Rabu, 22 Desember 2010

Peran komunikasi nonverbal dalam dakwah

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Pengertian Komunikasi Nonverbal dan Komunikasi Dakwah

            Yang dimaksud komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan tidak dengan menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menngunakan gerak tubuh, sikab tubuh,vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, expresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan.dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui espresi wajah dan nada atau kecepatan bicara. Misalnya seorang pemimpin berbicara dengan suara yang keras dan wajah yang merah padam,itu menandakan bahwa pimpanan tersebut sedang marah pada karyawaan tersebut.
             Tanda-tanda komunikasi nonverbal belumlah dapat diidentifikasikan seluruhnya tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa cara kita duduk, berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya itu menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap-tiap gerak yang kita buat dapat menyatakan asal kita, sikap kita, kesehatan, bahkan keadaan psikologis kita.misalnya gerakan-gerakan yang mengerutkan alis, mengigit bibir, menunjukkan dengan  jari, tangan dipinggang, melipat tangan bersilang didada ssemuanya mengandung arti tertentu.
Sedangkan komunkasi dakwah  Menurut Drs. H. Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah secara sederhana memberikan pengertian komunikasi. Seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dalam hal ini yang diajak berkomunikasi untuk dapat ikut berpartisipasi atau tindakan sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikan. Dengan penekanan bahwa komunikasi berarti upaya untuk mengadakan persamaan atau commonness dengan orang lain dengan cara menyampaikan keterangan, berupa suatu gagasan ataupun sikap.
Dengan berkomunikasi sebenarnya mengharapkan atau bertujuan terjadinya perubahan sikap atau tingkah laku orang lain untuk memenuhi harapan sebagaimana pesan disampaikan. Perubahan sikap dan tingkah laku akibat dari proses komunikasi adalah perubahan sikap yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Dengan demikian apa yang disampaikan oleh komunikator pada komunikasi akan mempengaruhi sikat komunikan sejauh kemampuan komunikator dalam mempengaruhinya.
Agama bukanlah sesuatu yang bersifat subordinate terhadap kenyataan social-ekonomi, agama pada dasarnya bersifat independen, yang secara teoritis bisa terlibat dalam kaitan saling mempengaruhi dengan kenyataan social, oleh karenanya Mattulada dkk dalam buku Agama dan Perubahan Sosial mengungkapkan bahwa, Agama mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola prilaku manusia. Sehingga ajaran agama akan mampu mendorong atau menahan proses perubahan social.
Secara umum kata dakwah yang berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti seruan, ajakan, panggilan. Sama halnya dengan para ahli dibidang ilmu dakwah, Jalaluddin Rakhmat juga sepakat bahwa juru dakwah atau orang yang menyampaikan (tabligh) pesan dakwah disebut dalam ilmu komunikasi sebagai komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada pihak komunikan. dilihat dari bahasa kata dakwah atau tabligh mengandung arti proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Jalaludin Rakhmat sepanjang karyanya tidak pernah mengaitkan kata komunikasi dan dakwah secara beriringan. Komunikasi oleh jalal digolongkan sebagai keilmuan yang bersifat lebih umum, sedangkan istilah dakwah hanya beberapa kali jalal sampaikan dalam tulisannya. Meski Jalaludin Rakhmat tidak pernah mengaitkan kata dakwah dengan kata komunikasi tetapi dalam menampilkan pengertian serta tujuan yang hendak di capai dalam karya-karya Jalaluddin Rakhmat selalu menampilkan kesamaan.
Secara umum komunikasi memiliki kecenderungan menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya lebih umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang lainnya. Komunikasi sendiri memiliki banyak keterkaitan dengan keilmuan-keilmuan umum seperti psikologi, serta ilmu-ilmu social lainnya. Kecenderungan umum keilmuan komunikasi pada dasarnya dilatar belakangi oleh sifat komunikasi yang bisa masuk dalam setiap keilmuan serta kebutuhan keilmuan-keilmuan lain tersebut dengan pengetahuan komunikasi.


