jarang digunakan, baru dilakukan bila pembicara menghendaki kerja sama kelompok.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Pendataan ruang atau gedung mempengaruhi cara berkomunikasi. Anggota keluarga yang tinggal dilantai yang sama akan cendrung lebih akrab satu sama lain daripada mereka tinggal pada lantai yang berbeda. Status sosial atau tingkat kekuasaan seseorang tidak pelak mempengaruhi tipe rumah pribadi, ukuran ruang kerja,dan furniturenya, terutama dinegara-negara yang otoriter dan dalam masyarakat yang feodalistik/paternalistic,semakin besar ruang kantor kerja seseorang, dan semakin tinggi kursinya, semakin tinggi pula statusnya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Pada zaman Orde Baru, statu Soeharto terlihat pada cara ia dan para menterinya duduk. Soeharto duduk dikursi dengan meja lebar yang juga melambangkan kekuasaanya,semantara para menteri duduk berjejer didepannya dengan khidmat, melaporkan perkembangan terakhir dan melaksanakan apapun “titah” sang presiden. Dalam komposisi seperti itu, tampa mengenal orang yang duduk sekalipun, kita tau siapa yang menjadi bos. Kekuasaan soeharto yang tampak paling “agung” adalah ketika ia berdiri khidmat diteras istana merdeka pada setiap upacara kemerdekaan Indonesia, 17 agustus, dihadapan puluhan ribu peserta upacara dihalaman istana, jauh sebelum itu, untuk menunjukkan kekuasaannya yang besar dan rasanya yang <i>super</i> keseluruh dunia, Hitler merncang suatu struktur yang massif. Tempat rapat umum <i>Nurenberg</i> itu luasnya 15 kali lebih luas lapangan sepakbola Amerika. <i>Tribun</i> berbicara di latarbelakangi 170 tiang batu yang berjajar, setinggi 60 kaki dan dilengkapi 1.200 lampu sorot. Pesan nonverbal struktur fisik yang melemgkapi gemuruh hampir sejuta suara manusia itu memperteguh perasaan superioritas mereka.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Dalam acara seremonial, orang-orang penting biasanya menempati kursi paling depan yang kualitasnya lebih baik daripada kursi-kursi dibelakangnya. Dalam jamuan formal yang diadakan suatu lembaga pemerintah (lembaga keprisidenan, kedutaan asing,dan sebagainya), penempatan orang pada kursi yang tepat lebih diperhatikan lagi: siapa punya status bagaimana dan duduk dimana. Kesalahan yang dilakukan dapat ditafsirkan sebagai pelanggar etiket yang serius. Pengalaman ekstrim dapat ditemukan dalam pengadilan. Hakim duduk di atas kursi yang tinggi, sementara yang terdakwa duduk di tengah ruangan, mengesankan betapa rendah statusnya. Saat pengadilan Nurdin Halid- mantan Direktur Puskut Hasanuddin Sulawesi selatan yang juga anggota DPR/MPR yang dituduh mengkoripsi dana Simpanan Wajib Khusus Petani (SWKP) cengkeh di Sulawesi selatan yang akhirnya dibebaskan maret 1999‑di sulawesi selatan, protes masyarakat muncul ketika Nurdin duduk di samping pengacaranya, tidak ditengah ruangan sebagaimana lazimnya.<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></span></div><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> </span><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">BAB III<o:p></o:p></span></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">PENUTUP<o:p></o:p></span></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><span style="font-family: Cambria;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">komunikasi nonverbal dapat diperoleh melalui hubungan-hubungan komunikasi verbal dan nonverbal. Atau dengan kata lain komunikasi verbal lebih mudah diintepretasikan dengan melihat tanda-tanda nonverbal yang mengirimi komunikasi nonverbal tersebut.komunikasi nonverbal dapat memperkuat dan menyangkal komunikasi verbal. Bila ada ketidaksejahteraan antara komuniksi nonverbal dengan verbal seseorang khususnya lebih percya pada nonverbal <b><span style="font-family: Cambria;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Dr.arni Muhammad,<i>komunikasi organisasi,</i>bumi aksara,Jakarta:2007</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Prof,Dr.H.Afiet.Cangara,<i>pengantar ilmu komunikasi</i>,raja grafindo persada,Jakarta:2008</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Riswadi,<i>ilmu komunikasi</i>,Graha Ilmu,Jakarta:2009</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">James G.Robbin Dkk,<i>komunikasi yang efektif</i>,pedoman ilmu jaya,Jakarta:1995</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Prof.dr.deddy mulyana,<i>ilmu komunikasi</i>,remaja persadakarya,Jakarta:2007</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">Stewart l. Tubs-Sylvia Moss,human komunikation,remaja rosda karya,bandung:1996<b><span style="font-family: Cambria;"><o:p></o:p></span></b></span></div><div style="mso-element: footnote-list;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"><br clear="all" /> </span><hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="ftn1"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">[1]</span></span></span><!--[endif]--></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Dr.arni Muhammad,<i>komunikasi organisasi,</i>bumi aksara,Jakarta:2007,hal,152-153</span></div></div><div id="ftn2"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">[2]</span></span></span><!--[endif]--></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> James G.Robbin Dkk,<i>komunikasi yang efektif</i>,pedoman ilmu jaya,Jakarta:1995,hal,74-75</span></div></div><div id="ftn3"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">[3]</span></span></span><!--[endif]--></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Riswadi,<i>ilmu komunikasi</i>,Graha Ilmu,Jakarta:2009,hal,</span></div></div><div id="ftn4"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">[4]</span></span></span><!--[endif]--></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Prof,Dr.H.Afiet.Cangara,<i>pengantar ilmu komunikasi</i>,raja grafindo persada,jakarat:2008,hal,112-113</span></div></div><div id="ftn5"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">[5]</span></span></span><!--[endif]--></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Prof.dr.deddy mulyana,<i>ilmu komunikasi</i>,remaja persadakarya,Jakarta:2007,hal,406-407</span></div></div><div id="ftn6"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">[6]</span></span></span><!--[endif]--></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> Stewart l. Tubs-Sylvia Moss,human komunikation,remaja rosda karya,bandung:1996,hal,123</span></div></div><div id="ftn7" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/KOMUNIKASI%20NONVERBAL.doc#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;">[7]</span></span></span><!--[endif]--></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #b6d7a8;"> <i>Ilmu komunikasi suatu komunikasi</i>,hal,415-416</span></div></div></div>Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-51449272265784253362010-12-27T07:28:00.001-08:002010-12-27T07:43:23.477-08:00Komunikasi Nonverbal<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">BAB I<o:p></o:p></span></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1.1. Pengertian<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Dalam kamus besar bahasa indonesia diam memiliki tiga arti yaitu tidak bersuara (<em>tidak berbicara</em>) tidak berbuat (<em>tidak berusaha apa-apa</em>) dan tidak bergerak (<em>tetap ditempat</em>). Dan dalam diam seseorangpun diduga memiliki tiga maksud setuju, tidak setuju ataupun tidak perduli. Yang pasti apapun sikap kita itu pasti mengandung konsekuensi. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> golongan orang tertentu,selalu bersikap diam dan pasif dalam kehidupan tak bisa terlihat jelas dalam raut wajahnya kesedihan atau kebahagian. Semua terlihat datar tertutupi oleh sikap diamnya, tapi ada juga golongan orang yang selalu ingin mengatakan apa saja yang terlintas di hati dan kepalanya, reaksi kesedihan atau kebahagian terlihat nyata bahkan disertai pernyataan tentang suasana hatinya. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><em><span style="font-style: normal;">Ada</span></em></st1:city></st1:place><em><span style="font-style: normal;"> juga diam yang memiliki unsur protes atau ketidak sukaan terhadap sesuatu misalnya seorang suami atau istri yang tidak menyukai sikap atau perbuatan pasangannya menanggapinya dengan sikap diam</span></em><i> </i>dan tentu saja diam yang seperti ini pada akhirnya akan membawa<i> </i>keburukkan buat hubungan mereka itu, apalagi diam yang disertai rasa amarah sungguh bukan hal yang bijaksana untuk dilakukan. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> juga pernyataan lebih baik diam daripada terus bicara tetapi tanpa makna atau manfaat, akan tetapi bila kita diam melihat kemaksiatan, ketidakadilan, kemunafikan, penindasan atau kemungkaran. <em><span style="font-style: normal;">Sesungguhnya itu adalah salah besar, artinya tak perduli atau cuek dan tak mau ambil pusing dengan keadaan lingkungan sekelilingnya, dan dapat dipastikan type insani seperti ini biasanya hanya menjadi duri dan benalu yang lebih memikirkan diri sendiri ketimbang hajat hidup orang banyak</span>.</em> </span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Antara diam dan banyak bicara, tidak bisa dibilang salah satu lebih penting, atau masih relevan tidaknya. Yang lebih susah terkadang ialah bukan harus diam atau bicara nya, melainkan dapat mengetahui kapan harus diam dan kapan perlu berbicara. Terlalu banyak bicara (<em>asal berkoar, tanpa dasar yang benar</em>) sama negatifnya dengan selalu menutup mulut (<em>padahal perlu untuk menyuarakan sesuatu yang benar</em>).</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Kata orang-orang bijak, diam selalu mengandung berjuta makna. Bisa positif, tapi lebih sering negatif, entah marah, kecewa, atau putus asa. Diam biasanya adalah jalan terakhir untuk bersuara, ketika berkata tidak lagi bermakna. <em><span style="font-style: normal;">Banyak orang melabelisasikan kepada sesama-Nya, bahwa orang itu diam-diam sambuk artinya orang itu diam-diam menghanyutkan.<o:p></o:p></span></em></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Di dunia, bahwa <em><span style="font-style: normal;">renungan berasal dari kata renung artinya diam-diam memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam</span>.</em> Diam dengan diam membuat banyak orang salah tingkah, tetapi diam itu juga bisa dibilang “<em>emas</em>” tetapi kata “<em>emas</em>“nya itu artinya juga kadang nggak tahu. Diam itu juga kadang berarti setuju misalnya jika seorang wanita dilamar karena malu mengatakan <em>“iya”</em> jadi hanya diam dan tertunduk.Tetapi <em>“diam”</em> juga bisa diartikan ketidaksetujuan seperti yang pernah saya liat di televisi yang lagi “demo”atas ketidakbijakan pemerintah seperti mogok bicara,makan dan sebagainya.Karena definisi diam itu tidak hanya mogok bicara tetapi tidak melakukan apapun itu bisa di sebut “diam” betul kan? “<em><b>If you have nothing good to say, then say nothing</b></em>” yah daripada banyak bicara mengumbar kejelekan lebih baik “Diam”. <em><b>“Silent is the mother of truth~Benjamin D”</b></em><b><i><o:p></o:p></i></b></span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam itu indah, bila sedang serius bekerja, dan ketika kita sedang sakit gigi atau sakit kepala. Diam memiliki makna yang lain ketika dalam keramaian dan satu orang berteriak sangat keras kata "<em>diaaammm!!!</em>", pasti spontan semua orang akan bertanya-tanya dan menghentikan semua pembicaraan. artinya yang sangat dalam...Tapi ada juga orang yang sering diledekin dan menjadi bahan cemoohan orang lain, yang mengatakan kata yang sama <em>diaaammm!!!</em>... bukanya pada diam tetapi semakin seru dan semakin menjadi-jadi keributan yang ada...dan masih ada jutaan makna dari kata diam... diam adalah emas; diam itu tidak tahu apa-apa; diam berarti mengiyakan; diam membisu karena <em>bete</em>; diam-diam mengamati; diam dalam kehampaan; diam karena perasaan rindu, dan lain-lain....Jadi apapun definisinya... hanya kita yang tahu, dan hanya kita yang dapat mengekspresikannya. </span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Arti kata ‘Tenang’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain adalah:<br />
Diam tidak berubah-ubah (diam tidak bergerak-gerak), Tidak gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, aman, tenteram. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Hati manusia merupakan bagian yang paling menarik bagi Tuhan karena dari hati akan mempengaruhi pikiran, dari pikiran akan mempengaruhi tindakan, tindakan yang dilakukan terus menerus akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan ini akan membentuk karakter, dan karakter ini akan menentukan masa depan kita. Oleh karena itu cara kita memelihara hati itu, sangat menentukan cara kita maju dalam perjalanan hidup. Perhatikan kata “diam” artinya tinggal selama-lamanya di dalam hati, pikiran, perkataan dan tindakan kita.</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> DIAM. Artinya, ketika mengalami suatu kejadian yang menurut keyakinan anda, anda harus <em>Sabar</em>, maka lakukan DIAM. <em><b>Dalam masyarakat ada berapa suku tertentu di Indonesia, lebih banyak menurut dan lebih banyak diam artinya tidak suka neko-neko.<o:p></o:p></b></em></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> kalanya diamnya seseorang lebih kuat daripada jawaban. Jika akal telah mencapai kesempurnaan, maka akan berkuranglah pembicaraan. Sebab, perkataan akan tetap berada dibawah kendalimu selama engkau belum melontarkannya. Tetapi jika engkau telah melontarkan perkataan, engkaulah yang terbelenggu olehnya. Karenanya, simpanlah lisanmu sebagaimana engkau menyimpan emas. Adakalanya perkataan terasa nikmat, tetapi ia mengundang bencana. Artinya, diam seseorang lebih baik ketimbang perkataan yang tiada makna. Perkataan yang sudah terlanjur terlontar tidak akan bisa ditarik lagi, apalagi jika mengandung keburukan.<span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">BAB II<o:p></o:p></span></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">PEMBAHASAN</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.1.</span></b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <b>Diam Sebagai Komunikasi</b></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam yang didefinisikan di sini adalah tidak adanya pembicaraan atau komunikasi nyata. Pada umumnya, diam sering diabaikan sebagai bentuk komunikasi dalam Perilaku Organisasi. Hal ini dikarenakan diam menggambarkan tidak adanya tindakan <i>(inaction)</i>. Tapi, sesungguhnya diam dapat merupakan bentuk komunikasi yang kuat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam dapat berarti seseorang sedang berpikir atau merenungkan jawaban terhadap pertanyaan, dapat juga berarti seseorang sedang cemas atau takut untuk berbicara. Diam dapat mengisyaratkan kesepakatan, menolak, kecewa, atau marah. Diam dapat merupakan tanda bahwa seseorang merasa terganggu terhadap suatu kondisi, dapat pula mengisyaratkan rasa tidak senang dengan menjauhkan diri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Kegagalan dalam memberikan perhatian pada bagian DIAM dari percakapan dapat berakibat kehilangan bagian penting dari pesan. Komunikator yang cerdik memperhatikan kesenjangan, jeda, dan keragu-raguan. Mereka mendengarkan dan mengiterpretasikan sikap diam. Mereka memperlakukan jeda (diam) misalnya sebagai analog dengan lampu kuning yang berkelap-kelip di perempatan jalan dan memberi perhatian pada apa yang akan muncul berikutnya. Kadangkala pesan yang nyata dalam komunikasi terkubur dalam DIAM. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Terkadang, dalam sebuah perdebatan kita merasa puas atau merasa menang ketika lawan bicara kita tak lagi melontarkan kata-kata terhadap kata-kata yang kita lontarkan kepadanya. Dan sesungguhnya itu bukan berarti menandakan bahwa perseteruan telah berakhir karena diam bukan berarti menandakan ketidakberdayaan seseorang, bukan pula selalu berarti tidak adanya komunikasi, melainkan ada banyak makna di dalamnya. Dalam diam terdapat strategi dan pemikiran yang tak terlihat. Oleh karena itu ada pepatah yang mengatakan "DIAM-DIAM MENGHANYUTKAN"</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam adalah emas. Diam dapat menunjukkan kedewasaan dan kebijaksanaan seseorang dalam menghadapi perseteruan dalam sebuah komunikasi. Diam pun dapat merupakan sebuah bentuk penghinaan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-indent: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Mungkin sebagian dari kita ada yang tahu lagu jadul dari the tremeloes yang berjudul Silence Is Golden (Diam adalah Emas). Bagi sebagian orang, lagu itu tampaknya mengandung kata-kata yang kontrorersial, tetapi lagu itu justru menunjukkan kekuatan diam ketika kita berkomunikasi. Amatullah Armstrong, seorang Sufi dari negeri kangguru, mengatakan bahwa musik Terindah baginya adalah keheningan malam saat dia berdo’a Kepada Allah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Lho kok bisa ya orang diam tak berkata-kata apa pun, tapi dianggap berkomunikasi? Ya, bagi para pakar komunikasi, diam termasuk dalam komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal adalah komunikasi selain lisan dan tulisan. Konon, 65% komunikasi yang dilakukan manusia adalah komunikasi non verbal. Sedangkan, komunikasi verbal yaitu komunikasi secara lisan, adalah sisannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Contoh komunikasi Non verbal misalnya anda seorang wanita cantik yang sedang berjalan kaki disekitar para pria usil, para pria itu mncoba untuk menggoda anda dengan,Hai Cantik? namun, anda diam tak mengindahkan mereka. Sebetulnya, diam anda saat itu adalah komunikasi yang anda sampaikan bahwa Anda tidak suka dengan godaan mereka.