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
A.  Fungsi pesan nonverbal.
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
  1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
  2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
  3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
  4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
  5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:
Ø      Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
Ø      Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
Ø      Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
Ø      Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
Ø      Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
Ø       Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).[1]
B. Tujuan komunikasi non verbal
1. Menyediakan/memberikan informasi.
2. Mengatur alur suara percakapan.
3. Mengekspresikan emosi.
4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan  pesan-pesan verbal.
5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain
6. Mempermudah tugas-tugas khusus misalnya mengajari suatu permainan olah raga tertentu.[2]

2. Komunikasi Dakwah
Menurut Drs. H. Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah secara sederhana memberikan pengertian komunikasi. Seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dalam hal ini yang diajak berkomunikasi untuk dapat ikut berpartisipasi atau tindakan sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikan. Dengan penekanan bahwa komunikasi berarti upaya untuk mengadakan persamaan atau commonness dengan orang lain dengan cara menyampaikan keterangan, berupa suatu gagasan ataupun sikap.
Dengan berkomunikasi sebenarnya mengharapkan atau bertujuan terjadinya perubahan sikap atau tingkah laku orang lain untuk memenuhi harapan sebagaimana pesan disampaikan. Perubahan sikap dan tingkah laku akibat dari proses komunikasi adalah perubahan sikap yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Dengan demikian apa yang disampaikan oleh komunikator pada komunikasi akan mempengaruhi sikat komunikan sejauh kemampuan komunikator dalam mempengaruhinya.
Agama bukanlah sesuatu yang bersifat subordinate terhadap kenyataan social-ekonomi, agama pada dasarnya bersifat independen, yang secara teoritis bisa terlibat dalam kaitan saling mempengaruhi dengan kenyataan social, oleh karenanya Mattulada dkk dalam buku Agama dan Perubahan Sosial mengungkapkan bahwa, Agama mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola prilaku manusia. Sehingga ajaran agama akan mampu mendorong atau menahan proses perubahan social.
Secara umum kata dakwah yang berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti seruan, ajakan, panggilan. Sama halnya dengan para ahli dibidang ilmu dakwah, Jalaluddin Rakhmat juga sepakat bahwa juru dakwah atau orang yang menyampaikan (tabligh) pesan dakwah disebut dalam ilmu komunikasi sebagai komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada pihak komunikan.
Dilihat dari bahasa kata dakwah atau tabligh mengandung arti proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Jalaludin Rakhmat sepanjang karyanya tidak pernah mengaitkan kata komunikasi dan dakwah secara beriringan. Komunikasi oleh jalal digolongkan sebagai keilmuan yang bersifat lebih umum, sedangkan istilah dakwah hanya beberapa kali jalal sampaikan dalam tulisannya. Meski Jalaludin Rakhmat tidak pernah mengaitkan kata dakwah dengan kata komunikasi tetapi dalam menampilkan pengertian serta tujuan yang hendak di capai dalam karya-karya Jalaluddin Rakhmat selalu menampilkan kesamaan.
Secara umum komunikasi memiliki kecenderungan menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya lebih umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang lainnya. Komunikasi sendiri memiliki banyak keterkaitan dengan keilmuan-keilmuan umum seperti psikologi, serta ilmu-ilmu social lainnya. Kecenderungan umum keilmuan komunikasi pada dasarnya dilatar belakangi oleh sifat komunikasi yang bisa masuk dalam setiap keilmuan serta kebutuhan keilmuan-keilmuan lain tersebut dengan pengetahuan komunikasi.