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Memang, terkadang diamnya seseorang menunjukkan seribu tanya dan penafsiran. jika seorang dosen bertanya kepada mahasiswanya kemudian dalam waktu yang cukup lama si mahasiswanya diam sebelum menjawab. Si mahasiswa dapat dianggap sedang berfikir untuk dapat menjawab secara akurat berpikir lambat, abnormal, sedang melamun, mempermainkan dosen tidak mengerti pertanyaannya, takut oleh dosen, pura-pura mikir dll.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Contoh yang lain adalah ketika seorang ayah yang diam seribu bahasa ketika menyaksikan anak pertamanya lahir. Diamnya siayah bukan karena tidak dapat menerima kehadiran anaknya, tetapi karena terharu dan tidak bisa berkata apa-apa selain mengungkapkan kebahagiaan dengan air mata. Kata-kata apa pun tidak dapat mewakili ungkapan kebahagiaannya,sehingga hanya berdiam.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.2. Makna Diam Dalam Komunikasi Non Verbal<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> kebiasaan di masyarakat tertentu bahwa diam berarti setuju. Misalnya, seorang gadis ketika dilamar oleh seseorang hanya diam. Nah, orang-orang yang disekitarnya menafsirkan bahwa gadis itu menerima. Diam dalam ilmu komunikasi sesungguhnya orang tersebut juga berkomunikasi, sehingga dalam ilmu komunikasi disebutkan bahwa manusia itu tidak bisa tidak berkomunikasi. Diam saja pun juga berkomunikasi. Dalam proses komunikasi sehari-hari diam mempunyai beberapa fungsi, yaitu:</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1) memberi kesempatan berpikir</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Seringkali diam berfungsi untuk memberikan waktu berpikir bagi seorang pembicara. Pembicara diam sesaat untuk berpikir apa yang sebaiknya dibicarakan berikutnya. Dalam rapat misalnya, semua peserta rapat diam. Diam disini dapat berfungsi sebagai memberi kesempatan berpikir kepada peserta rapat. Demikian pula ketika seseorang bertanya kepada seseorang akan diam sesaat sambil menunggu apa jawaban dari orang itu. Tentu saja disini yang bertanya diam untuk memberi kesempatan berpikir.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2) Menyakiti</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam juga bisa bertujuan untuk menyakiti seseorang. Banyak orang yang suka mendiamkan seseorang yang menjengkelkan. Misalnya dua orang yang bertengkar akan saling mendiamkan. Fungsi lain diam adalah menolak keberadaan dan peran seseorang di dalam suatu kelompok.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">3) Mengisolasi diri </span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Kadangkala diam juga berfungsi sebagai tanggapan seseorang terhadap rasa takut, malu, atau cemas. Misalnya, seseorang merasa cemas dan malu di dalam suatu kelompok orang-orang.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">4) Mencegah komunikasi</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Dengan diam dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk menolak membicarakan hal-hal tertentu. Contohnya, seseorang menolak membicarakan pribadi orang lain. Disamping itu diam juga berarti mencegah seseorang akan melakukan kesalahan atau berbicara salah.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">5) Mengkomunikasikan perasaan</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam juga dapat dimaksudkan memberikan tanggapan-tanggapan emosional. Misalnya seseorang diam untuk menolak dominasi satu terhadap yang lain di dalam hubungan antar pribadi.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">6) Tidak menyampaikan ssesuatupun</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Seringkali diam terjadi karena di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">sana</st1:city></st1:place> tidak ada yang saling berbicara, atau seseorang memang sedang tidak ingin melakukan atau mengatakan apapun.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Kadang kala diam juga dimaksudkan untuk menjaga perasaan orang lain. Misalnya seseorang mengatakan sesuatu yang kurang tepat, orang yang mendengarkan diam saja. Orang lain diam karena segan menyanggahnya, karena dapat menyakiti orang tersebut, atau dapat membuat hubungan selanjutnya menjadi kaku. Diam kadang juga mengekspresikan tidak percaya kepada pernyataan seseorang. Diam dapat juga mengekspresikan rasa diri tinggi. Misalnya, ia tidak perlu menanggapi pernyataan seseorang karena dinilai seseorang itu adalah seorang yang lebih rendah derajatnya (dalam anggapannya tentu saja). Diam dapat juga berarti mengejek atau meremehkan.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Ya, ternyata diam itu banyak memberi informasi dalam komunikasi. Masalahnya, seringkali kita salah menginterpretasikan aksi diamnya seseorang. Dikira menerima, ternyata menolak. Dikira mengejek, nyatanya tidak mendengar.. ha…ha. Ayo, ada lagi nggak arti diam yang belum saya sebutkan. Ayo…, saya tunggu tambahannya.</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.3. Menanggapi Makna Diam Dibudaya Timur Dan Barat<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam di Timur<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Pandangan orang timur tentang diam berbeda dengan pandangan orang barat. Pada umumnya, orang timur tidak merasat tidak enak dengan diam. Pada umumnya, orang timur tidak merasa tidak enak dengan diam. Bahkan, banyak orang yang banyak bicara. Orang yang menganggap berbicara dapat menjadi sumber masalah. Orang yang banyak bicara banyak salahnya. Begitu katanya. Dengan diam, seseorang dapat memperolah kebaikan, keberaniaan, kesabaran, pencerahan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Di Indonesia ekspresi diam yang paling nyata ditunjukkan dalam upacara nyepi yang dilakukan umat Hindu di Bali sebagian usah untuk membersihkan seluruh alam beserta isinya dan meningkatkan hubungan akan keselarasan antara manusia dan tuhan, manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya. Diam menjadi bahan perenungan atau konlemplasi untuk evaluasi perbuatan di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">massa</st1:city></st1:place> lalu dan berniat memperbaikinya pada masa yang akan dating.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Di Jepang diam berarti penghormatan. Jika menghadapi pertanyaan, pertanda bahwa pertanyaan yang di ajukan cukup penting sehingga karenanya memerlukan pemikiran adalah dengan dim dulu sesaat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Dengan kata lain, menjawab sesuatu begipertanyaan tanpa ragu, adalah suatu penghinaan karena hal itu berarti pertanyaan tersebut. Begitu sederhana yang tidak memerlukan pemikiran, lebihgawat lagi jika pertanyaan langsung dijawab dan jawaban ternyata ternyata salah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam Di Barat<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Bagi orang barat, diam dapat menjadi aib atau kurang disukai. Bahkan di Negara-negara Arab dan Yunani yang mementingkan interaksi social. Diam dianggap tidak menyenangkan. Bagi mereka, kebahagiaan terbesar adalah ketika bisa ngobrol dengan kawan-kawan mereka menanggap bahwa kebersamaan, percaakapan, bahkan kegaduhan adalah tanda kehidupan yang baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Anda memilih diam atau tidakterkadang hal itu menjadi sebuah pilihan yang paling penting saat berkomunikasibaik verbal maupun non-verbal adalah bagaimana setiap apa yang kita sampaikantidak sampai menyakiti orang lain. Bagi yang terbiasa berkomunikasi pedas, jutek, ketus, cemberut dan lain-lain. Maka anda perlu latihan untuk dapat berinteraksi denganlebih sehat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.4. Diam Itu Emas<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Mengapa engkau diam padahal engkau dimusuhi?”ucap Imam Syafi’i menirukan teguran teman-temannya. “Menanggapi suatu permusuhan”,jawabnya,”sama dengan melakukan kejahatan. Bersikap diam dalam menghadapi orang bodoh merupakan kebajikan. Sebab disalam sikap diam terdapat suatu upaya pemeliharaan kehormatan. Tidakkah engkau tahu bahwa harimau hutan itu ditakuti dan disegani karena ia berdiam diri? Bukankah anjing yang berkeliaran dijalan sering dilempari orang karena ia terlalu banyak menggonggong?”, karena itu imam syafi’i menganggap sikap diamnya sebagai suatu perniagaan, meskipun tak ada untungnya, tetapi paling tidak takkan pernah merugi.</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Jadi, diam itu emas, makna sesungguhnya ada disitu, yaitu berdiam diri untuk tidak terjebak melakukan kesalahan yang sama. Inilah yang dimaksud sebagai ‘mengalah untuk menang’.</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Tetapi bagaimana kalau orang diam saja terhadap kekeliruan dan kejahatan orang lain? Apakah diam dalam konteks ini dapat dibenarkan? Tentu tidak, orang yang salah harus ditegur dan diperbaiki, bukan sigembar-gemborkan dan dibesar-besarkan kesalahannya.</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Ibnu Mas’ud, ketika dibawa kehadapannya seseorang yang dituduh bergelimang dalam minuman keras, lantas ia menegaskan bahwa “Sesungguhnya kami telah dilarang oleh Nabi untuk mencari-cari kesalahan orang, tetapi kalau kami benar-benar mengetahui adanya suatu penyelewengan maka kami pasti akan menghukumnya”(HR. Abu Dawud)</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Itu berarti, makna berdiam diri disini pada hal-hal yang tidak mendatangkan kemaslahatan bagi orang banyak. Tetapi tidaklah dimaksudkan untuk diam dan tidak berbuat apa-apa pada saat kemunkaran terjadi, atau harga diri dan kehormatan sesorang terganggu.</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Berdiam diri dalam konteks ini tentu tidak boleh, karena pertanda kelemahan. Dikatakan sebagai kelemahan karena tidak mampu menegakkan kebenaran dan membela harga dirinya saat diserang secara tidak beradab. Bangkit dan membela kebenaran juga mempertahankan kebaikan adalah kewajiban asasi manusia.</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.5. Mengapa Pilih Bicara Atau Diam?<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/MAKALAH%20KOMUNIKASI%20NON%20VERBAL...%20DIAM...doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt;">[1]</span></b></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> “Suatu hari, Mary, ibu mertuaku, meminta waktu untuk berbicara dari hati ke hati. Sudah sebulan hubungan kami agak beku. Dengan kesungguhan, Mary menyatakan bahwa Chris, suamiku, adalah ‘pangerannya’. Chris begitu penting bagi Mary. Mengandung, membesarkan, membiayai, mendoakan, memimpikan setiap hari, itulah yang ada dibenak Mary tentang Chris. Kini aku datang, sebagai menantunya. Dan Chris tampak sangat mencintaiku. Sungguh berat bagi Mary menerima realitas ini. Betapa Mary khawatir dia akan dilupakan buah hatinya. Dinomorduakan. Atau bahkan tidak didengar pendapatnya. karena ada aku! Sekarang aku diam dan paham. Mengapa Mary begitu ’menjengkelkan’ selama ini” begitu penuturan Ratih.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Melalui tulisan ini, saya tidak hendak mengajak anda memasuki romantika pengalaman Ratih maupun Mary. Namun saya ingin mengajak kita menganalisa mengenai keberanian Mary, sang mertua, dalam menyampaikan pendapatnya, dilihat dari konteks budaya. Mungkin kita kerap merasakan kesal ketika orang menunjukkan kesan kurang respek, menghindar, cemberut, membicarakan dibelakang atau sejenisnya. Rina, teman saya bilang, ”orang Jawa itu gitu, kalo ngak suka, ngak langsung bilang. Aku sebel banget deh.”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Saya dengarkan dengan empati. Diam-diam ada rasa ingin mengajak dia membahas hal yang dia ‘jengkelkan’ dari kajian budaya. Dengan geli, saya urungkan niat bahas teori itu. Khawatir dia marah, diajak berfikir toleran, sementara hatinya tengah kesal pada kakaknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Jadi, melalui tulisan ini, marilah kita ’have fun’ dengan keberagaman manusia. Memahaminya alasan pilihan individu dan tidak menjadi polisi atas garis batas standar yang kita yakini lebih baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Seorang Edward T Hall (1976) dalam risetnya menyimpulkan bahwa ada komunitas yang cenderung menyampaikan pesan atau gagasannya dalam bentuk kata-kata langsung. Komunitas ini disebut berbudaya konteks rendah. Sebaliknya, ada komunitas yang cenderung menggunakan isyarat atau nonverbal, dibandingkan ungkapan kata-kata dalam menyampaikan pesannya. Kelompok ini disebut berbudaya konteks tinggi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Pilihan penyampaian pesan konteks tinggi dan rendah memiliki latar belakang ’baiknya’. Pada budaya kolektifis, dimana kekerabatan dianggap baik, penyampaian pesan yang menyinggung perasaan seseorang. Kata-kata langsung pada seseorang, mungkin akan menyisakan rasa tidak nyaman pada kakek, bibi, adik, dan saudara sepupunya. Karenanya mereka cenderung tidak bicara langsung, atau memilih diam. Pada budaya individualis, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">gaya</st1:city></st1:place> bicara berkonteks rendah cenderung diterima dan dihargai. Masing-masing bertanggung jawab pada diri sendiri. Pembahasan antara dua orang cenderung tidak beresiko panjang pada perasaan kerabat lainnya. Jadi pilihan penggunaan bahasa, sesungguhnya merupakan upaya tanggung jawab dan proses analisa bijaksana dari seseorang yang terekam terus menerus, dan menjadi pola.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Orang <st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region> dan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">China</st1:country-region></st1:place>, cenderung menggunakan budaya berkonteks tinggi. Kata-kata umumnya tak terpisahkan dengan etika dan hubungan sosial. Untuk memahami suatu pernyataan, orang perlu mengerti arti dibalik itu, bahkan sejarahnya. Percakapan biasanya ditujukan untuk menjaga keharmonisan dan kesatuan. Daripada sekedar memuaskan kebutuhan pembicara. Orang berbudaya konteks tinggi, biasanya ada pada masyarakat kolektifis. Mereka cenderung kurang banyak berargumen. Bila ada jawaban yang membuat orang senang, mereka menyampaikannya. Bila tidak menyenangkan, mereka memilih untuk tidak mengatakannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Masih ingat stereotype tentang orang Jepang yang menghindari kata ”tidak” ? Tujuannya mulia, yaitu ’to safe face’ orang tersebut. Jadi mungkin sekali bahasa terasa ambiguitas atau bias. Budaya berkonteks tinggi, juga akrab dengan ”diam”. Masih ingat bagaimana ’diam atau senyum’ Presiden Soeharto yang kerap dimaknai beragam. Hanya ’orang dalam’ yang dapat memahami artinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Orang Amerika Selatan dan Eropa (Perancis, Jerman, Inggris) cenderung berbudaya konteks rendah. Mereka biasa berbicara secara langsung, singkat dan elaboratif. Bagi orang berbudaya konteks rendah, fungsi utama bahasa adalah untuk mengekspresikan gagasan dan pemikiran secara jelas, logis dan sepersuasif mungkin. Pendengar dan pembicara adalah entitas yang berbeda. Pembicara menunjukkan individualitasnya untuk mempengaruhi yang lain. Sedemikian rupa kata-kata dibuat jelas, dan menghindari adanya bias. Pada kelompok berbudaya konteks rendah, diam, cenderung dihindari. Pembicara yang baik dan kompeten, diharapkan mengatakan apa yang mereka maksudkan dan bersungguh-sungguh. Bila tidak, orang tersebut dianggap tidak jujur atau tidak dapat dipercaya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Bukti hubungan antara individualis dan kolektifis dengan budaya berkonteks tinggi dan rendah, dapat dilihat pada penggunaan kata ”kami”, ”kita” atau ”saya”. Orang individualis memilih kata ’saya’, karena tidak merasa mewakili pemikiran orang lain. Randy, teman saya, menggerutu tentang penggunaan kata ’kami’ untuk menjelaskan ’saya’ dari orang Indonesia. Dengan logis, dia menghubungkan argumennya pada kajian EYD yang baik dan benar. Memang betul analisa bahasanya. Tapi orang kolektifis, menyebut ’kami’ atau ’kita’ saat bicara, bukan karena tidak paham beda terminologi ’saya’ dan ’kami’. Mereka memilih ’kami’ karena menurutnya, pihak lain layak disertakan dalam tanggung jawab sosialnya. Rasa itu sangat kuat, hingga kadang penggunaannya rancu, bahkan terbawa hingga pernyataan yang seharusnya mewakili pikirannya sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Memang tidak selalu orang <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> memilih kata ’kita’ atau ’kami’ dalam ungkapannya. Pada komunitas yang akrab dengan suasana birokrasi, bapakisme, seperti institusi pemerintahan, atau kelompok tradisional, mereka lebih rajin memanfaatkan kata ’kami’ atau ’kita’ ketimbang pegawai perusahaan multinasional. Padahal sama-sama orang <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Jadi mereka yang hidup atau terespos dengan budaya konteks rendah, bisa jadi banyak menggunakan pilihan kata langsung dan implisit.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Salah satu alasan yang disebut-sebut menjadi pemicu adanya kekerasan dalam rumah tangga di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> dan mungkin dinegara-negara lain yang berbudaya serupa adalah karena adanya budaya berkonteks tinggi. Orang yang tidak mampu menyatakan perasaannya secara verbal, membuat dirinya frustasi dan menyalurkannya melalui kekerasan. Baik suami pada isteri atau anak, atau sebaliknya. Tampaknya disini budaya berkonteks rendah lebih sempurna. Namun bila kita nyaman dengan kehidupan kolektifis, resiko sosial akan suatu pernyataan yang eksplisit bisa jadi lebih tinggi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Apakah seseorang bergaya formal atau tidak formal dalam berbicara, juga bervariasi antarbudaya. Hal ini juga memungkinkan timbulnya kesalahpahaman. Di Jawa dan Sunda, kita tahu bahwa pemilihan kata dilatarbelakangi oleh status sosial berbeda, tingkat keintiman berbeda termasuk pada acara sosial yang berbeda. Orang Amerika mungkin akan melihat orang Jawa adalah orang yang kaku dan aneh. Sementara orang Jawa bisa jadi melihat orang Amerika, kasar, tidak tahu adat atau tidak sopan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Sebagai penutup saya ingin berbagi pengalaman seorang teman, Ria namanya. Suami Ria, John, suatu ketika mengangkat kaki ketika bersantai menonton televisi bersama keluarga. Meski posisi duduk John jauh dibelakang. Kelihatannya secara etika tidak mengganggu siapapun, namun Ria yang dibesarkan dalam tatakrama Jawa menak, merasa jengah kalau-kalau ayah-ibunya tersinggung. Malamnya Ria diam. John merasa ada sesuatu yang salah. Ria berkata ’tidak ada apa-apa’. Meski demikian, John masih yakin ada sesuatu yang tidak beres. Ria menjelaskan pada saya bahwa dia memilih untuk diam karena menjaga perasaan suaminya. Ria khawatir John malu bila tahu dia ’bersalah’ karena tidak sopan pada orang tuanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Saya tidak tahu bagian mana yang dapat dikategorikan lebih sempurna. Bagi saya, semuanya bervisi indah. Namun bila berkenan saya bersaran, bagaimana bila kita melepaskan kotak kepastian dikepala kita, dan melihat konteks dimana kita berada. Dengan bijaksana memilih kata (verbal) dan non kata (nonverbal) yang tepat. Sesuai keadaan. Memang rasanya pilihan kita seharusnya jelas, yaitu menjadi manusia antarbudaya.</span></div><div style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.6. Apa Makna Diam Itu?</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Apa yang dianjurkan kepada kita ketika mendapati orang sedang membaca Al-Qur’an ? ya, diam. Apakah diam yang dimaksud? Diam sambil sms-an? Diam memakai handsfree? Diam sambil mengeliyepkan diri sampai tidur?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Ya, ternyata yang dimaksud adalah diam memikirkannya, merenunginya, menelusuri kedalaman relung akal dan belantara hati untuk menemukan hikmah yang selama ini belum tersibak kita untuk menyadarinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Lalu, samakah anjuran diam ketika mendengar bacaan Al-Quran dengan diam ketika kita dibuat marah oleh orang? Saya belum tahu jawabannya. Kali ini proses pencarian saya baru pada tahap memahami ternyata ada tingkatan diam menurut versi saya sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><o:p><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></o:p><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 27.0pt list 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span></span><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam tingkatan pertama : diam benar-benar diam <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Sekalipun diam dalam artian ini adalah diam benar-benar diam, tetapi ini tetaplah diam yang baik asal tidak dalam kondisi darurat, asal tidak dalam kondisi kita sebagai pemegang peranan kunci tunggal yang kalau kita tidak bergerak maka akibat buruk adalah kita penyebabnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam pada tingkatan ini secara klinis dijelaskan sebagai aktivitas memberi waktu, agar stimulus yang diterima otak kita bisa sampai pada otak bagian belakang, yakni neokorteks. Tanpa diam memberi waktu, akan kurang baik akibatnya, karena sebelum stimulus sampai neokorteks otak sudah disuruh memberi respon, akibatnya yang akan memerintahkan adalah otak primitif (limbik sistem) kita. Maka, respon yang dihasilkan cenderung bersifat gegabah, tidak bijaksana.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 27.0pt list 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span></span><b><i><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam tingkatan kedua : diam karena berpikir</span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Diam ini, saya belum tahu penjelasan klinisnya, yang jelas ini adalah aktivitas yang secara fisik (tindakan) diam tetapi secara quantum (pikiran) berputar, bergerak tiada henti. Diam tetapi memikirkan gagasan baru, diam tetapi memikirkan solusi untuk membantu menyelesaikan masalah, diam tetapi berkecamuk produktivitas di dunia yang tak kasat mata. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><o:p><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></o:p><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">BAB II<o:p></o:p></span></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">PENUTUP<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="pjff2" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><span class="nw"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Manusia di lahirkan ke dunia ini adalah sebagai makhluk sosial antara</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <span class="nw">manusia yang satu dengan yang lainnya pasti akan berinteraksi. Interaksi itulah</span> <span class="nw">yang dimaksud komunikasi.</span> Macam-macam komunikasi di bagi menjadi dua : <span class="nw">Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan lambang kata-</span> <span class="nw">kata atau bahasa sebagai medianya baik secara lisan maupun tulisan komunikasi</span> <span class="nw">non verbal adalah pesan atau informasi yang tidak disampaikan melalui lisan</span> <span class="nw">maupun tulisan tetapi menggunakan gerakan tubuh.</span> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan ini kami harapkan kiranya bisa bermanfaat bagi kita semua. Semoga hidayah dan inayah Allah selalu menyertai kita dalam segala hal yang positif dan berlebih untuk kita sendiri. Amien</span></div><div class="pjff2" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify;"><o:p><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></o:p><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Times-Roman;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Effendy, <st1:placename w:st="on">Onong</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">U.</st1:placetype> 1989, </span></span><b><span style="font-family: Times-Bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kamus Komunikasi</span></span></b><span style="font-family: Times-Roman;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>, Mandar Maju<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Riswandi, 2009. <b>Ilmu Komunikasi</b>. Jogyakarta ; Graha Ilmu</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Times-Roman;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Mulyana, Deddy. 2001. </span></span><b><span style="font-family: Times-Bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar</span></span></b><span style="font-family: Times-Roman;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>, PT. Remaja<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Times-Roman;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Rosdakarya<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><a href="http://filsafat.kompasiana.com/2010/03/28/diam"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">http://filsafat.kompasiana.com/2010/03/28/diam</span></a></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><a href="http://rizky165.blogspot.com/2010/03/apa-makna-diam-itu.html"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">http://rizky165.blogspot.com/2010/03/apa-makna-diam-itu.html</span></a></div><u><a href="http://start2010.blogdetik.com/index.php/2009/10/15/diam-itu-bukan-emas/"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">http://start2010.blogdetik.com/index.php/2009/10/15/diam-itu-bukan-emas/</span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></u><br />
<div class="MsoNormal"><u><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">http://www.kpcmelaticenter.com/id/pernak-pernik-perkawinan-campuran/mengapa-pilih-bicara-atau-diam.html<o:p></o:p></span></u></div><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span><br />
<div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="mso-element: footnote-list;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br clear="all" /> </span><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/MAKALAH%20KOMUNIKASI%20NON%20VERBAL...%20DIAM...doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">[1]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <span style="font-size: 10pt;">http://www.kpcmelaticenter.com/id/pernak-pernik-perkawinan-campuran/mengapa-pilih-bicara-atau-diam.html</span><u><o:p></o:p></u></span></div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div></div></div>Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-70289914859935972022010-12-22T03:13:00.000-08:002010-12-27T07:45:10.868-08:00Peran komunikasi nonverbal dalam dakwah<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">BAB I<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l3 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">A.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></b><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Pengertian Komunikasi Nonverbal dan Komunikasi Dakwah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Yang dimaksud komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan tidak dengan menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menngunakan gerak tubuh, sikab tubuh,vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, expresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan.dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui espresi wajah dan nada atau kecepatan bicara. Misalnya seorang pemimpin berbicara dengan suara yang keras dan wajah yang merah padam,itu menandakan bahwa pimpanan tersebut sedang marah pada karyawaan tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Tanda-tanda komunikasi nonverbal belumlah dapat diidentifikasikan seluruhnya tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa cara kita duduk, berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya itu menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap-tiap gerak yang kita buat dapat menyatakan asal kita, sikap kita, kesehatan, bahkan keadaan psikologis kita.misalnya gerakan-gerakan yang mengerutkan alis, mengigit bibir, menunjukkan dengan jari, tangan dipinggang, melipat tangan bersilang didada ssemuanya mengandung arti tertentu. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Sedangkan komunkasi dakwah Menurut Drs. H. Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah secara sederhana memberikan pengertian komunikasi. Seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dalam hal ini yang diajak berkomunikasi untuk dapat ikut berpartisipasi atau tindakan sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikan. Dengan penekanan bahwa komunikasi berarti upaya untuk mengadakan persamaan atau <em>commonness </em>dengan orang lain dengan cara menyampaikan keterangan, berupa suatu gagasan ataupun sikap.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dengan berkomunikasi sebenarnya mengharapkan atau bertujuan terjadinya perubahan sikap atau tingkah laku orang lain untuk memenuhi harapan sebagaimana pesan disampaikan. Perubahan sikap dan tingkah laku akibat dari proses komunikasi adalah perubahan sikap yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Dengan demikian apa yang disampaikan oleh komunikator pada komunikasi akan mempengaruhi sikat komunikan sejauh kemampuan komunikator dalam mempengaruhinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Agama bukanlah sesuatu yang bersifat subordinate terhadap kenyataan social-ekonomi, agama pada dasarnya bersifat independen, yang secara teoritis bisa terlibat dalam kaitan saling mempengaruhi dengan kenyataan social, oleh karenanya Mattulada dkk dalam buku Agama dan Perubahan Sosial mengungkapkan bahwa, Agama mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola prilaku manusia. Sehingga ajaran agama akan mampu mendorong atau menahan proses perubahan social.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Secara umum kata dakwah yang berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti seruan, ajakan, panggilan. Sama halnya dengan para ahli dibidang ilmu dakwah, Jalaluddin Rakhmat juga sepakat bahwa juru dakwah atau orang yang menyampaikan (<em>tabligh) </em>pesan dakwah disebut dalam ilmu komunikasi sebagai komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada pihak komunikan. dilihat dari bahasa kata dakwah atau tabligh mengandung arti proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Jalaludin Rakhmat sepanjang karyanya tidak pernah mengaitkan kata komunikasi dan dakwah secara beriringan. Komunikasi oleh jalal digolongkan sebagai keilmuan yang bersifat lebih umum, sedangkan istilah dakwah hanya beberapa kali jalal sampaikan dalam tulisannya. Meski Jalaludin Rakhmat tidak pernah mengaitkan kata dakwah dengan kata komunikasi tetapi dalam menampilkan pengertian serta tujuan yang hendak di capai dalam karya-karya Jalaluddin Rakhmat selalu menampilkan kesamaan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Secara umum komunikasi memiliki kecenderungan menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya lebih umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang lainnya. Komunikasi sendiri memiliki banyak keterkaitan dengan keilmuan-keilmuan umum seperti psikologi, serta ilmu-ilmu social lainnya. Kecenderungan umum keilmuan komunikasi pada dasarnya dilatar belakangi oleh sifat komunikasi yang bisa masuk dalam setiap keilmuan serta kebutuhan keilmuan-keilmuan lain tersebut dengan pengetahuan komunikasi.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></b><br />
<b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l8 level1 lfo5; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><b><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span></b><b><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Komunikasi Non Verbal<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><b><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">A. Fungsi pesan nonverbal.</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:</span></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l11 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. </span></span><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.</span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l11 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. </span></span><span lang="FI"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.</span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l11 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”</span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l11 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.</span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l11 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="FI"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. </span></span><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.</span></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam <i>Nonverbal Communication Systems</i>, menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo10; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo10; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo10; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo10; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo10; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo10; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman';">[1]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><b><span lang="IT"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">B. Tujuan komunikasi non verbal<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IT"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1. Menyediakan/memberikan informasi.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IT"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2. Mengatur alur suara percakapan.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IT"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">3. Mengekspresikan emosi.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IT"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IT"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span lang="IT"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">6. Mempermudah tugas-tugas khusus misalnya mengajari suatu permainan olah raga tertentu.