A.     Hubungnan proses Komunikasi Dengan Penyampaian Pesan Dakwah
Proses penyampaian pesan dakwah berkaitan erat dengan proses komunikasi. Sebagai ahli dibidang komunikasi dan praktisi dakwah, Jalaluddin Rakhmat memandang kemajuan dibidang ilmu moderen harus disambut oleh para juru dakwah dalam mengembangkan Islam. Dalam proses penyampaian pesan dakwah melalui media baik cetak maupun elektronik, seorang juru dakwah harus mampu menyesuaikan kedudukannnya sebagai komunikator yang berhadapan dengan sekian banyak audiens dan dengan latar belakang pendidikan, usia, profesi yang berbeda.
Dalam penyampaian pesan dakwah secara lisan atau langsuang, juru dakwah akan berhadapan dengan kelompok audiens yang mempunyai kecenderungan sama. Sehingga para juru dakwah dapat menampilkan penyampaian pesan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan.
Baik penyampaian dakwah secara langsung atau tidak langsuang, jelas mempunyai perhubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses komunikasi mengingat komunikasi mempunyai sifat baik secara langsung atau tidak langsunag.
B.  Tujuan Komunikasi Dakwah
Tujuan dakwah ataupun tujuan komunikasi memiliki kesamaan, komunikasi dan dakwah memiliki tujuan untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang sedang menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang disampaikan. Jalal hanya tidak pernah menyampaikan komunikasi yang dikaitkan dengan dakwah, namun dalam pengertian-pengertian yang diuraikan dalam memahami semua unsur dan kegiatan komunikasi mempunya kesamaan dengan semua unsur dan kegiatan dalam hal dakwah.
Baik tujuan dari komunikasi ataupun tujuan dari dakwah adalah proses dimana seseorang menghendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku orang atau objek komunikasi atau dakwah sesuai dengan harapan si pelaku. Dengan demikian tujuan komunikasi dan dakwah hanya dibedakan pada sudut pandang keilmuan umum dan agama saja.
Tujuan yang hendak dicapai dari komunikasi dakwah itu sendiri memiliki tiga dimensi. Pertama, tujuan awal dimana tujuan daru proses komunikasi dakwah itu adalah terjadinya perubahan pemikiran, sikap dan prilaku dari komunikan. Kedua, tujuan sementara dimana tujuan ini hanya dipokoskan pada perubahan kehidupan selama di dunia saja. Adapun yang hendak dicapai dari tujuan komunikasi dakwah itu sendiri mencakup dua tujuan diatas sampai pada tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan di dunia dan akhirat.
C.  Karakteristik Komunikasi Non Verbal Dalam Dakwah
Baik komunikasi atau dakwah keduanya dilakuakan baik secara langsung ataupun tidak langsuang. Dalam proses secara langsung komunikasi ataupun dakwah dapat dilakukan melalui dua cara yaitu verbal dan non verbal. Dalam penyampaian pesan verbal komunikasi atau dakwah itu bisa bersifat satu arah ataupun dua arah. Dalam komunikasi atau dakwah non verbal kegiatan ini bisa dilakukan memalui berbagai kegiatan atau iklan-iklan yang tujuannya perubahan sikap dan tingkah laku.
Dalam menyampaikan pesan dakwahnya Jalaluddin telah menggunakan bentuk penyampaian pesan dakwah.non verbal, yaitu pesan dakwah yang disampaikan melalui tulisan. Dalam melakukan pendekatan kepada audiennys Jalal menggunkan beberapa pendekatan. Yaitu, persuasive dan koersif.
Adapun sifat dari pesan dakwah yang disampaikan oleh Jalal adalah Qaulan sadidan (perkataan yang benar), qawlan balighan (perkataan, sampai), Qawlan maysura, Qawlan layyinan, Qawlan ma’rufan. Kata kunci ini yang menjadikan dasar kesamaan pemikiran Jalaluddin Rakhat baik dalm bidang komunikasi ataupun dalm bidang dakwahnya.
Perubahan tingkah laku akibat proses dari komunikasi atau dakwah tersebut adalah respon dari objek. Respon yang ditanggapi secara positif akan melahirkan tingkah laku atau sikap sesuai dengan yang direncanakan oleh komunikator ataupun da’i. adapun respon negative adalah proses perlawanan sikap komunikan atau mad’u terhadap tujuan yang akan dicapai. Secara sederhana respon merupakan proses reaksi dari aksi yang disampaikan oleh seseorang yang dilakukan baik secara sadar atau tidak sadar.
Karakteristik dari Jalaluddin Rakhmat sendiri bisa menjadikan karya-karya serta pemikirannya mudah diterima dan diikuti oleh orang lain. Gaya penulisan yang tersendiri jalal menjadikan karyanya menjadi sesuatu yang mudah dikonsumsi orang tanpa memerlukan pemikiran yang tinggi. Dengan demikian pemikiran jalal bisa difahami pada setiap tingkatan.
D.    Bentuk-bentuk Komunikasi Non Verbal Dalam Dakwah
Sebagaimana diuraikan diatas, adanya komunikasi verbal dan non verbal, telah menghantarkan Jalalluddin Rakhmat menjadi seorang cendikiawan muslim yang pemikirannya mudah diterima pada semua golongan. Baik intelektual, pilotisi, akademisi, aktifis sampai pada jamaah pengajian. Selain itu karya-karya Jalal mudah difahami oleh setiap pembacanya, hal ini menunjukkan kedalaman Jalal serta kemampuan dalam penerapan keilmuan komunikasi dan pemahaman agama yang dimiliki.
Bentuk dari komunikasi dakwah yang dilakukan oleh Jalaluddin Rakhmat antara lain ; intra personal, Jalal mampu menerapkan apa yang disampaikan pada proses komunikasi dakwah kedalam aktifitas kehidupan sehari-harinya; inter personal, Jalal mampu berkomunikasi dengan orang-orang disekelilingnya melalui pendekatan psikologi yang dimilikinya serta kematangan dalam bidang komunikasi dakwah; komunikasi kelompok, baik secara langsung yaitu berhadapan dengan audien pada saat mengisi forum ilmiah atau pengajian ataupun secara tidak langsung melalui tulisan atau media televise dapat dilakukan oleh Jalal; komunikasi massa dalam pemikiran Jalaluddin Rakhmat dituangkan dalam buku Psikologi Komunikasi.
Buku ini termasuk kategori the best seller. Pasalnya sampai sekarang ini sudah dicetak ulang 16 kali dengan 2 kali revisi, bahkan pihak penerbit sudah minta revisi yang ketiga kalinya guna cetak ulang yang ke 17. penilis ingin mengajak para pembaca untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan sesama manusia. Karena berdasarkan penelitian, sebagian besar ( sekitar 70 % ) waktu bangun dalam hidup kita ini digunakan untuk komunikasi. Dengan memahami sisi psikologis seseorang dan massa. Kita sanggup membuka “topeng” dan menjawab pertanyaan “mengapa”. Psikologi melihat komunikasi sebagi perilaku manusiawi, menarik, melibatkan siapa saja dan dimana saja dan kapan saja.
E.     Komunikasi Efektif Dalam Dakwah
Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang tepat dan cermat dalam menyampaikan pesan atau informasi sesuai sasaran, sehingga adanya kesesuaian pemahaman antara komunikator dan komunikan. Menurut Pitfield, komunikasi yang efektif berarti bahwa maksud dan tujuan yang terkandung dalam komunikasi yang disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat dimengerti oleh kedua pihak. Komunikasi efektif bisa terjalin apabila kita sebagai pelaku komunikasi tersebut senantiasa menggunakan kalimat efektif dalam penyampaian informasi tersebut. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat mewakili secar tepat isi pikiran komunikator. Kalimat efektif merupakan kalimat yang disusun secara singkat tetapi mempunyai daya informatif secara tepat.
Ada beberapa ciri dari komunikasi efektif tersebut, di antaranya :
Ø      penerangan ringkas yang cukup dari penerima. Artinya, komunikator harus menyadari bahwa pesan tersebut harus mudah diterima dan dimengerti oleh komunikan.
Ø      Penggunaan bahasa yang sesuai. Artinya bahasa yang dipilih harus koheren, logis, dan mudah dicerna serta dipahami.
Ø      Adanya kejelasan makna.
Ø      Penggunaan media komunikasi yang tepat.