<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman';">[2]</span></span></span></a></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2. Komunikasi Dakwah</span></strong></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Menurut Drs. H. Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah secara sederhana memberikan pengertian komunikasi. Seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dalam hal ini yang diajak berkomunikasi untuk dapat ikut berpartisipasi atau tindakan sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikan. Dengan penekanan bahwa komunikasi berarti upaya untuk mengadakan persamaan atau <em>commonness </em>dengan orang lain dengan cara menyampaikan keterangan, berupa suatu gagasan ataupun sikap.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dengan berkomunikasi sebenarnya mengharapkan atau bertujuan terjadinya perubahan sikap atau tingkah laku orang lain untuk memenuhi harapan sebagaimana pesan disampaikan. Perubahan sikap dan tingkah laku akibat dari proses komunikasi adalah perubahan sikap yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Dengan demikian apa yang disampaikan oleh komunikator pada komunikasi akan mempengaruhi sikat komunikan sejauh kemampuan komunikator dalam mempengaruhinya.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Agama bukanlah sesuatu yang bersifat subordinate terhadap kenyataan social-ekonomi, agama pada dasarnya bersifat independen, yang secara teoritis bisa terlibat dalam kaitan saling mempengaruhi dengan kenyataan social, oleh karenanya Mattulada dkk dalam buku Agama dan Perubahan Sosial mengungkapkan bahwa, Agama mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola prilaku manusia. Sehingga ajaran agama akan mampu mendorong atau menahan proses perubahan social.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Secara umum kata dakwah yang berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti seruan, ajakan, panggilan. Sama halnya dengan para ahli dibidang ilmu dakwah, Jalaluddin Rakhmat juga sepakat bahwa juru dakwah atau orang yang menyampaikan (<em>tabligh) </em>pesan dakwah disebut dalam ilmu komunikasi sebagai komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada pihak komunikan.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dilihat dari bahasa kata dakwah atau tabligh mengandung arti proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Jalaludin Rakhmat sepanjang karyanya tidak pernah mengaitkan kata komunikasi dan dakwah secara beriringan. Komunikasi oleh jalal digolongkan sebagai keilmuan yang bersifat lebih umum, sedangkan istilah dakwah hanya beberapa kali jalal sampaikan dalam tulisannya. Meski Jalaludin Rakhmat tidak pernah mengaitkan kata dakwah dengan kata komunikasi tetapi dalam menampilkan pengertian serta tujuan yang hendak di capai dalam karya-karya Jalaluddin Rakhmat selalu menampilkan kesamaan.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Secara umum komunikasi memiliki kecenderungan menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya lebih umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang lainnya. Komunikasi sendiri memiliki banyak keterkaitan dengan keilmuan-keilmuan umum seperti psikologi, serta ilmu-ilmu social lainnya. Kecenderungan umum keilmuan komunikasi pada dasarnya dilatar belakangi oleh sifat komunikasi yang bisa masuk dalam setiap keilmuan serta kebutuhan keilmuan-keilmuan lain tersebut dengan pengetahuan komunikasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo6; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">A.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></strong><strong><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Hubungnan proses Komunikasi Dengan Penyampaian Pesan Dakwah</span></strong><strong><span style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Proses penyampaian pesan dakwah berkaitan erat dengan proses komunikasi. Sebagai ahli dibidang komunikasi dan praktisi dakwah, Jalaluddin Rakhmat memandang kemajuan dibidang ilmu moderen harus disambut oleh para juru dakwah dalam mengembangkan Islam. Dalam proses penyampaian pesan dakwah melalui media baik cetak maupun elektronik, seorang juru dakwah harus mampu menyesuaikan kedudukannnya sebagai komunikator yang berhadapan dengan sekian banyak audiens dan dengan latar belakang pendidikan, usia, profesi yang berbeda.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dalam penyampaian pesan dakwah secara lisan atau langsuang, juru dakwah akan berhadapan dengan kelompok audiens yang mempunyai kecenderungan sama. Sehingga para juru dakwah dapat menampilkan penyampaian pesan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Baik penyampaian dakwah secara langsung atau tidak langsuang, jelas mempunyai perhubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses komunikasi mengingat komunikasi mempunyai sifat baik secara langsung atau tidak langsunag.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">B. Tujuan Komunikasi Dakwah</span></strong></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Tujuan dakwah ataupun tujuan komunikasi memiliki kesamaan, komunikasi dan dakwah memiliki tujuan untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang sedang menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang disampaikan. Jalal hanya tidak pernah menyampaikan komunikasi yang dikaitkan dengan dakwah, namun dalam pengertian-pengertian yang diuraikan dalam memahami semua unsur dan kegiatan komunikasi mempunya kesamaan dengan semua unsur dan kegiatan dalam hal dakwah.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Baik tujuan dari komunikasi ataupun tujuan dari dakwah adalah proses dimana seseorang menghendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku orang atau objek komunikasi atau dakwah sesuai dengan harapan si pelaku. Dengan demikian tujuan komunikasi dan dakwah hanya dibedakan pada sudut pandang keilmuan umum dan agama saja.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Tujuan yang hendak dicapai dari komunikasi dakwah itu sendiri memiliki tiga dimensi. Pertama, tujuan awal dimana tujuan daru proses komunikasi dakwah itu adalah terjadinya perubahan pemikiran, sikap dan prilaku dari komunikan. Kedua, tujuan sementara dimana tujuan ini hanya dipokoskan pada perubahan kehidupan selama di dunia saja. Adapun yang hendak dicapai dari tujuan komunikasi dakwah itu sendiri mencakup dua tujuan diatas sampai pada tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan di dunia dan akhirat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">C. Karakteristik Komunikasi Non Verbal Dalam Dakwah</span></strong></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Baik komunikasi atau dakwah keduanya dilakuakan baik secara langsung ataupun tidak langsuang. Dalam proses secara langsung komunikasi ataupun dakwah dapat dilakukan melalui dua cara yaitu verbal dan non verbal. Dalam penyampaian pesan verbal komunikasi atau dakwah itu bisa bersifat satu arah ataupun dua arah. Dalam komunikasi atau dakwah non verbal kegiatan ini bisa dilakukan memalui berbagai kegiatan atau iklan-iklan yang tujuannya perubahan sikap dan tingkah laku.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dalam menyampaikan pesan dakwahnya Jalaluddin telah menggunakan bentuk penyampaian pesan dakwah.non verbal, yaitu pesan dakwah yang disampaikan melalui tulisan. Dalam melakukan pendekatan kepada audiennys Jalal menggunkan beberapa pendekatan. Yaitu, persuasive dan koersif.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Adapun sifat dari pesan dakwah yang disampaikan oleh Jalal adalah Qaulan sadidan (perkataan yang benar), <em>qawlan balighan </em>(perkataan, sampai), <em>Qawlan maysura, Qawlan layyinan, Qawlan ma’rufan. </em>Kata kunci ini yang menjadikan dasar kesamaan pemikiran Jalaluddin Rakhat baik dalm bidang komunikasi ataupun dalm bidang dakwahnya.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Perubahan tingkah laku akibat proses dari komunikasi atau dakwah tersebut adalah respon dari objek. Respon yang ditanggapi secara positif akan melahirkan tingkah laku atau sikap sesuai dengan yang direncanakan oleh komunikator ataupun da’i. adapun respon negative adalah proses perlawanan sikap komunikan atau mad’u terhadap tujuan yang akan dicapai. Secara sederhana respon merupakan proses reaksi dari aksi yang disampaikan oleh seseorang yang dilakukan baik secara sadar atau tidak sadar.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Karakteristik dari Jalaluddin Rakhmat sendiri bisa menjadikan karya-karya serta pemikirannya mudah diterima dan diikuti oleh orang lain. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Gaya</st1:city></st1:place> penulisan yang tersendiri jalal menjadikan karyanya menjadi sesuatu yang mudah dikonsumsi orang tanpa memerlukan pemikiran yang tinggi. Dengan demikian pemikiran jalal bisa difahami pada setiap tingkatan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l1 level1 lfo7; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><strong><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">D.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></strong><strong><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Bentuk-bentuk Komunikasi Non Verbal Dalam Dakwah</span></strong><strong><span style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Sebagaimana diuraikan diatas, adanya komunikasi verbal dan non verbal, telah menghantarkan Jalalluddin Rakhmat menjadi seorang cendikiawan muslim yang pemikirannya mudah diterima pada semua golongan. Baik intelektual, pilotisi, akademisi, aktifis sampai pada jamaah pengajian. Selain itu karya-karya Jalal mudah difahami oleh setiap pembacanya, hal ini menunjukkan kedalaman Jalal serta kemampuan dalam penerapan keilmuan komunikasi dan pemahaman agama yang dimiliki.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Bentuk dari komunikasi dakwah yang dilakukan oleh Jalaluddin Rakhmat antara lain ; intra personal, Jalal mampu menerapkan apa yang disampaikan pada proses komunikasi dakwah kedalam aktifitas kehidupan sehari-harinya; inter personal, Jalal mampu berkomunikasi dengan orang-orang disekelilingnya melalui pendekatan psikologi yang dimilikinya serta kematangan dalam bidang komunikasi dakwah; komunikasi kelompok, baik secara langsung yaitu berhadapan dengan audien pada saat mengisi forum ilmiah atau pengajian ataupun secara tidak langsung melalui tulisan atau media televise dapat dilakukan oleh Jalal; komunikasi massa dalam pemikiran Jalaluddin Rakhmat dituangkan dalam buku Psikologi Komunikasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Buku ini termasuk kategori <em>the best seller. </em>Pasalnya sampai sekarang ini sudah dicetak ulang 16 kali dengan 2 kali revisi, bahkan pihak penerbit sudah minta revisi yang ketiga kalinya guna cetak ulang yang ke 17. penilis ingin mengajak para pembaca untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan sesama manusia. Karena berdasarkan penelitian, sebagian besar ( sekitar 70 % ) waktu bangun dalam hidup kita ini digunakan untuk komunikasi. Dengan memahami sisi psikologis seseorang dan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">massa</st1:city></st1:place>. Kita sanggup membuka “topeng” dan menjawab pertanyaan “mengapa”. Psikologi melihat komunikasi sebagi perilaku manusiawi, menarik, melibatkan siapa saja dan dimana saja dan kapan saja.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 21.6pt; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l1 level1 lfo7; tab-stops: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; vertical-align: baseline;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">E.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></b><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Komunikasi Efektif Dalam Dakwah</span></b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 21.6pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang tepat dan cermat dalam menyampaikan pesan atau informasi sesuai sasaran, sehingga adanya kesesuaian pemahaman antara komunikator dan komunikan. Menurut Pitfield, komunikasi yang efektif berarti bahwa maksud dan tujuan yang terkandung dalam komunikasi yang disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat dimengerti oleh kedua pihak. Komunikasi efektif bisa terjalin apabila kita sebagai pelaku komunikasi tersebut senantiasa menggunakan kalimat efektif dalam penyampaian informasi tersebut. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat mewakili secar tepat isi pikiran komunikator. Kalimat efektif merupakan kalimat yang disusun secara singkat tetapi mempunyai daya informatif secara tepat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 21.6pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -9.0pt; vertical-align: baseline;"><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ada</span></st1:city></st1:place><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> beberapa ciri dari komunikasi efektif tersebut, di antaranya :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 4.8pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 4.2pt; mso-list: l10 level1 lfo11; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">penerangan ringkas yang cukup dari penerima. Artinya, komunikator harus menyadari bahwa pesan tersebut harus mudah diterima dan dimengerti oleh komunikan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 4.8pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 4.2pt; mso-list: l10 level1 lfo11; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Penggunaan bahasa yang sesuai. Artinya bahasa yang dipilih harus koheren, logis, dan mudah dicerna serta dipahami.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 4.8pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 4.2pt; mso-list: l10 level1 lfo11; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Adanya kejelasan makna.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 4.8pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 4.2pt; mso-list: l10 level1 lfo11; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Penggunaan media komunikasi yang tepat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Komunikasi efektif sangat penting dilakukan dalam dunia dakwah. Kadang-kadang dakwah yang dilakukan secara qauli dalam prakteknya tujuan yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini dikarenakan belum terciptanya komunikasi yang efektif. Sehingga pesan yang tersampaikan tidak fiix dan tidak sesuai dari tujuan semula. Banyak mubaligh profesional yang berdakwah dengan menggunakan cara atau metode yang unik. Contohnya, K.H Jujun Junaedi yang berdakwah denganmenyisipkan <i>joke-joke</i> menarik dan sisipan musik yang bisa menarik perhatian para mustami. Dari demikian tidak salah digunakan, namun kadang-kadang pesan yang disampaikan dalam berdakwah tersebut kapasitasnya lebih banyak banyolannya kitimbang materi pokok bahasan dakwah tersebut., artinya esensi dakwah tidak <i>final </i>dilakukan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Bertitiktolak dari firman Allah dalam Q.S An-Nahl ayat 125 :<span style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 