Komunikasi efektif sangat penting dilakukan dalam dunia dakwah. Kadang-kadang dakwah yang dilakukan secara qauli dalam prakteknya tujuan yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini dikarenakan belum terciptanya komunikasi yang efektif. Sehingga pesan yang tersampaikan tidak fiix dan tidak sesuai dari tujuan semula. Banyak mubaligh profesional yang berdakwah dengan menggunakan cara atau metode yang unik. Contohnya, K.H Jujun Junaedi yang berdakwah denganmenyisipkan joke-joke menarik dan sisipan musik yang bisa menarik perhatian para mustami. Dari demikian tidak salah digunakan, namun kadang-kadang pesan yang disampaikan dalam berdakwah tersebut kapasitasnya lebih banyak banyolannya kitimbang materi pokok bahasan dakwah tersebut., artinya esensi dakwah tidak final dilakukan.

Bertitiktolak dari firman Allah dalam Q.S An-Nahl ayat 125 :
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
Artinya : serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl ayat 125)
Apabila kita korelasikan merupakan ayat yang menunjukkan perintah berdakwah secara efektif. Artinya dlam ayat tersebut ada tiga metode yang diperintahkan Allah dalam berdakwah, yaitu Hikmah, Mauidzah Hasanah, dan Mujadalah.[3]
F.      Jenis – jenis Komunikasi Non Verbal DalamDakwah
a.      Ekspresi wajah  
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b.      Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi  atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan  bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata  juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c.       Sentuhan  adalah bentuk komunikasi personal  mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan  seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang  atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d.      Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang da’i berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e.      Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan  juga salah satu ungkapan  perasaan  dan pikiran  seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi  non verbal lainnya  sampai desis  atau suara  dapat menjadi pesan yang sangat  jelas.
f.        Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi  seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan  selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan  stress  bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress[4]
g.      Diam, diam juga termaksud dalam salah satu komunikasi non verbal, dimana jika seorang da’i menghadapi masalah, dan berbicara diperkirakan akan menimbulkan antipati, maka da’i lebih baik mengambil sikap diam.
Dalam agama islam memuji dan menganjurkan sikap diam. Rasulullah Saw. Bersabda :



Artinya : Barangsiapa diam niscaya selamat.(H.R. At-Tirmudzi)

Diam diperlukan dalam empat situasi :

1.      Menghindari konfrontasi

Dapat  kita mengambil contoh, pada massa Rasulullah Saw, ketika beliau menerima perintah dari Allah Swt :
öÉRr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ
Artinya : “Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat…. (asy-Syu’ara : 214)

Ketika itu beliau mengundang  anggota keluarganya untuk makan bersama-sama di rumah beliau. Yang hadir ada kira-kira 40 orang, diantaranya paman beliau, Abu lahab. Usai acara, Rasulullah Saw. Bersiap-siap hendak menyampaikan risalahnya. Akan tetapi, Abu lahab memotong terlebih dahulu. Dengan nafsu amarah berapi-api dan dengan gerakan tangan yang mengancam, beliau mengkonfrontasikan Muhammad Saw. Dengan para anggota keluarga yang hadir, seperti menghadapkan seorang yang tertangkap kehadapan pengadilan sebagai terdakwa. Akan tetapi Nabi Muhammad sebagai tuan rumah mampu mengendalikan diri serta menjaga martabatnya pada saat itu dengan tidak membalas dan bersikap diam.
Akan tetapi suasana simpatik dengan sikap beliau yang diam itu tidak di biarkan berlalu begitu saja oleh Rasulullah. Beberapa hari kemudian, beliau mengundang bibi-bibinya dan para pamannya  dan tak ketinggalan Abu lahab. Selesai makan, segera bangun dan angkat bicara. Seketika itu beliau mendapat dukungan dari pamannya Abu Thalib. Dalam cerita ini kita dapat menggambil kesimpulan, dimana kita mesti mulai bicara dalam dakwah dan dimana kita perlu diam. Diamnya Nabi bukan karena tidak mampu membalas, akan tetapi untuk menghin dari konfrontasi sebagai pembawa risalah.

2.      Disaat perkataan sudah tidak efektif
Kata-kata bukanlah segalanya dalam berdakwah. Suatu saat kata tidak bias membawa solusi. Ketika da’i menemukan suasana dimana mad’u tidak lagi percaya dengan kata-kata yang terucap, maka da’i lebih baik memilih diam.
Dalam suasana kekecewaan yang mendalam karena niat malaksanakan umrah tahaun keenam Hijrah tidak kesampaian akibat tersandung oleh perjanjian Hudaibiyah, akhirnya kata-kata Rasulullah pernah tudak efektif di mata para sahabatnya.
“Nabi SAW. datang kepada sahabatnya dan bersabda; “bergeraklah! Sembilah ternak qurban kalian, kemudian bercukurlah!”. Rasulullah mengulangi ini sampai 3 kali, tetapi tidak ada seorangpun diantara mereka yang bangkit menyambutnya. Kemudian beliau masuk kedalam kemahnya dan menceritakan kejadian itu kepada istrinya ummu salamah. Dan ummu salamah dengan bijak berkata : “Wahai Rasulullah, apakah engkau ingin supaya mereka melaksanakan perintah itu ? keluarlah tetapih jangan berbicara sepatah kata pun dengan salah seorang diantara mereka, sembelihlah ternak qurban anda sendiri, lalu panggillah tukang cukur anda dan bercukurlah.” Rasulullah mengikuti petunjuk istrinya, ketika kaum muslimin melihat perbuatan Rasulullah, meraka segera bergerak beramai-ramai menyembelih ternaknya masing-masing dan saling bergantian bercukur.

3.      Dalam rangka menyusun taktik dan strategi
Diam dalam bentuk ini kerap sekali terjadi baik pada para pembesar Negara, pemimpin masyarakat, pengasuh kepada yang diasuh nya, dan seorang suami kepada istri dan anak nya. Diam menyusun taktik dan strategi yang terjadi pada seorang pembesar Negara contohnya seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad ketika terjadi “serangan” yang dilancarkan oleh pamannya abu Lahab. Dengan metode diam dan menyusun taktik dan strategi maka Nabi SAW terhidar dari konfrontasi yang dilancarkan pamannya dan akhirnya beliau dapat menyampaikan Risalah Islam kepada keluarganya.
4. Diam dalam arti bahasa perbuatan
Dakwah tidak harus selalu dengan kata-kata. Betapa banyak permasalahan ternyata diselesaikan bukan dengan kata-kata tetapi dengan teladan. Perbuatan Da’I adalah salah satu bentuk dakwah. Orang sering menyebut diam keempat ini dakwah Bilhal.[5]

G. Proses Komunikasi Non Verbal Dalam Dakwah
Telah mengambil keputusan tentang program dakwah bi al-hal. Salah satu rumusannya di sebut bahwa tujuan dakwah bi al-hal antara lain, untuk meningkatkan harkat dan matabat umat, terutama kaum dhu’afa atau kaum berpengasilan rendah. Begitu juga halnya dengan Quraish Shihab, dalam bukunya “Membumikan Al-qur’an” beliau menyarankan agar pada masa sekarang ini gerakan dakwah yang harus segera digalakkan adalah dakwah bi al-hal atau dakwah pembangunan.
Realitas konsep dakwah model ini  kurang begitu menjadi pijakan bagi gerakan-gerakan dakwah yang di lakukan oleh lembaga maupun organisasi dakwah islamiah. Kalaupun ada gerakan belum begitu massif dan radikal serta belum menyentuh tatanan social masyarakat yang membetuhkan. Dakwah yang dilakukan sifatnya masih menonton bahkan bias dikatakan sudah mlenceng dari apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Sebagaimana yang dikatakan oleh munir mulkhan bahwa dakwah yang selama ini terlalu sibuk mengurusi Tuhan, bukan mansusia. Akibatnya dakwah gagal mengembangkan daya rasioanal dan sikap empiris, kecuali memaksa orang dan dunia social menyesuaikan doktrin dan mengancam memasukkan dalam neraka.
Berangkat dari wawancara diataslah dalam tulisan ini akan sedikit diulas hal ihwal tentang dakwah  bi al-hal, baik dari konsep maupun keefektifannya dalam masa kini ketika dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan social. Seperti pengangguran, kemiskinan, dan sebagainya.