3.25pt; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ä</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">í</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">÷</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Š</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">$</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">#</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>4</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">’</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">n</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"><</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">)</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>È</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">@</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">‹</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">6</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">™</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">n</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">/</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">‘</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">p</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">õ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">3</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">:</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">/</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">p</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">à</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">ã</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ö</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">#</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">r</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">p</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">Z</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">|</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">p</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">:</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">#</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>(</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>O</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ß</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">g</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">‰</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">»</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">_</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">r</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ó</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">É</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">L</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">©</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">/</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>}</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">‘</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">d</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>ß</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">|</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">¡</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ô</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">m</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">&</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>4</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>¨</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">b</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">)</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">/</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">‘</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">d</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Þ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">O</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">n</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ô</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">ã</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">&</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">/</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>¨</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">@</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">|</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">Ê</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">ã</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>¾</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; line-height: 150%;">&</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB3; line-height: 150%;">#</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">‹</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">6</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">™</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>(</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">q</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">è</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">d</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">r</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Þ</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">O</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">n</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">=</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ô</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">ã</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">r</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">&</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">û</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">‰</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">G</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ô</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">g</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ß</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">J</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">9</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">/</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">Ê</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">Ë</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">È</span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Artinya : serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl ayat 125)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Apabila kita korelasikan merupakan ayat yang menunjukkan perintah berdakwah secara efektif. Artinya dlam ayat tersebut ada tiga metode yang diperintahkan Allah dalam berdakwah, yaitu Hikmah, Mauidzah Hasanah, dan Mujadalah.<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman';">[3]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l4 level1 lfo8; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">F.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></b><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Jenis – jenis Komunikasi Non Verbal DalamDakwah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.85pt; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list 36.85pt; text-align: justify; text-indent: -19.85pt;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">a. <span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></b><b><i><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ekspresi wajah <o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.85pt; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list 36.85pt; text-align: justify; text-indent: -19.85pt;"><b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">b. <span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span></b><b><i><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kontak mata</span></span></i></b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.85pt; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list 36.85pt; text-align: justify; text-indent: -19.85pt;"><b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">c. <span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span></b><b><i><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Sentuhan</span></span></i></b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.85pt; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list 36.85pt; text-align: justify; text-indent: -19.85pt;"><b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">d. <span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span></b><b><i><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Postur tubuh dan gaya berjalan</span></span></i></b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">. Cara seseorang da’i berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.85pt; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list 36.85pt; text-align: justify; text-indent: -19.85pt;"><b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">e. <span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span></b><b><i><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Sound (Suara)</span></span></i></b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">. Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.85pt; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list 36.85pt; text-align: justify; text-indent: -19.85pt;"><b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">f. <span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span></b><b><i><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Gerak isyarat</span></span></i></b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="DE" style="font-family: 'Times New Roman';">[4]</span></span></span></a><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.85pt; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list 36.85pt; text-align: justify; text-indent: -19.85pt;"><b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">g. <span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span></b><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam,</span></b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> diam juga termaksud dalam salah satu komunikasi non verbal, dimana jika seorang da’i menghadapi masalah, dan berbicara diperkirakan akan menimbulkan antipati, maka da’i lebih baik mengambil sikap diam.<span lang="DE"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dalam agama islam memuji dan menganjurkan sikap diam. Rasulullah Saw. Bersabda :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Artinya : Barangsiapa diam niscaya selamat.(H.R. At-Tirmudzi)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam diperlukan dalam empat situasi :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l7 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span>Menghindari konfrontasi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dapat kita mengambil contoh, pada <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">massa</st1:city></st1:place> Rasulullah Saw, ketika beliau menerima perintah dari Allah Swt :</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ö</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">‘</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">É</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">‹</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">R</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">r</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">&</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">u</span></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">r</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>y</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">7</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">s</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">?</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">u</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">Ž</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Ï</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">±</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">ã</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>š</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">ú</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">ü</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">/</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB4; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">%</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">F</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">{</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB5; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB1; line-height: 150%;">#</span><span dir="RTL"></span><span style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">Ë</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">Ê</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">Í</span><span dir="LTR" style="font-family: HQPB2; line-height: 150%;">È</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Artinya : “Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat…. (asy-Syu’ara : 214)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ketika itu beliau mengundang anggota keluarganya untuk makan bersama-sama di rumah beliau. Yang hadir ada kira-kira 40 orang, diantaranya paman beliau, Abu lahab. Usai acara, Rasulullah Saw. Bersiap-siap hendak menyampaikan risalahnya. Akan tetapi, Abu lahab memotong terlebih dahulu. Dengan nafsu amarah berapi-api dan dengan gerakan tangan yang mengancam, beliau mengkonfrontasikan Muhammad Saw. Dengan para anggota keluarga yang hadir, seperti menghadapkan seorang yang tertangkap kehadapan pengadilan sebagai terdakwa. Akan tetapi Nabi Muhammad sebagai tuan rumah mampu mengendalikan diri serta menjaga martabatnya pada saat itu dengan tidak membalas dan bersikap diam.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Akan tetapi suasana simpatik dengan sikap beliau yang diam itu tidak di biarkan berlalu begitu saja oleh Rasulullah. Beberapa hari kemudian, beliau mengundang bibi-bibinya dan para pamannya dan tak ketinggalan Abu lahab. Selesai makan, segera bangun dan angkat bicara. Seketika itu beliau mendapat dukungan dari pamannya Abu Thalib. Dalam cerita ini kita dapat menggambil kesimpulan, dimana kita mesti mulai bicara dalam dakwah dan dimana kita perlu diam. Diamnya Nabi bukan karena tidak mampu membalas, akan tetapi untuk menghin dari konfrontasi sebagai pembawa risalah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l7 level1 lfo4; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span>Disaat perkataan sudah tidak efektif</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kata-kata bukanlah segalanya dalam berdakwah. Suatu saat kata tidak bias membawa solusi. Ketika da’i menemukan suasana dimana mad’u tidak lagi percaya dengan kata-kata yang terucap, maka da’i lebih baik memilih diam.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dalam suasana kekecewaan yang mendalam karena niat malaksanakan umrah tahaun keenam Hijrah tidak kesampaian akibat tersandung oleh perjanjian Hudaibiyah, akhirnya kata-kata Rasulullah pernah tudak efektif di mata para sahabatnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">“Nabi SAW. datang kepada sahabatnya dan bersabda; “bergeraklah! Sembilah ternak qurban kalian, kemudian bercukurlah!”. Rasulullah mengulangi ini sampai 3 kali, tetapi tidak ada seorangpun diantara mereka yang bangkit menyambutnya. Kemudian beliau masuk kedalam kemahnya dan menceritakan kejadian itu kepada istrinya ummu salamah. Dan ummu salamah dengan bijak berkata : “Wahai Rasulullah, apakah engkau ingin supaya mereka melaksanakan perintah itu ? keluarlah tetapih jangan berbicara sepatah kata pun dengan salah seorang diantara mereka, sembelihlah ternak qurban anda sendiri, lalu panggillah tukang cukur anda dan bercukurlah.” Rasulullah mengikuti petunjuk istrinya, ketika kaum muslimin melihat perbuatan Rasulullah, meraka segera bergerak beramai-ramai menyembelih ternaknya masing-masing dan saling bergantian bercukur. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l7 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">3.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span>Dalam rangka menyusun taktik dan strategi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Diam dalam bentuk ini kerap sekali terjadi baik pada para pembesar Negara, pemimpin masyarakat, pengasuh kepada yang diasuh nya, dan seorang suami kepada istri dan anak nya. Diam menyusun taktik dan strategi yang terjadi pada seorang pembesar Negara contohnya seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad ketika terjadi “serangan” yang dilancarkan oleh pamannya abu Lahab. Dengan metode diam dan menyusun taktik dan strategi maka Nabi SAW terhidar dari konfrontasi yang dilancarkan pamannya dan akhirnya beliau dapat menyampaikan Risalah Islam kepada keluarganya. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">4. Diam dalam arti bahasa perbuatan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dakwah tidak harus selalu dengan kata-kata. Betapa banyak permasalahan ternyata diselesaikan bukan dengan kata-kata tetapi dengan teladan. Perbuatan Da’I adalah salah satu bentuk dakwah. Orang sering menyebut diam keempat ini dakwah Bilhal.<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman';">[5]</span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">G. Proses Komunikasi Non Verbal Dalam Dakwah</span></b><b><span lang="DE"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Telah mengambil keputusan tentang program dakwah bi al-hal. Salah satu rumusannya di sebut bahwa tujuan dakwah bi al-hal antara lain, untuk meningkatkan harkat dan matabat umat, terutama kaum dhu’afa atau kaum berpengasilan rendah. Begitu juga halnya dengan Quraish Shihab, dalam bukunya “Membumikan Al-qur’an” beliau menyarankan agar pada masa sekarang ini gerakan dakwah yang harus segera digalakkan adalah dakwah bi al-hal atau dakwah pembangunan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Realitas konsep dakwah model ini kurang begitu menjadi pijakan bagi gerakan-gerakan dakwah yang di lakukan oleh lembaga maupun organisasi dakwah islamiah. Kalaupun ada gerakan belum begitu massif dan radikal serta belum menyentuh tatanan social masyarakat yang membetuhkan. Dakwah yang dilakukan sifatnya masih menonton bahkan bias dikatakan sudah mlenceng dari apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Sebagaimana yang dikatakan oleh munir mulkhan bahwa dakwah yang selama ini terlalu sibuk mengurusi Tuhan, bukan mansusia. Akibatnya dakwah gagal mengembangkan daya rasioanal dan sikap empiris, kecuali memaksa orang dan dunia social menyesuaikan doktrin dan mengancam memasukkan dalam neraka.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Berangkat dari wawancara diataslah dalam tulisan ini akan sedikit diulas hal ihwal tentang dakwah bi al-hal, baik dari konsep maupun keefektifannya dalam masa kini ketika dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan social. Seperti pengangguran, kemiskinan, dan sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Contoh dari komunikasi non verbal dalam proses dakwah :</span></div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-bottom-style: none; border-collapse: collapse; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; margin-left: 5.4pt; width: 626px;"><tbody>