Contoh dari komunikasi non verbal dalam proses dakwah :
INPUT
THRUPUT
OUT PUT
ð     Da’i
Ø      Motivasi
Ø      Pengalaman
Ø      Humor

( Proses Penyampaian )
ð    Kognitif
ð    Konatif
ð    Emosi
Gejala :
Ø    Mengenal
Ø    Hasrat
Ø    Perasaan
( Proses Penerimaan )


ð     Perubahan
ð     Sikap / mental
ð     Kepribadian


( Proses Perubahan )
Da’i dapat melakukannya dengan cara lebih banyak berbuat dari pada berkata. Disaat seseorang melakukan kebaikan maka dia berperan menyampaikan sesuatu yang baik kepada orang lain untuk menjadi lebih baik lagi. Nah, jiak seorang berprilaku, berkata-kata, dan berpakaian yang baik maka orang tersebut secara tidak langsung dan tidak sadar sudah melaksanakan dakwah. Apalagi jika orang lain terpengaruh dan mengikuti perbuatan baiknya maka dakwah yang dia lakukannya itu berhasil.[6]
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses komunikasi non verbal dalam dakwah ini adalah merupakan komunikasi yang bisa memberikan kesan makna yang mendalam bagi para pendengarnya. Artinya, pesan yang terkandung dalam komunikasi tersebut mudah untuk dicerna dan disampaikan.
Salah satu ragam komunikasi non verbal dalam dakwah yang paling penting untuk kita ketahui  ialah komunikasi tubuh. Karena komunikasi tubuh merupakan komunikasi yang tepat dan cermat dalam proses komunikasi non verbal untuk penyampaian suatu informasi. Selain itu, komunikasi non verbal dapat diperoleh melalui hubungan-hubungan komunikasi verbal. Atau dengan kata lain komunikasi verbal lebih mudah diintepretasikan dengan melihat tanda-tanda non verbal yang mengirimi komunikasi non verbal tersebut.komunikasi non verbal dapat memperkuat dan menyangkal komunikasi verbal. Bila ada ketidak sejahteraan antara komuniksi non verbal dengan verbal seseorang khususnya lebih percya pada non verbal.
B.  Saran
Sebagai manusia biasa, pemakalah menyadari bahwa paper ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangaun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan paper ini.
Sebagai saran pemakalah, seyogiannya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini alangkah lebih baiknya jikalau terdapat laboratorium bahasa Indonesia, untuk meningkatkan prestasi dan pengetahuan kita dalam bidang bahasa. Tidak hanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, melainkan juga bahasa yang lainnya sebagai manusia yang mampu berkompetisi di era yang global ini. Apalagi kita yang tercatat sebagai mahasiswa dakwah dan komunikasi, tentunya hal-hal yang menyangkut kebahasaan penting untuk dipelajari bahkan dikuasai.
DAFTAR ISI
Rakhmat, Jalaluddin. 1994Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy . 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suparta, M.A, Drs. H. Munzier. 2003. Metode dakwah. Jakarta: Kencana.
H.S. Prodjokusumo. 1997. ”Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang”, dalam tuntunan tablig 1, Yogyakarta:Pustaka Suara Muhammadiyah




[1] Jalaludin Rakhamat, Psikologi Komunikasi, ( Bandung : Remaja Rosdakarya. 1994 )
[2] http://akhmadfarhan.wordpress.com/2008/12/04/komunikasi-nonverbal
[4] Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 )
[5] Drs. H. Munzier Suparta, M.A, Metode dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2003) cet.1 hal 118-123.
[6] H.S. Prodjokusumo,”Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang”, dalam tuntunan tablig 1, ( Yogyakarta:Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997 ) hal.221

Tidak ada komentar:

Posting Komentar