<tr style="height: 16.65pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; height: 16.65pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 159.3pt;" valign="top" width="212"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">INPUT<o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 16.65pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 159.35pt;" valign="top" width="212"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">THRUPUT<o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 16.65pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 150.7pt;" valign="top" width="201"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">OUT PUT<o:p></o:p></span></b></div></td> </tr>
<tr style="height: 222.25pt; mso-yfti-irow: 1; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 222.25pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 159.3pt;" valign="top" width="212"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 12.6pt; mso-list: l4 level2 lfo8; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 12.6pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ð<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Da’i</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l6 level1 lfo12; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Motivasi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l6 level1 lfo12; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Pengalaman</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l6 level1 lfo12; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Humor</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">( Proses Penyampaian )</span></div></td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 222.25pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 159.35pt;" valign="top" width="212"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 15.75pt; mso-list: l4 level2 lfo8; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 15.75pt; text-align: justify; text-indent: -15.75pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ð<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kognitif</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 15.75pt; mso-list: l4 level2 lfo8; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 15.75pt; text-align: justify; text-indent: -15.75pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ð<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Konatif</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 15.75pt; mso-list: l4 level2 lfo8; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 15.75pt; text-align: justify; text-indent: -15.75pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ð<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Emosi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Gejala :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 15.75pt; mso-list: l4 level3 lfo8; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 15.75pt; text-align: justify; text-indent: -15.75pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Mengenal</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 15.75pt; mso-list: l4 level3 lfo8; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 15.75pt; text-align: justify; text-indent: -15.75pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Hasrat</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 15.75pt; mso-list: l4 level3 lfo8; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 15.75pt; text-align: justify; text-indent: -15.75pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ø<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Perasaan</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">( Proses Penerimaan )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div></td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 222.25pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 150.7pt;" valign="top" width="201"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 17.95pt; mso-list: l4 level2 lfo8; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 17.95pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ð<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Perubahan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 17.95pt; mso-list: l4 level2 lfo8; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 17.95pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ð<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Sikap / mental</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 17.95pt; mso-list: l4 level2 lfo8; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 17.95pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Wingdings;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ð<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kepribadian</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">( Proses Perubahan )</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Da’i dapat melakukannya dengan cara lebih banyak berbuat dari pada berkata. Disaat seseorang melakukan kebaikan maka dia berperan menyampaikan sesuatu yang baik kepada orang lain untuk menjadi lebih baik lagi. Nah, jiak seorang berprilaku, berkata-kata, dan berpakaian yang baik maka orang tersebut secara tidak langsung dan tidak sadar sudah melaksanakan dakwah. Apalagi jika orang lain terpengaruh dan mengikuti perbuatan baiknya maka dakwah yang dia lakukannya itu berhasil.<a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman';">[6]</span></span></span></a></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">BAB III <o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">PENUTUP<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l9 level1 lfo9; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 18.0pt; text-indent: -18.0pt;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">A.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> </span></span></span></b><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 21.6pt; margin-bottom: 21.6pt; text-indent: 36.0pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses komunikasi non verbal dalam dakwah ini adalah merupakan komunikasi yang bisa memberikan kesan makna yang mendalam bagi para pendengarnya. Artinya, pesan yang terkandung dalam komunikasi tersebut mudah untuk dicerna dan disampaikan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 21.6pt; margin-bottom: 21.6pt; text-indent: 36.0pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Salah satu ragam komunikasi non verbal dalam dakwah yang paling penting untuk kita ketahui ialah komunikasi tubuh. Karena komunikasi tubuh merupakan komunikasi yang tepat dan cermat dalam proses komunikasi non verbal untuk penyampaian suatu informasi. Selain itu, komunikasi non verbal dapat diperoleh melalui hubungan-hubungan komunikasi verbal. Atau dengan kata lain komunikasi verbal lebih mudah diintepretasikan dengan melihat tanda-tanda non verbal yang mengirimi komunikasi non verbal tersebut.komunikasi non verbal dapat memperkuat dan menyangkal komunikasi verbal. Bila ada ketidak sejahteraan antara komuniksi non verbal dengan verbal seseorang khususnya lebih percya pada non verbal. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 21.6pt; margin-bottom: 21.6pt; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-indent: -18.0pt; vertical-align: baseline;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">B. Saran</span></b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 21.6pt; margin-bottom: 21.6pt; tab-stops: 36.0pt; text-indent: 36.0pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Sebagai manusia biasa, pemakalah menyadari bahwa paper ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangaun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan paper ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 21.6pt; margin-bottom: 21.6pt; tab-stops: 36.0pt; text-indent: 36.0pt; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Sebagai saran pemakalah, seyogiannya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini alangkah lebih baiknya jikalau terdapat laboratorium bahasa <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>, untuk meningkatkan prestasi dan pengetahuan kita dalam bidang bahasa. Tidak hanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, melainkan juga bahasa yang lainnya sebagai manusia yang mampu berkompetisi di era yang global ini. Apalagi kita yang tercatat sebagai mahasiswa dakwah dan komunikasi, tentunya hal-hal yang menyangkut kebahasaan penting untuk dipelajari bahkan dikuasai.<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">DAFTAR ISI<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 300%;"><span style="line-height: 300%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Rakhmat, Jalaluddin. <span class="apple-style-span">1994</span>. <i>Psikologi Komunikasi. </i><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place> : <span class="apple-style-span">Remaja Rosdakarya.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 300%;"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 300%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Mulyana, Deddy<i> . </i>2005. <i>Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar</i>. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>: Remaja Rosdakarya.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 300%;"><span style="line-height: 300%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Suparta, M.A, Drs. H. Munzier. 2003. <i>Metode dakwah. </i><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: Kencana.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 300%;"><span style="line-height: 300%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">H.S. Prodjokusumo. 1997. ”Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang”, dalam tuntunan tablig 1, <st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>:Pustaka Suara Muhammadiyah<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 300%;"><span style="line-height: 300%;"><a href="http://akhmadfarhan.wordpress.com/2008/12/04/komunikasi-nonverbal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">http://akhmadfarhan.wordpress.com/2008/12/04/komunikasi-nonverbal</span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 300%;"><span style="line-height: 300%;"><a href="http://kpifakultasdakwah.wordpress.com/2010/03/27/komunikasi-jalaludin-rahmat"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">http://kpifakultasdakwah.wordpress.com/2010/03/27/komunikasi-jalaludin-rahmat</span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="mso-element: footnote-list;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br clear="all" /> </span><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1"><div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">[1]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <span class="apple-style-span">Jalaludin Rakhamat,</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="apple-style-span"><i>Psikologi Komunikasi</i>, ( <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city> : Remaja Rosdakarya. 1994 )</span></span></div></div><div id="ftn2"><div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">[2]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> http://akhmadfarhan.wordpress.com/2008/12/04/komunikasi-nonverbal</span></div></div><div id="ftn3"><div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">[3]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <a href="http://kpifakultasdakwah.wordpress.com/2010/03/27/komunikasi-jalaludin-rahmat">http://kpifakultasdakwah.wordpress.com/2010/03/27/komunikasi-jalaludin-rahmat</a></span></div></div><div id="ftn4"><div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">[4]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <span class="apple-style-span">Deddy Mulyana, <i>Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar</i>, ( <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>: Remaja Rosdakarya, 2005 )</span></span></div></div><div id="ftn5"><div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">[5]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Drs. H. Munzier Suparta, M.A, <i>Metode dakwah, </i>( <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: Kencana, 2003) cet.1 hal 118-123.</span></div></div><div id="ftn6" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DoKuMeN/MaTa%20KuLiAh%20Smester%20V/KoM%20noN%20vErBaL/Makalah%20Komunikasi%20non%20verbal/Makalah%20Komunikasi%20NON%20VERBAL%20ATA%20LOEN.doc#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">[6]</span></span></span></span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> H.S. Prodjokusumo,”Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang”, dalam tuntunan tablig 1, ( Yogyakarta:Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997 ) hal.221</span></div><a name='more'></a><br />
</div></div>Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-8177320684149470452010-12-20T23:33:00.003-08:002010-12-27T07:42:25.650-08:00Makalah Baitul Maal Wat Tamwil<div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Pendahuluan<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQrK9qUIk6XgSC259tKEIlS2wiTBb4JUYecDL9qz_hBzpEJaCQDJ9Mrfo4dYg95qxwCoELb69WeZ8Nwd5WrXhIZ1336jRCL43VwXRP8PvwJDtXr14Kg6h6g4McNU0jhVHDu7jI_YrRl0Y/s1600/Baiturrahman+Mosque.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQrK9qUIk6XgSC259tKEIlS2wiTBb4JUYecDL9qz_hBzpEJaCQDJ9Mrfo4dYg95qxwCoELb69WeZ8Nwd5WrXhIZ1336jRCL43VwXRP8PvwJDtXr14Kg6h6g4McNU0jhVHDu7jI_YrRl0Y/s1600/Baiturrahman+Mosque.jpg" /></span></a><b><o:p><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></span></o:p></b></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Istilah Baitul Mal atau Baitul Mal wat Tamwil (BMT) belakangan ini populer seiring dengan semangat umat untuk berekonomi secara Islam dan memberikan solusi terhadap krisis ekonomi yang terjadi di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> sejak 1997. Istilahistilah itu biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus (dalam sebuah perusahaan atau instansi) yang bertugas menghimpun dan menyalurkan ZIS (zakat, infaq, shadaqah) dari para pegawai atau karyawannya. Kadang istilah tersebut dipakai pula untuk sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak di berbagai ini kegiatan ekonomi umat, yakni dalam kegiatan sosial, keuangan (simpan-pinjam), dan usaha pada sektor riil (Tim DDFES-BMT, 1997). </span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Memang, niat dan semangat yang tinggi untuk berekonomi Islam itu patut dihargai. Akan tetapi, penggunaan istilah Baitul Mal tersebut nampaknya perlu dipertimbangkan lagi secara bijaksana. Karena, penggunaan istilah Baitul Mal</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">sekarang ini sebenarnya adalah suatu reduksi kalau tak dapat dikatakan distorsi terhadap ketentuan syariah Islam tentang Baitul Mal. Dalam konsep aslinya seperti yang tersebut dalam ketentuan nash-nash syara maupun praktek konkretnya dalam sejarah Islam Baitul Mal merupakan salah satu lembaga dalam negara Islam (Khilafah Islamiyah) yang tugas utamanya adalah mengelola segala pemasukan dan pengeluaran negara (Zallum, 1983). </span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Baitul Mal merupakan lembaga keuangan negara yang bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribuslkan uang negara sesuai</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ketentuan syariat. Ringkasnya, Baitul Mal dapat disamakan dengan kas negara yang ada dewasa ini (Dahlan, 1999). Jadi, ada bahaya tersamar dengan penggunaan istilah Baitul Mal juga istilah Baitul Mal wat Tamwil (BMT) seperti populer sekarang. Pertama, istilah Baitul Mal hanya akan dipahami secara dangkal dan parsial, tidak lagi dipahami</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">sebagai institusi yang terintegrasi dalam negara Islam (Khilafah). Jika istilah Baitul Mal disebut, umat tak lagi berpikir lagi tentang Khilafah, yang menjadi payung atau induk keberadaannya, namun yang terpikir adalah aktivitas-aktivitas</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">ekonomi parsial yang dilakukan oleh rakyat, bukan oleh negara. Kedua, penggunaan istilah Baitul Mal akan dapat membius atau meninabobokkan umat dan membuat mereka puas dengan apa yang telah mereka capai, sehingga lupa terhadap sistem ekonomi Islam yang hakiki, yang hanya akan terwujud dalam naungan negara Khilafah. Mereka mungkin akan menyangka, Baitul Mal yang ada sekarang adalah kurang lebih sama dengan Baitul Mal yang ada dalam sejarah Islam. </span></span></div><span style="font-size: 12pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></span><br />
<div class="MsoNormal"><strong><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">A. Pengertian</span></span></strong></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><strong><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Baitul Maal wat Tamwil (BMT)</span></span></strong><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> atau Balai Usaha Mandiri Terpadu, adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang <em>salaam </em>: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: -18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><strong><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1. Sifat, Peran, dan Fungsi</span></span></strong></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">a. Sifat<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">BMT bersifat terbuka, independen, tidak partisan, berorientasi pada pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung bisnis ekonomi yang produktif bagi anggota dan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar, terutama usaha mikro dan fakir miskin.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">b. Peran <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Peran BMT di masyarakat, adalah sebagai :<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1. Motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2. Ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi syariah.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">3. Penghubung antara kaum <em>aghnia</em> (kaya) dan kaum <em>dhu’afa </em>(miskin).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">4. Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang <em>barakah, ahsanu ‘amala, </em>dan<em>salaam </em>melalui <em>spiritual communication</em> dengan <em>dzikir qalbiyah ilahiah.</em><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">c. Fungsi<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Fungsi BMT di masyarakat, adalah untuk :<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih profesional, <em>salaam </em>(selamat, damai, dan sejahtera), dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan berusaha (beribadah) menghadapi tantangan global.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">2.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span>Mengorganisir dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan di luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">3.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span>Mengembangkan kesempatan kerja.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">4.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span>Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk anggota.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">5.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span>Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial masyarakat banyak.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">B.</span></span></b><b><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Badan Hukum Baitul mal wat tanwil ( BMT )<o:p></o:p></span></span></span></b></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Dilihat dari kesesuian prinsip koperasi dalam Islam dan hokum kebolehan koperasi dalam Islam, maka koperasi adalah sebuah lembaga yang dapat diterapkan untuk BMT. Kebolehan ini juga<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">didasarkan pada relevansi konsep antara koperasi dan BMT yang dapat dilihat dari :<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">pertama</span></span></span></i></b><b><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">,</span></span></span></b><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> latar belakang dan sejarah kelahiran kedua lembaga ini adalah sama-sama dalam rangka memperjuangkan kepentingan rakyat golongan bawah sebagai reaksi terhadap system ekonomi yang berlaku pada waktu itu. Koperasi lahir sebagai sarana dan protes atas sistem ekonomi kapitalis yang menindas dan mengakibatkan penderitaan pada rakyat dalam rangka meningkatkan<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">kesejahteraan mereka. Begitu juga BMT yang lahir karena keberadaan BMI dan BPR (S) yang belum dapat menjangkau masyarakat golongan ekonomi bawah. Hal ini disebabkan karena berbagai kendala, diantaranya peraturan perundang-undangan, perizinan yang rumit dan lama serta mobilisasi dana yang sulit. BMT lahir sebagai alternatif untuk mengatasi keadaan ini.</span></span></span><span style="font-size: 7.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kedua</span></span></span></i></b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">, </span></span></span></i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">dengan mengacu pada pengertian yang dikandung keduanya dapat disimpulkan bahwa kedua lembaga ini sama-sama mengandung dua unsur. Unsur tersebut adalah unsur ekonomi dan<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">unsur sosial yang saling berkaitan. Ini merupakan bukti bahwa kedua lembaga ini tidak hanya bergerak di bidang bisnis namun aspek sosialnya juga tidak dilupakan.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ketiga</span></span></span></i></b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">, </span></span></span></i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">relevansi ini juga dilihat melalui prinsip-prinsip dasar yang dikandung oleh kedua konsep ini. Dalam prinsip-prinsip dasar keduanya ditemukan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak bertentangan. Pada intinya kedua lembaga ini berusaha untuk<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui pengelolaan yang sarat dengan nilai-nilai etik dan moral yang tinggi. Yang ini juga akan membedakan kedua lembaga ini dengan bentuk-bentuk usaha ekonomi lainnya.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Keempat</span></span></span></i></b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">, </span></span></span></i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">adanya kesamaan tujuan pada kedua lembaga tersebut.Tujuan yang terkandung adalah sama-sama berusaha untuk mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya terutama bagi golongan masyarakat kecil dalam rangka mengentaskan kemiskinan bagi perbaikan ekonomi rakyat.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kelima</span></span></span></i></b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">, </span></span></span></i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">berdasarkan pada fungsi dan peranan dari koperasi dan BMT terlihat bahwa keduanya mempunyai dua fungsi. Fungsi tersebut adalah fungsi sosial dan fungsi ekonomi yang saling berkaitan. Sedangkan peranan kedua lembaga tersebut adalah sebagai motor penggerak perekonomian dengan mengembangkan dan membangun potensi serta kemampuan masyarakat lapisan bawah untuk mencapai perekonomian yang lebih baik. Bahkan koperasi dijadikan soko guru bagi perekonomian nasional.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Keenam,</span></span></span></i></b><i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></span></span></i><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">jika mengacu pada konsep mekanisme kerja antara koperasi dan BMT, akan ditemukan bahwa kedua lembaga ini diusahakan untuk bergerak pada tiga sektor, yaitu sektor jasa<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">keuangan melalui simpan pinjam, sektor sosial dan sektor riil.Selain itu dalam alat kelengkapan organisasi koperasi dan BMT ditemukan adanya Dewan Pengawas. Dewan pengawas itu bertugas untuk mengendalikan dan mengawasi kedua lembaga itu. Tujuan pengendalian dan dan pengawasan ini adalah agar dalam kegiatannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan dan penyelewengan oleh pengurus di dalam pengelolaannya.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">C. Langkah Pendirian Baitul Mal Wat Tanwil<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Secara ringkas tujuan dan dampak positif BMT antara lain :<br />
a. Menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dengan mudah dan bersih, karena didasarkan pada kemudahan dan bebas riba/bunga.<br />
b. Memperbaiki/meningkatkan taraf hidup masyarakat bawah.<br />
c. Lembaga keuangan alternatif yang mudah diakses oleh masyarakat bawah dan bebas riba/bunga.<br />
d. Lembaga untuk memberdayakan ekonomi ummat.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">D. Jenis Usaha Dalam Baitul Mal Wat Tanwil<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Jual Beli dengan Mark Up (keuntungan)<br />
Jual beli dengan mark up merupakan tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya, BMT mengangkat nasabah sebagai agen (yang diberi kuasa) melakukan pembelian barang atas nama BMT, kemudian BMT bertindak sebagai penjual kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli tambah keuntungan bagi BMT atau sering disebut margi atau mark up. Keuntungan yang diperoleh BMT akan dibagi kepada penyedia dan penyimpan dana. </span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1. Jenis-jenisnya adalah</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">:</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> <b>Bai Bitsaman Ajil (BBA),</b> adalah proses jual beli dimana pembayaran dilakukan secara lebih dahulu dan penyerahan barang dilakukan kemudian.Bai As Salam, proses jual beli dimana pembayaran dilakukan terlebih dahulu dan penyerahan barang dilakukan kemudian.<br />
<b> Al Istishna</b>, adalah kontrak order yang ditandatangani bersamaan antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan jenis barang tertentu. Ijarah atau Sewa, adalah dengan memberi penyewa untuk mengambil pemanfaatan dari sarana barang sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati bersama.<br />
<b>Bai Ut Takjiri</b>, adalah suatu kontrak sewa yang diakhiri dengan penjualan. Dalam kontrak ini pembayaran sewa telah diperhitungkan sedemikian rupa sehingga padanya merupakan pembelian terhadap barang secara berangsur.<br />
<b>Musyarakah Mustanaqisah</b>, adalah kombinasi antara musyawarah dengan ijarah (perkongsian dengan sewa). Dalam kontrak ini kedua belah pihak yang berkongsi menyertakan modalnya masing-masing.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">E. Struktur Organisasi<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><img height="815" src="file:///C:/DOCUME~1/user/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif" v:shapes="_x0000_i1025" width="600" /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">F. Kesimpulan<o:p></o:p></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Dari seluruh uraian yang telah dipaparkan dapatlah ditarik beberapa kesimpulan umum sebagai berikut :</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Pertama, Baitul Mal sesungguhnya bukanlah lembaga privat atau swasta yang hanya menangani sebagian aspek kegiatan ekonomi umat, melainkan sebuah lembaga yang mengurusi segala pemasukan dan pengeluaran dari Negara Islam (Khilafah). </span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Kedua, Baitul Mal dalam pengertian sebagai bagian dari institusi negara yang mengurusi pemasukan dan pengeluaran negara tersebut, telah dipraktekkan dengan berbagai nuansa kelebihan dan kekurangannya dalam sejarah Islam sejak masa Rasulullah, diteruskan oleh para khalifah sesudahnya, hingga kehancuran Khilafah di Turki tahun 1924. </span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ketiga, Gagasan konsep Baitul Mal yang ideal haruslah merujuk kepada ketentuan syariah, baik dalam hal sumbersumber pendapatan maupun dalam hal pengelolaannya.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Demikianlah sekilas konsep Baitul Mal yang ada dalam catatan sejarah dan juga gagasan mengenai Baitul Mal yang akan kita terapkan di masa depan, bila Khilafah Islamiyah berdiri suatu saat nanti, Insya Allah. Satu hal yang patut dicatat, posisi Baitul Mal sangatlah penting dan strategis bagi Khilafah Islamiyah. Dengan Baitul Mal,harta-harta dikumpulkan dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya. Dengan Baitul Mal, tugas</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">pokok Khalifah akan dapat didukung dan terselenggara dengan sempurna, yaitu menerapkan syariat Islam di dalam negeri dalam semua aspek kehidupan, dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan jalan dakwah dan jihad fi sabilillah ke luar negeri.</span></span></div><span style="font-size: 12pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></span><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Daftar Pustaka<o:p></o:p></span></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">An Nabhani, Taqiyyuddin. 1990. An Nizham Al Iqtishadi Fi Al Islam. Cetakan IV. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Beirut</st1:city></st1:place> : Darul Ummah.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Qaradhawi, Yusuf. 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place> : Gema Insani Press.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="font-size: 11.5pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Widodo, Hertanto dkk, <i>PAS (Pedoman Akuntansi Syariah), Panduan<o:p></o:p></i></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><i><span style="font-size: 11.5pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil, </span></span></span></i><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><span style="font-size: 11.5pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Jakarta</span></span></span></st1:city></st1:place><span style="font-size: 11.5pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> :<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="font-size: 11.5pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Mizan, 1999.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="font-size: 11.5pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dimyati, Ahmad dkk, <i>Islam dan Koperasi, Telaah Peran Serta Umat<o:p></o:p></i></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><i><span style="font-size: 11.5pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Islam dalam Pengembangan Koperasi, </span></span></span></i><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><span style="font-size: 11.5pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Jakarta</span></span></span></st1:city></st1:place><span style="font-size: 11.5pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> : Koperasi<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="font-size: 11.5pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Jasa <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>, 1989.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span style="font-size: 10pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">SUMBER : <a href="http://msi-uii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artikel&id=75">http://msi-uii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artikel&id=75</a></span></span></span></div>Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3268735873668999348.post-16123904250553591132010-12-20T08:36:00.000-08:002010-12-27T07:41:50.901-08:00LAILATUL QADAR<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><strong><u><span lang="EN-GB" style="font-size: 21pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">LAILATUL QADAR<o:p></o:p></span></span></u></strong></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 26.95pt;"><strong><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Malam Lailatul Qadar</span></span></strong><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> adalah malam yang dimuliakan Allah. Allah menamainya dengan Lailatul Qadar, menurut sebagian pendapat, karena pada malam itu Allah mentakdirkan ajal, rizki dan apa yang terjadi selama satu tahun dari aturan-aturan Allah SWT. Hal ini sebagaimana Allah SWT firmankan:</span></span></div><div dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>k</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ž</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ï</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ù</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>ä</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">-</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ÿ</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ã</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ƒ</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>‘</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">@</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ä</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">.</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>@</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">B</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">r</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">&</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>A</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">O</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Š</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Å</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">3</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">y</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">m</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Í</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">È</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span lang="AR-SA" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><em><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.</span></span></em><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> (Ad Dukhan: 4)</span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Di dalam ayat tersebut Allah menamai Lailatul Qadar karena sebab tersebut. Menurut pendapat lain, disebut malam Lailatul Qadar karena malam tersebut memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Allah menyebutnya sebagai malam yang berkah, sebagaimana firman-Nya:</span></span></div><div dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">!</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">¯</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">R</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Î</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">)</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>ç</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">m</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">»</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">o</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Y</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">9</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">“</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">R</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">r</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">&</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>’</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">û</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>7</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB3; font-size: 14pt; line-height: 150%;">'</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">s</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB3; font-size: 14pt; line-height: 150%;">#</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‹</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">s</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">9</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">p</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">x</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">.</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">»</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">6</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">•</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">B</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>4</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">¯</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">R</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">)</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">¨</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Z</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ä</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">.</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>z</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">`</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ƒ</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Í</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‘</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">É</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‹</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Z</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ã</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">B</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ì</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">È</span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><em><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesunggunhnya kami-lah yang memberi peringatan.</span></span></em><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> (Ad Dukhan: 3)</span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
Allah juga memuliakan malam ini dalam firman-Nya:</span></span></div><div dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">!</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">$</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">t</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">B</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">u</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">r</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>y</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">7</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB3; font-size: 14pt; line-height: 150%;">1</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">u</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‘</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">÷</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Š</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">r</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">&</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">B</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>ä</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB3; font-size: 14pt; line-height: 150%;">'</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">s</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB3; font-size: 14pt; line-height: 150%;">#</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‹</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">s</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">9</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Í</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‘</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ô</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‰</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">s</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">)</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">9</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">#</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ë</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">È</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>ä</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB3; font-size: 14pt; line-height: 150%;">'</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">s</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB3; font-size: 14pt; line-height: 150%;">#</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‹</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">s</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">9</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Í</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‘</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ô</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‰</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">s</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">)</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">9</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">#</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>×</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ž</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ö</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">y</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">{</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>ô</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">`</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ï</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">i</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">B</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>É</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">#</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">9</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">r</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">&</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>9</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ö</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">k</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">y</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ì</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">È</span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><em><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. </span></span></em><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">(Al Qadr: 2-3)</span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Maksudnya, amalan di malam yang barakah ini menyamai pahala amal seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadar padanya. Seribu bulan sama dengan 83 tahun lebih. Ini menunjukkan keutamaan malam yang besar ini. Oleh karenanya Nabi berusaha mencari malam Lailatul Qadar. Beliau bersabda:</span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><em><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">“Barang siapa shalat di malam Lailatul Qadar karena keimanan dan mengharapkan pahala, maka dia akan diampuni dosanya yang telah lampau ataupun yang akan datang.”<o:p></o:p></span></span></em></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Allah juga mengabarkan bahwa pada malam itu malaikat Jibril dan ruh turun. Ini menunjukkan betapa besar dan pentingnya malam ini karena turunnya malaikat tidak terjadi kecuali untuk perkara yang besar. Kemudian Allah mensifati malam itu dengan firman-Nya:</span></span></div><div dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: 150%; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">í</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">O</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">»</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">n</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">=</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">y</span></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">™</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>}</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">‘</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ï</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">d</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>4</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ó</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">®</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">L</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">y</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">m</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Æ</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ì</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">n</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">=</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ô</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Ü</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">t</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">B</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ì</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ô</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">f</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">x</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ÿ</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB4; font-size: 14pt; line-height: 150%;">ø</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">9</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB5; font-size: 14pt; line-height: 150%;">$</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB1; font-size: 14pt; line-height: 150%;">#</span><span dir="RTL"></span><span lang="EN-GB" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;"><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">Î</span><span dir="LTR" lang="EN-GB" style="font-family: HQPB2; font-size: 14pt; line-height: 150%;">È</span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="line-height: 150%;"><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><em><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.</span></span></em><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> (Al Qadr: 5)</span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Allah mensifati malam tersebut dengan malam keselamatan. Ini menunjukkan kemuliaan, kebaikan, dan keberkahannya. Orang yang terhalangi dari kebaikan malam itu berarti terhalangi dari kebaikan yang sangat banyak. Inilah keutamaan-keutamaan yang besar pada malam barakah ini.</span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> Akan tetapi, Allah menyembunyikannya di bulan Ramadhan agar seorang muslim bersungguh-sungguh mencarinya. Sehingga amalnya semakin banyak dan dengan itu ia menggabungkan antara banyaknya amal di seluruh malam-malam Ramadhan dan bertepatan dengan malam Lailatul Qadar dengan segala keutamaan, kemuliaan dan pahalanya. Sehingga dengan itu ia mengumpulkan antara dua kebaikan. Ini merupakan karunia Allah atas hamba-hamba-Nya.</span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ringkasnya, bahwa Lailatul Qadar adalah malam yang besar (agung) dan berkah. Juga merupakan nikmat dari Allah yang mendatangi seorang muslim di bulan Ramadhan. Maka jika dia diberi taufik untuk memanfaatkannya dalam kebaikan, ia akan mendapatkan pahala yang besar dan kebaikan yang banyak yang sangat dia butuhkan.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar<o:p></o:p></span></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Allah Ta?ala berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu? Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr : 1-5)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, yaitu takdir selama setahun. Allah Ta?ala berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur?an) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Ad-Dukhan: 3 - 6)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
2<strong>. Waktunya<o:p></o:p></strong></span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Terdapat riwayat dari Nabi bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 21, malam 23, malam 25, malam 27, atau malam 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Ini menurut saya, wallahu a’lam, karena Nabi menjawab sesuai dengan pertanyaannya. Dan pendapat yang paling kuat bahwa itu terjadi pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh hari dari ‘Aisyah bahwa Nabi</span></span><span lang="EN-GB" style="font-family: Symbol;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"> </span></span><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">terakhir bulan Ramadhan berdasarkan sabda Nabi beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau mengatakan: <em>“Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.”</em> (HR. Al-Bukhari dan Muslim, lihat Shifat Shaum An-Nabi, Asy-Syaikh Ali Hasan)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar?<o:p></o:p></span></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Rasulullah ?Shallallahu ?<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Alaihi</st1:city> <st1:state w:st="on">Wa</st1:state></st1:place> ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: "Barangsiapa melakukan qiyam (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Disunnahkan untuk memperbanyak do'a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Sayyidah 'Aisyah -Radhiyallahu 'anha bahwasanya beliau bertanya: "Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?" Beliau ?Shallallahu ?<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Alaihi</st1:city> <st1:state w:st="on">Wa</st1:state></st1:place> ?Ala Alihi Wa Sallam menjawab" "Ucapkanlah:</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: right;"><span lang="EN-GB" style="font-size: 19pt; line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Ya Allah, Sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemaaf dan Suka Memaafkan,</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">maka maafkanlah hamba." (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad sahih)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dari 'Aisyah -Radhiyallahu 'anha berkata: "Adalah Rasulullah ?Shallallahu ?<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Alaihi</st1:city> <st1:state w:st="on">Wa</st1:state></st1:place> ?Ala Alihi Wa Sallam apabila telah masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya (banyak beribadah), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari dan Muslim)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Juga dari 'Aisyah -Radhiyallahu 'anha, belaiu berkata: "Adalah Rasulullah ?Shallallahu ?<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Alaihi</st1:city> <st1:state w:st="on">Wa</st1:state></st1:place> ?Ala Alihi Wa Sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) sepuluh hari terakhir yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya." (HR. Muslim)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
<strong>4. Tanda-Tandanya<o:p></o:p></strong></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dari 'Ubaiy ?Radhiallahu ?Anhu berkata, Rasulullah ?Shallallahu ?<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Alaihi</st1:city> <st1:state w:st="on">Wa</st1:state></st1:place> ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: "Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi." (HR. Muslim)<b><o:p></o:p></b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="EN-GB"><span class="Apple-style-span" style="color: #93c47d;">Dari Ibnu Abbas -Radhiyallahu 'anhuma berkata, Rasulullah ?Shallallahu ?<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Alaihi</st1:city> <st1:state w:st="on">Wa</st1:state></st1:place> ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: "(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya sinar matahari melemah kemerah-merahan." (HR. Ath-Thayalisi, Ibnu Khuzaimah dan Al-Bazzar dengan sanad hasan)</span></span></div>Winza Sphttp://www.blogger.com/profile/14713935903172901192noreply@blogger.com0